(9) Menghilang.

29 4 0
                                    

Saat dia menghilang kenapa perasaan ku seperti sedang mencarinya.

-Darren Mahesa.

-Darren Mahesa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~~

Darren yang baru saja keluar kelas, menatap heran Nara yang pulang dengan terburu-buru bahkan melewati dirinya begitu saja.

Sebenarnya ia ingin bertanya ada apa dengan gadis itu? Tapi, itu tak mungkin ia lakukan selama ini dirinya selalu berbicara ketus terhadap gadis itu. Aneh saja kalau tiba-tiba ia bertanya tentang ada apa dengan gadis itu. Yang ada Nara nanti menganggapnya adalah sebuah perhatian.

Darren melihat mobil pajero putih yang sudah terparkir manis di depan gerbang sekolah, buru-buru Nara memasuki mobil itu. Mobil itu pun menancapkan gasnya dan melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.

Darren semakin bingung dengan tingkah aneh gadis itu hari ini. Yaitu sikapnya yang sudah tidak menganggu dirinya, dan pulang begitu terburu-buru seperti ada hal penting yang tidak boleh ketinggalan begitu saja.

Si Dedemit kenapa buru-buru begitu? Ah, bodoamat nggak usah dipikirin. batinnya.

Darren menghela nafas kasar. Biarlah ia penasaran setengah mati daripada harus menanyakannya langsung dengan gadis itu. Seharusnya ia bersyukur bukan? Karena gadis itu tidak menganggunya lagi. Mungkin saja kepala gadis itu kepentok tembok yang membuatnya sadar bahwa kelakuannya selama ini benar-benar bikin ia muak terhadap dirinya.

Cowok itu rasanya ingin cepat pulang. Mau mengistirahatkan pikiran dan juga badannya yang cukup lelah untuk hari ini. Baru saja langkahnya menuju parkiran, tiba-tiba ada sebuah panggilan yang menghentikan langkahnya.

"Darren!" panggil Selin.

Darren menoleh dan tersenyum tipis. "Ada apa?"

Selin tak langsung menjawab ia hanya diam seperti sedang menyusun kata untuk berbicara.

"Ngomong aja kali! Jangan sungkan!" kata Darren yang sudah bisa menebak apa yang ada dipikiran gadis itu.

Selin tersenyum kikuk sembari menggaruk pipinya yang tidak gatal. "Ehm, besok sore kan kita ada kegiatan nge dekor sekolah buat acara pensi,"

Darren tertawa mendengarnya. "Kalau itu gue juga udah tahu. Kan gue ketos,"

"M-maksud gue boleh nggak pulangnya nebeng sama lo?" tanyanya dengan nada sepelan mungkin.

Cowok itu berdehem sambil mengeratkan tas yang tersampir di bahu kanannya. "Boleh kok,"

Mata Selin berbinar. "Serius?"

NADAR [UPDATE SETIAP HARI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang