CHAP 14

2K 377 61
                                    


Nyonya park terdiam menatap ke luar jendela pesawat. Memikirkan kembali apa yang sudah terjadi dan mengenai semua keputusannya tentang chanyeol. Apakah keputusannya itu sudah benar dengan membiarkan chanyeol menjadi seorang gay? Chanyeol memang belum pernah mengatakannya langsung bahwa dia gay atau tentang apa dia tertarik pada baekhyun. Tapi dia juga seorang ibu. Dia mampu merasakan bagaimana sesuatu itu tumbuh di hati anaknya melalui tatapan mata chanyeol. Begitupun dengan baekhyun.

Dia tahu keputusannya ini mungkin cukup extrim. Tapi entah mengapa begitu bertemu langsung dengan sosok baekhyun yang awalnya dia kenali sebagi baekhee, semua ini justru menjadi begitu benar.
Chanyeol adalah anak yang sangat penurut. Terlepas dari betapa sulitnya meminta anak itu untuk segera menikah, chanyeol termasuk anak yang tidak bisa berkata tidak dengan semua yang di katakannya. Seperti bagaimana besarnya keinginan chanyeol untuk masuk sekolah musik karna dia sangat ingin menjadi musisi, namun kedua orang tuanya justru memintanya masuk sekolah bisnis agar dapat meneruskan perusahaan mereka. Chanyeol menurut tanpa banyak protes selayaknya remaja pembangkang. Dia tahu betapa besar kecintaan chanyeol terhadap musik. Namun mereka sebagai orangtua justru menutup mata dan meyakini bahwa itulah yang terbaik untuk masa depan chanyeol. Dan beberapa waktu kemudian, Ny.park menemukan chanyeol mengemasi seluruh alat musik kesukaannya dan menyimpannya di gudang. Bahkan membakar semua poster-poster artis yang dimilikinya dengan wajah sedih. Ny.park sadar sejak saat itu, bahwa chanyeol telah kehilangan satu impiannya karna keegoisan mereka. Dia menyesal. Dan chanyeol seolah menghukumnya dengan berubah begitu cepat seolah tak tergapai. Chanyeol bukan lagi putra kecilnya yang manja dan suka merengek hanya untuk menambh jatah cemilan malam. Bahkan pintu kamarnya tak pernah lagi terbuka. Chanyeol berubah menjadi dewasa hanya dalam waktu semalam. Bahkan hingga saat ini tidak sekalipun chanyeol benar-benar mengatakan apa yang menjadi keinginannya.
Ny.park berjanji. Jika memang kali ini chanyeol mengatakan apa yang menjadi keinginannya, dia tidak akan lagi menolak. Bahkan jika itu berarti chanyeol menyukai baekhyun sekalipun.
Lagipula.. si pemuda byun itu manis juga.




🍑🍑🍑🍑


"Aku pulang.."
 
Baekhyun membuka sepatunya dan mengganti dengan sandal rumah. Namun kedua alisnya berkerut begitu tak mendapatkan jawaban apapun dari dalam rumah. 'Kemana semua orang?'.

Pada akhirnya baekhyun menggeret sendiri kopernya ke dalam dan menjatuhkan dirinya ke atas sofa.
Pada saat itulah pintu depan kembali terbuka dan memunculkan sosok kris yang masih lengkap dengan jas kantornya.
Wajah stoic pria itu seketika berubah cerah begitu menangkap keberadaan si sepupu tersayang di ruang tamu.

"Bee!!!!" serunya.

Baekhyun yang awalnya terpejam karna lelah, membuka kembali matanya dan tersenyum lebar ke arah kris.

"Hi, kris -Huwaaaaa- jangan menindihku bodoh!!" Seketika baekhyun berteriak keras begitu kris dengan seenak kepalanya menubruk baekhyun yang tengah berbaring.

"Aku merindukanmu puppy~" Oh tidak. Apa raksasa ini baru saja merengek?

"Baik-lah sekarang le-pashkan ak-ku ugghh sesak-" Baekhyun berucap dengan susah payah karna kris yang masih menindihnya.

"Uh? Baiklah." Akhirnya kris bangkit juga, lalu membantu baekhyun yang masih mengatur nafasnya untuk duduk. "Sial. Kau berat sekali." Rutuknya.

Kris terkekeh. "Bagaimana liburanmu. Hm?"

Baekhyun mengangkat bahu. "Not bad."

Jawaban baekhyun justru mengundang satu tarikan alis kris. "Really?"

Bukannya menjawab, baekhyun justru menipiskan bibir sebelum memasang wajah bayi anjing terbuangnya dan mulai merengek.
"Aku lapar~"

Kris tertawa kecil lalu mengadukan meningnya dengan milik baekhyun dan mengusaknya di sana. Membuat baekhyun tertawa geli.

"Ayo kumasakkan sesuatu sambil bercerita."





🍑🍑🍑🍑
 




Terhitung satu minggu lebih 2 hari sejak kepulangannya dari maldives. Hari-hari Baekhyun jalani seperti biasa. Tidak ada yang berubah selain seberapa banyak dia memikirkan Chanyeol setiap ada kesempatan. -Baekhyun menyebutnya kebiasaan baru.

Selain itu, Baekhyun kuliah dan bekerja paruh waktu seperti biasa.
Hidup sebagai yatim piatu membuat Baekhyun tidak bisa begitu saja menggantunkan hidupnya kepada orang lain. Meski kenyataannya keluarga Wu sama sekali tidak keberatan untuk memanjakannya. -Apalagi si sulung Kris. Lelaki tinggi itu bahkan hampir tidak mengizinkannya mengambil kerja paruh waktu karena khawatir Baekhyun kelelahan.

Bekerja di tengah-tengah kegiatannya menuntut ilmu memang cukup melelahkan. Namun Baekhyun juga merasa senang karena dia tidak perlu lagi merengek pada Kris atau Tao setiap menginginkan sesuatu. Sebenarnya Almarhum Ibunya meninggalkan uang asuransi yang cukup besar dan beberapa dari tabungannya dapat menutupi seluruh biaya kuliah Bekhyun. Keluarga Wu sempat menyuruh baekhyun menyimpan saja uang asuransi itu dan akan menjamin semua biaya pendidikannya. Namun baekhyun menolak. Karna dengan membiarkan baekhyun tinggal dan memberinya makan saja baekhyun sudah sangat bersyukur. Dia tidak ingin merepotkan keluarga Wu lebih dari ini. Jadi sebisa mungkin baekhyun belajar untuk mandiri.
 

MALDIVESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang