CHAP 16

3.4K 383 70
                                    


Baekhyun berdiri di teras balkon kamarnya. Dengan tatapan lurus ke arah halaman rumah keluarga Wu Yang tampak lengang. Tentu saja. Siapa yang akan bediam diri di luar dengan cuaca sedingin ini.
Walaupun sudah memasuki musim semi, tapi hawa-hawa dingin masih terasa menggelitiki kulit. Bahkan sampai melesak ke dalam serat-serat kain piyama yang baekhyun kenakan. Dia tidak suka dingin. Namun paku tak kasat mata seolah mengunci kakinya agar tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya berdiri saat ini.

Baekhyun tidak tahu apa yang sebenarnya dia lakukan. Lebih tepatnya berpura-pura bodoh untuk mengelabui dirinya sendiri bahwa bukan park chanyeol lah yang membuatnya menunggu seperti orang bodoh. Meski kenyataannya memang begitu.

Baekhyun hanya benci menemukan dirinya jatuh pada seseorang. Walaupun kita tidak tahu kapan, dan pada siapa kita akan jatuh cinta, baekhyun tetap merasa semua ini tidaklah adil untuknya. Sejujurnya bekhyun tidak masalah untuk melupakan chanyeol secara perlahan. Dia seorang lelaki. Kenyataan itu yang membuatnya merasa harus lebih kuat dan tangguh. Meski kerap kali baekhyun menangis ataupun merengek di beberapa kesempatan, tetap saja keteguhan sebagai seorang lelaki itu ada. Dan mungkin akan menjadi lebih mudah untuk baekhyun melupakan perasaannya.

Dia merasa begitu buruk. Entah bagian mana yang membuatnya berfikir seperti itu. Jatuh cinta kepada seseorang yang jelas-jelas sudah memiliki kekasih, Atau untuk dirinya sediri yang sangat mudah jatuh cinta. Ah, tidak. Dia tidak mudah jatuh Cinta. Bahkan sampai sejauh ini, hanya Sehun mantan satu-satunya yang dia miliki. Baekhyun tidak tahu dan tidak mengerti. Dia bahkan berdiri di luar berjam-jam, membiarkan kulit tubuhnya dijilati hawa dingin hanya untuk menunggu janji dari kekasih orang lain. Baekhyun mendengus pelan.

"Aku benar-benar menyedihkan." Gumamnya. Untuk sesaat, kedua bola baekhyun tampak bergetar. Menatap kosong lampu taman yang berdiri kaku di bawah sana.

"Baek.."

Tatapannya bergulir ke arah luar pagar. Dimana park chanyeol tengah berdiri dengan pakaian yang sama seperti yang di lihatnya tadi sore.

 

🍑🍑🍑🍑


Chanyeol menyodorkan satu kaleng cola yang diambilnya dari dalam mobil. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, baekhyun menerima cola yang di berikan chanyeol, dan langsung meminumnya karna tutupnya sudah di bukakan terlebih dahulu oleh chanyeol.

"Seharusnya aku beli kopi. Tidak kusangka akan sedingin ini." Ucap chanyeol sembari ikut mendudukkan dirinya di atas cup mobil seperti yang baekhyun lakukan.

Baekhyun melirik sebentar ke arahnya, kemudian menggelengkan kepalanya pelan.
"Tidak masalah. Kebetulan aku suka cola." Jawabnya. Membuat chanyeol menganggukkan kepalanya mengerti.

"Emm.. Bagaimana caramu keluar?"

Baekhyun mengerutkan keningnya bingung. "Tentu saja lewat pintu."

Chanyeol meringis mendengar jawaban polos-atau bodoh- baekhyun. Ingatkan dia bahwa baekhyun memang sedikit bodoh.
"Maksudku, Ini sudah malam dan.. yang aku tahu kris sedikit posesif padamu."

Baekhyun membulatkan bibirnya.
"Tidak.. dia belum pulang."

Sekali lagi chanyeol menganggukan kepalanya mengerti, sedangkan baekhyun tidak mengeluarkan suaranya lagi dengan tatapan ke arah kaleng cola yang tengah di genggamnya. Membuat telapak tangannya sedikit kebas efek dari dingin yang ia rasakan dari benda itu.

"Sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan?"

Chanyeol diam beberapa saat sebelum mengulas senyum kecil.
"Aku mengakhiri hubungan kami." Ucapnya lugas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MALDIVESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang