CHAP 13

2.1K 386 74
                                    


Hiruk pikuk bandara tidak mengganggu Baekhyun sama sekali dari acara melamunnya. Kepalanya benar benar kosong, sampai dia sendiri tidak tahu harus berbuat apa.

Menghela nafas, kedua matanya melirik pada kotak sepatu yang teronggok di atas koper begitu saja. Harusnya dia membuang benda sialan itu yang hanya akan mengingatkannya pada sosok Park Chanyeol. Tetapi Baekhyun bertanya lagi pada dirinya sendiri, mengapa dia tidak ingin mengingat Chanyeol? Bahkan di antara mereka tidak ada Hubungan apapun. Tidak ada yang spesial. Kebersamaan singkat mereka tidak seharusnya meninggalkan kesan mendalam di hatinya.

Di tengah kesibukannya mengutuk kotak sepatu seolah mengutuk pemberinya di dalam pikiran, sepasang sepatu lain berhenti tepat di hadapannya. Sepatu itu berbeda dengan miliknya, terlihat cantik dan feminin. Begitu kepalanya mendongak untuk melihat siapa yang tengah berdiri di hadapannya, Baekhyun tersentak dengan mata membulat.

"N-nyonya.." Dengan cepat Baekhyun berdiri dan membungkukkan tubuhnya sopan.

Dalam hati Baekhyun bertanya-tanya apa yang membuat wanita itu menemuinya. Apakah mereka sudah ketahuan?

Baekhyun tanpa sadar menggigit bibir bawahnya takut.

"Byun Baekhyun.."

Sial, Dia bahkan tahu namaku.

"Bisa kita bicara sebentar?"

Kirim aku keneraka.

 

 

🍑🍑🍑🍑



Siang itu Chanyeol memiliki janji dengan sahabat baiknya untuk makan siang bersama di restoran dekat kantor miliknya. Chanyeol mungkin telat beberapa menit karena harus menyelesaikan beberapa rapat terlebih dahulu.

"Yo! Park Chanyeol!"
 
Chanyeol menoleh ke asal suara dan menemukan sang sahabat duduk bersama seorang wanita yang dia ketahui sebagai calon istrinya.

"Apa-apaan ini? pamer calon istri?" Sindir Chanyeol. Kai menyeringai, kemudian dengan sengaja merangkul mesra bahu sang kekasih. "Jika kau sebegitu irinya, mengapa tidak segera mencarinya juga?" Ucapnya. Yang langsung mendapat lemparan tissue dari chanyeol sendiri.
Sedangkan krystal hanya terkekeh geli melihat kelakuan teman dan calon suaminya.

"Apa kabar? Ku dengar kau baru kembali dari maldives. Kau terlihat.. bugar. Kau pasti bersenang-senang."

Chanyeol memanggil seorang pelayan dan memesan makanan hanya untuk dirinya sendiri karena sepertinya Kai telah memesan lebih dulu.

"Yeah, disana tidak buruk." Ucapnya kemudian, menyambung pertanyaan Kai sebelumnya.

"Tentu saja. Kau bahkan melewatkan acara pertunanganku, sial." Cibir lelaki berkulit tan itu.

"Ah soal itu. Aku minta maaf."

"Berikan kado pernikahan yang mahal, maka aku akan memaafkanmu."
 
"Sungguh tidak tahu malu."

"Ayolah, aku sahabatmu. Kau tentu tidak akan mengecewakanku, bukan?"

"Tidak ada gunanya aku mengesankanmu."

Kai merengutkan wajahnya, berpura-pura merajuk.

"Hentikan itu, apa kalian anak kecil?" Ucap Krystal pada akhirnya. "Aku dengar terjadi masalah dengan salah satu cabang perusahaanmu. Bagaimana perkembanganya?" Tanya gadis itu pada Chanyeol.

"Berjalan cukup baik, meskipun  ada sedikit keributan saat persidangan berlangsung. Aku harus menetap beberapa hari hanya untuk itu. Sial." Jelas chanyeol. Dengan keluhan di akhir kalimatnya. Beberapa minggu lalu sebelum ke maldives, Chanyeol memang menetap di Newyork untuk menyelesaikan hak kepemilikan tanah yang menjadi tempat pabriknya berdiri saat ini.

"Lalu bagaimana? Apa kau memenangkan persidangan itu?" Tanya Kai.

Chanyeol mengangkat sudut bibirnya membentuk seringai menyebalkan di mata kai. "Silahkan ganti margaku kalau begitu saja kalah." Ucap Chanyeol sombong. Membuat kai mendengus dan krystal terkekeh kecil.

"Tentu saja, baginda Chanyeol yang terhormat." Cibir Kai.
 
"Oh ya.. ku dengar park jiyeon kembali." Kai yang tiba-tiba teringat gosip tentang mantan kekasih sahabatnyapun mencoba untuk mengutarakannya. Namun Chanyeol hanya mengangkat bahunya acuh.

"Kami sudah bertemu." Jawaban Chanyeol sukses membuat kai hampir mengeluarkan bola matanya. "Aku fikir kau baru pulang kemarin malam."

"Kami bertemu di Maldives."

"Woaahh, Jiyeon benar-benar tidak sabaran." Ucap Kai takjub, sambil bertepuk tangan keras. Membuat Chanyeol memutar bola matanya malas.

"Lalu bagaimana? Kalian kembali bersama?" Tanya krystal dengan hati-hati. Membuat chanyeol terdiam untuk beberapa saat. Dan kedua manusia di hadapannya menatap dengan penasaran.
Chanyeol menghela nafas dan mengusap tengkuknya. "Yeah.."

Kai mengerutkan keningnya bingung. Kenapa chanyeol tidak terlihat senang?
"Apa yang terjadi? Kau sudah tidak menyukainya?"

Chanyeol semakin bingung ingin menjawab apa. Kalau dia bilang sudah tidak memiliki perasaan apapun pada jiyeon, apa mereka tidak akan berfikir itu terlalu cepat? Dan lagi, Chanyeol masih belum membicarkan ini dengan Jiyeon dan ibunya.

Lalu.. baekhyun?




🍑🍑🍑🍑





Ingin sekali baekhyun mengumpat sekeras-kerasnya tentang betapa bodohnya dia yang mau saja di seret ibu chanyeol untuk 'bicara'. Bicara apanya? Bahkan wanita seusia ibunya itu hanya diam dengan aura mengintimidasi yang begitu pekat sejak 15 menit yang lalu. Lebih sialnya lagi, di saat seperti ini waktu terasa begitu lambat. Sedangkan penerbangannya masih satu jam lagi.
Baekhyun lelah menerka-nerka apa yang ingin di bicarakan Nyonya Park. kenapa tidak langsung saja? Lama-lama dia merasa seperti pemeran utama wanita miskin yang sedang diminta menjauhi pemeran pria yang berasal dari keluarga kaya. Jika tidak salah, setelah ini dia akan di lempari segepok uang tepat di depan wajahnya. Lalu jika dia tetap menolak, ibu si pemeran pria akan menyiram wajahnya dengan segelas air.

Oh, sial. Baekhyun menatap resah ke arah gelas kopi dingin yang berdiri manis di hadapan Ny.park. Haruskah baekhyun meminum habis kopi milik ibu chanyeol dan beralasan bahwa dirinya terkena dehidrasi? Yang benar saja. Itu konyol sekali.

Dan kenapa juga dia malah memikirkan adegan dalam drama.lagipula mana mungkin dia menjadi pemeran wanita itu. Dia kan pria.

"Baekhyun-ah... boleh aku memanggilmu begitu?"

Baekhyun tersentak saat Ny.park tiba-tiba saja bersuara.
"I-iya. Tentu, tidak perlu formal." Ringisnya.

Nyonya Park mengangguk dengan masih mempertahankan ekspresi yang sulit Baekhyun pahami. "Baiklah.. Kau tentunya sudah tahu aku mengetahui semuanya."

Kepala Baekhyun menunduk. Menunjukan penyesalannya akan hal itu.
"Maafkan saya."

"Tidak.. tidak. Aku sedang tidak ingin mempersalahkan hal itu."

Baekhyun kembali mengangkat kepalanya dan menatap wanita di hadapannya dengan tatapan tidak mengerti.

"Yeah, aku akui aku memang 'sedikit' kecewa.. tapi karna hal seperti ini sering kali terjadi, jadi aku sudah tidak terlalu menganggapnya serius. Tapi.." Nyonya park menggeser tatapannya ke arah mata Baekhyun. "Aku hanya tidak menyangka dia menggunakan seorang pria untuk menipuku."

Baekhyun menjilat bibirnya yang tiba-tiba saja terasa kering dan menurunkan pandangannya ke arah tautan tangannya di bawah meja.
"Maaf nyonya. Saya sendiri tidak mengerti akan hal itu."

"Kalian berteman sebelumnya?"

Baekhyun tidak lantas menjawab. Haruskah dia jujur atau kembali berbohong?
"S-sebenarnya.. kami bertemu pada hari pertamaku di Maldives."

Nyonya park mengerutkan keningnya bingung. Setahunya Chanyeol bukan orang ceroboh dan mudah percaya dengan orang asing. Dan lagi, Bagaimana mereka bisa begitu dekat hanya dalam waktu singkat?

Perlahan sudut bibir wanita itu terangkat sedikit. Sangat menarik. Dia semakin penasaran pada sosok pemuda yang lebih pendek dari putranya ini.

"Angkat kepalamu, Baekhyun.. apa yang kau lihat di bawah sana?"

Baekhyun dengan sedikit gelagapan mengangkat kepalanya dan tersenyum meringis sebelum mengedarkan tatapannya kemana saja. Asal jangan ke arah ibu chanyeol. Sial, kenapa juga Nyonya besar park itu menatapnya terus menerus.. dengan kikuk Baekhyun meraih gelas ice coffee miliknya dan menyesap isinya melalui sedotan.

"Kau menyukai putraku?"

"UHUKK-"

Nyonya park sekuat tenaga menahan kedutan bibirnya melihat respon baekhyun. Sebegitu mengejutkannya, kah pertanyaannya? Padahal dia bertanya dengan nada yang santai dan tidak mengintimidasi. Lucu sekali pemuda di hadapannya ini.

"A-apa? T-tidak nyonya.. anda pasti salah paham. Saya tidak menyukai Chanyeol." Baekhyun mengibaskan kedua tangannya dengan wajah panik.

Wanita itu kembali mengangkat alisnya.
"Kau harus tahu, Aku tidak pernah salah, Byun."

Baekhyun menutup rapat bibirnya kali ini. Baiklah.. dia memang menyukai chanyeol. Ah sial memang. Kenapa pula wanita yang memiliki jasa melahirkan chanyeol kedunia ini harus mengetahuinya.

"A-aku.."

"Kenapa kau ketakutan seperti itu? Aku tidak akan memakanmu. Santai saja, nak." Untuk pertama kalinya Nyonya park melepas kekehannya. Dan jujur saja hal itu membuat Baekhyun merasa lebih baik sampai ikut mengembangkan senyumnya.

"Maafkan saya nyonya."

"Untuk?"

"Untuk... Menyukai putra anda." Jawab baekhyun sembari menatap ujung sedotannya. "Tapi anda tenang saja. Kami tidak memiliki hubungan apapun." -bahkan aku tidak tahu apa kami akan bertemu lagi atau tidak- lanjutnya dalam hati "Dan chanyeol sudah pasti 100% normal. Jadi anda tidak perlu repot-repot mempermasalahkannya.. lagipula, bukankah Chanyeol sudah kembali bersama nona park Jiyeon? Anda tidak perlu khawatir aku mengganggu hubungan mereka. Karna aku tidak tertarik melakukannya." Lanjutnya. Sedangkan nyonya park hanya melipat tangannya di dada sambil membiarkan pria mungil di hadapannya mengoceh. -tanpa sadar mengeluarkan semua isi hatinya. "Aku memang gay. Tapi aku tidak pernah mempengaruhi siapapun untuk menjadi sepertiku."

Nyonya park menghela nafas keras, dan itu menarik perhatian baekhyun. "Sayang sekali.. padahal aku berharap kau mempengaruhi chanyeol."

Baekhyun membulatkan matanya "Y-ya?"




TBC



Kalo sama yang ini kangen tak?:))
Belum ada moment CB ya. Soalnya belum ku edit cemwaaaa. Ciom dulu sini biar gak ngambek😗

MALDIVESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang