Prolog.

516 10 0
                                    

Gadis kuncir kuda yang menggunakan ikat rambut kecil dengan hiasan bunga matahari kesukaannya itu berjalan dengan tergesa-gesa. Tak peduli kalau ia sampai menabrak siswa lain yang ada di koridor, tatapan sinis mereka tak membuat nyalinya ciut yang ia pikirkan saat ini mencari seseorang dan minta penjelasan.

"Aduhh tuh anak dimana sih?" gumamnya sambil berjalan tergesa-gesa bahkan matanya menyorot sekeliling membantunya mencari seseorang.

Langkahnya seketika terhenti melihat seorang perempuan seumuran dia dengan rambut yang dibiarkan di gerai sedang duduk di ujung koridor sambil meminum sebotol soda.

"WOYYY ZAHRAAA!" teriak gadis itu yang diteriaki pun kagetnya bukan main, bahkan sampai menyemburkan soda yang sudah berada di dalam mulutnya. Bayangkan saja seperti apa rasanya!

"Satt Idung gue," umpatnya saat merasakan hidungnya terasa panas akibat soda yang ia minum menyembur.

Gadis itu pun menghampirinya dengan nafas ngos-ngosan. "Ra! Lo sekelas kan sama si Darren?" tanyanya sambil mengatur nafas.

"Apaan sih lo Nara, lari kaya orang di kejar utang cuma nanyain hal yang nggak penting kaya gitu," sewot Zahra.

"Ihh ini tuh penting tau buat masa depan gue," kata Nara.

Zahra menatap Nara heran. "Lah goblok, kenapa tiba-tiba bahas masa depan?"

Nara menghela nafas. "Pokoknya gue nggak setuju kalau Darren nggak sekelas sama gue!"

"Kalau lo berani minta aja sono sama kepsek gantian kelas sama gue!" suruh Zahra.

"Lain cerita kalau kaya gitu mah, mana berani gue," cicit Nara dengan cengiran.

"Nara cantik nan imut kek marmut, kenapa sih? Masih juga ngedekatin Darren udah tahu dia orang nya ketus gitu sama lo, mending cari jantan lain aja deh!" nasehat Zahra.

Nara mengerucutkan bibirnya. "Gue juga nggak tahu, gue maunya sama dia gimana dong?"

"Anjay, tambah hari tambah bucin aja lo,"

"Iya bucin, bukti cinta,"

Hari ini pembagian kelas pun sudah dibagi. Nara dan Zahra pun baru saja melihat nama mereka di mading.

Nara tentu saja antusias karena ia berharap akan sekelas dengan Darren. Rasa itu dia harapkan dari semasa mereka SMP, tapi nyatanya? Nara tak pernah ditakdirkan sekelas dengan yang ia anggap jodohnya itu. Saat kelas sudah dibagi dan bisa dilihat di mading sekolah. Ia bersemangat untuk mencari kelas cowok itu dulu, Nara bahkan menomorduakan dirinya untuk mencari dimana kelasnya.

Tapi lagi-lagi kecewa yang ia dapatkan selama empat tahun harapannya tak pernah jadi kenyataan dia tak sekelas dengan Darren, malah sahabatnya Zahra lah yang sekelas dengan yang ia anggap jodohnya itu. Alhasil, ia segera mencari keberadaan Zahra hanya untuk menanyakan sesuatu yang menurut Zahra sendiri sungguh tak penting. Padahal tanpa harus bertanya Nara sudah tahu jawabannya.

🌻🌻🌻

Sepanjang perjalanan Nara menghentak-hentakkan kakinya ia merasa kenapa dunia tak adil? Kenapa takdir tak membiarkannya sekelas dengan Darren padahal mereka sudah satu sekolah semenjak SMP.

Sungguh sangat-sangat tidak adil.

"Kapan sih sekelas sama si Darren," gerutunya. Tanpa sadar orang yang ia bicarakan mendengar dari balik pintu.

Mendengar suara knop pintu yang dibuka Nara pun menoleh, ia baru sadar kenapa dirinya bisa sejauh ini berjalan sampai di depan ruang OSIS.

Cowok bernama Darren itu menyeringai."Kasihan banget yah nggak pernah kesampaian sekelas sama gue," ledeknya.

Nara memutar bola matanya malas."Mentang-mentang nggak sekelas nggak usah belagu lo!"

"Bagus juga sih nggak sekelas sama lo, karena gue nggak bakalan pernah sudi," sarkas Darren.

Nara tersenyum licik."Jangan bilang gitu! Memang sekarang kita nggak sekelas mana tahu 8 tahun yang akan datang tahu-tahunya lo serumah sama gue, mana ada yang tahu takdir?"







~~~
Jangan lupa Voment dan follow akun author❤️

NADAR [UPDATE SETIAP HARI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang