Sang mentari mulai keluar dari ufuk timur menyinari dunia dengan keceriaan. Sang embun pun ikut memantulkan cahaya beningnya semurni keadaan di pagi hari.
Dua gadis begitu semangat bersiap menjalani pagi yang indah. Baju kaos dan celana sport tak lupa sepatu kasualnya menempel di badan mereka. Hanya Rena menambahkan dengan kerudung instannya yang berwarna hitam di kepalanya.
Hari ini weekend, seperti biasa Rena dan Safira pergi untuk berolahraga pagi. Pilihan mereka adalah olahraga lari menuju taman di dekat komplek perumahan dimana mereka tinggal.
Ketika mereka hendak menuju gerbang, muncullah motor yang ditunggangi seorang laki-laki dengan pakaian yang tak jauh seperti yang dua gadis itu pakai.
Dua gadis itu pun dibuat heran. Tak biasanya ada tamu sepagi ini di waktu weekend mereka.
"Pagi gadis cantik!" sapa cowok itu membuka helmnya lalu tersenyum ke arah kedua gadis itu.
"Fadli? Ngapain lo ke sini pagi-pagi?" tanya Safira kaget.
"Gue mau ikut lari pagi!" polos Fadli.
"Siapa juga yang ngajak lo ikut lari pagi? Sono lari aja sendiri!" ketus Safira.
"Gue mau lari pagi sama Rena bukan sama lo Ra!" sahut Fadli tersenyum sinis.
"Engga! Ren lo sengaja ngajak dia ikut kita?" kesal Fira menengok ke arah Rena.
"Engga, aku...,"jawab Rena terpotong.
"Gue sendiri yang mau ikut," potong Fadli.
"Ga..lo engga boleh ikut!"
"Kalau lo mau lari ya lari aja Ra, tenang gue ga akan ganggu lo. Lagian gue larinya di samping Rena bukan bareng sama lo!"
"Enak aja lo ngomong! Pokoknya ga ya engga!"
"Bener nih ga boleh?" goda Fadli.
"ENGGA!" tegas Fira.
Fadli pun menampakkan wajah sedihnya yang dibuat-buat. Rena pun tak tega melihatnya.
"Ra kasihan Kak Fadli, dia kan niatnya baik. Tenang aja dia kan bilang ga akan ganggu kamu jadi izinkan aja dia ikut sama kita," usul Rena memelas.
"Tapi...,"
"Kak Fadli ayo ikut!" ajak Rena sambil menarik tangan Fira keluar halaman dan berlari santai.
Fadli pun tersenyum sumringah dan mengikuti kedua gadis itu di depannya.
Awalnya Rena dan Safira berlari berdampingan dan Fadli berada di belakang mereka. Tapi selang beberapa menit, Fadli kini berada di samping Rena. Bahkan Fadli berani menarik tangan Rena untuk sedikit menaikkan laju larinya sehingga kini Safira berada di belakang Rena dan Fadli.
Safira pun kaget melihatnya. Apalagi kini Fadli sedang berbicara kepada Rena. Bahkan Rena pun terus melemparkan senyuman kepada Fadli yang mengajaknya bercanda. Hal ini membuat Safira kesal dibuatnya. Dia merasa tidak dianggap oleh Rena dan Fadli.
'Kenapa gue kaya jadi obat nyamuk gini sih? Ga dianggep sama sekali sama mereka. Ini Rena kenapa lagi, senyum-senyum sama Fadli? Memangnya ada yang lucu gitu? Kenapa juga Fadli ga mau ngobrol bertiga maunya sama Rena aja?' gerutu Fira dalam hatinya.
Safira yang terus fokus melihat gelagat antara Rena dan Fadli membuat dirinya tak memperhatikan keadaan jalan. Tanpa sadar di depannya ada batu yang membuat dia menginjaknya sehingga kakinya merasakan sakit akibat terkilir.
"Awwww!" pekik Fira lalu jatuh.
Rena dan Fadli yang mendengar pekikan pun refleks menoleh ke arah belakang melihat apa yang terjadi. Sontak Rena dan Fadli pun terkejut dan menghampiri Fira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pertama Luka Pertama
Teen FictionKeterpaksaan ikut tinggal bersama ibuku di rumah majikannya, membuahkan hasil yg mengejutkan. Aku mendapatkan cinta pertamaku dan bertemu dengan ayah kandungku.