12. Leave Me Alone

72 9 0
                                    

"Hyung"

"What?"

Felix menatap heran sosok di depannya.

“Irene Noona sebenarnya dimana hyung?”

“Aku tak mengetahuinya, memangnya ia tak ada bersama mu? Di rumah?”

Felix mengangguk.

“Iya hyung, sudah beberapa hari ini aku hanya melihatnya sekilas di sekolah, tak pernah ada kesempatan untuk bertanya padanya walau sekedar menyapanya. entah ia sedang marah atau apa”

“Tak pulang ke rumah?”

“Iya hyung. Sebab itulah aku bertanya padamu, siapa tahu kau ada masalah dengannya yang membuatnya down hingga 'mengasingkan diri'?”

“Belajar darimana kau mengucapkan kata kata itu Felix Lee, astaga”

“Hehehe, asal meluncur saja hyung. Baiklah, kalau hyung juga tak tahu apa apa, aku pergi dulu ya”

.

.

.

.

.

.

.

.

Grep!

“Hmmph!”

“Ahk!”

“Hya!”

“Hey hey, calm down. Ini aku, Minhyuk”

“Demi Tuhan, kau mengejutkan ku!”

“Maaf maaf, ada hal yang ingin ku katakan padamu”

“Katakan saja”

Minhyuk menatap sekelilingnya.

“Tidak di sini”

Minhyuk kembali menarik tangan sosok itu, membawanya menuju tempat dimana mereka hanya berdua di sana.

Rooftop.

“Rene”

Dan sosok yang minhyuk bawa adalah Irene.

“Felix khawatir padamu, katanya kau selama ini tak pulang ke rumah. Bahkan ia tak ada kesempatan untuk dapat berbicara langsung padamu, maklum karena adikmu itu sibuk dalam extra kulikuler-nya, tapi kau sebagai noona-nya juga harus memandang dari sisi lain, lihatlah ia dengan pandangan seorang kakak pada adiknya, bukan seorang gadis pada pria lainnya”

Irene terdiam

“Inti dari pembahasan kali ini apa? Kau ingin aku pulang?”

Minhyuk terkejut menatap sosok cantik di hadapannya.

“Aku tak suka dengan nada bicara mu kali ini nona Lee. Kau terdengar ketus. Siapa yang mengajarimu hal seperti itu? Apa Jaehyun?”

“Minhyuk! Berhentilah menyalahkan sosoknya untuk apapun hal yang terjadi padaku! Bisakah kalian berdamai hanya sehari saja? Aku lelah!”

“Kau saja lelah bagaimana denganku Rene?! Kau hanya lelah, namun kau tetap dapat menerima perhatian dari ku atau darinya! Sedangkan aku? Aku yang merasakan sakit hati karena faktanya kau lebih dekat dengan Jaehyun daripada diriku sendiri! Ia yang merebut sahabat masa kecilku, ia juga merebut sosok yang sama yang sayangnya kini sudah berada di tingkatan sosok yang ku cintai!”

“Lee Minhyuk! Stop it!”

“Apa?! Kau yang harus berhenti! Hentikanlah cara berpikir mu yang terlalu childish dan egois itu rene, kau tanpa sadar telah menyakiti banyak orang walau bukan secara fisik, kau menyakiti kami secara mental, hati!”

Irene membalik tubuhnya, dengan tangan terkepal menahan amarah, serta pandangan yang kabur karena air mata yang ia tahan mati-matian.

“K.. Kalau begitu, cari sosok yang dapat membuatmu bahagia. Leave me alone, Lee Minhyuk”

Irene melangkahkan kakinya meninggalkan minhyuk yang menggeram frustasi.

“KAU LAH SATU SATUNYA ORANG YANG MERUPAKAN PUSAT DARI KEBAHAGIAAN KU RENE! IRENE! IRENE!! JOOHYUN-AH!”

Runtuh pertahanannya.

Setetes air mata lolos dari netra minhyuk yang indah namun selalu menatap tajam.

“Kau Irene.. Kau.. Kebahagiaan ku, sekaligus luka terbesar untukku”

.

.

.

.

.

.

.

.

Winwin memberi kode pada Jaehyun.

Di depan sana, Irene memandang makanannya dengan tatapan kosong, garpu yang ia pegang hanya di gunakan untuk menusuk-nusuk daging panggang pesanannya, tak pernah berhasil lolos masuk ke mulut gadis itu.

“Irene?”

“Ya?”

“Kau baik baik saja kan?”

Irene tersenyum tipis, lalu mengangguk.

“Aku tak yakin, ada apa sebenarnya?”

“Aku akan keluar dari hotel, aku pulang malam ini”

Mingyu menatap Irene dengan pandangan yang tak dapat di artikan.

“Kau sendiri yang mengatakan akan menenangkan diri, menjauh dari orang orang yang kau pikir dapat menambah beban pikiran mu, lalu sekarang kau akan pulang?”

“Felix bukan beban ku! Sooyoung juga! B-begitupula dengan.. Minhyuk”

Irene menekan kata-katanya di kala menyebut nama Minhyuk.

Jaehyun meremas sapu tangan yang tadinya ia akan gunakan untuk mengusap bibir Irene yang terdapat bekas susu coklat.

Lee-Sialan-Minhyuk.

Batinnya mengamuk, ingin rasanya mencengkram kerah seragam minhyuk dan memukuli wajah tampannya.

.

.

.

.

.

.

.

“Tenanglah Felix.. Ia akan pulang”

“Benarkah hyung?! Terimakasih karena telah mendengar keluhan ku, hyung yang terbaik!”

Minhyuk terkekeh pelan, itu bukan apa apa menurutnya. tidak seberapa.

Ia hanya membantu sosok adik yang tengah bersedih saat tak mendapat kabar tentang kakaknya yang mirisnya dapat ia lihat setiap berada di sekolah, namun tak dapat ia sapa.

Semoga firasat-nya tentang Irene yang akan memenuhi keinginan hatinya untuk kembali ke rumahnya terjadi malam ini itu benar.

“Ku harap kali ini kau dapat berpikir secara dewasa. Jangan biarkan siapapun itu merusak cara berpikir mu, Bae”

Senyum merekah di kala menatap figur cantik melalui gambar yang muncul di layar gawai-nya.

Sosok yang tengah tersenyum indah dengan mata terbentuk sabit, poni yang di biarkan turun menutupi kening dengan surai yang di kuncir dua.

Terlihat menggemaskan.

“Irene ku”

.

.

.

.

.

.

.

To Be Continue...

𝙒𝙃𝘼𝙏𝙀𝙑𝙀𝙍 !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang