BAB 7: Galau

180 23 0
                                    

Malam itu Radit tidak biasanya ikut ibu dan adiknya berkumpul menonton televisi. Bahkan adik perempuannya itu merasa aneh kenapa Radit terus tersenyum sendiri padahal tayangan saat ini sinetron bukan komedi.

Bahkan adiknya terus memberi bahasa tubuh pada ibunya seperti bertanya apa yang terjadi dengan Radit.

Rasa ingin tahunya pun memuncak. Akhirnya Raisa, adiknya Radit pun mengeluarkan suaranya.

"Bang! Lo kenapa sih senyam-senyum sendiri? Emang da yang lucu ya?" tanya Raisa heran.

Radit hanya diam sambil tersenyum seperti orang melamun. Sedangkan Raisa hanya kesal pertanyaannya tak digubris oleh Radit.

"Woiii, Bang! Bangun lo! Ngelamun aja! Nanti kesurupan setan cinta baru tahu lo!" kesal Raisa dengan nada tinggi yang membuyarkan lamunan Radit.

"Eh apa?" jawab Radit masih tersenyum.

"Kamu tuh kenapa Bang? Dari tadi ngelamun sambil senyam-senyum, kaya orang lagi jatuh cinta aja!" kata Bu Desi, ibunya Radit.

"Nah! Abang lagi jatuh cinta ya? Sama cewek mana tuh?" goda Raisa mendekatkan wajahnya pada Radit.

"Ih..apaan sih, Dek!" kesal Radit.

"Ngaku aja deh, Bang!" goda Raisa lagi.

"Lo anak kecil mana tahu yang gituan?"

"Gue emang adik lo! Tapi yang namanya pacaran lo kalah dari gue!"

"Maksud lo?"

"Abang Raditku tersayang! Gue tahu lo baru ngerasain jatuh cinta sekarang. Kaya tadi aja senyam-senyum sendiri. Baru kali ini gue lihat lo kaya gitu, Bang!" kekeh Raisa.

"Emang lo pernah jatuh cinta gitu?"

"Gue dah punya pacar lagi, Bang. Sori ya keduluan ma gue!" ujar Raisa tertawa.

"Mih! Nih anak SMP dah main pacar-pacaran segala. Pake ngeduluin abangnya segala lagi!" kesal Radit sambil mengacak-acak rambut Raisa.

"Abaaaaaang!" kesal Raisa.

"Udah-udah! Cape lihatnya juga. Sudah pada besar masih aja berantem," tegur Bu Desi.

"Mamih emang ga marahin Raisa? Kecil-kecil dah pacaran!" gerutu Radit.

"Mamih ga marah. Orang pacarnya aja suka datang ke rumah," cerita Bu Desi.

"Kok mamih ngasih izin cowoknya Raisa masuk rumah sih? Apa nanti kata orang?" tanya Radit tak mau kalah.

"Cowoknya Raisa itu anak temen papih kamu. Bahkan yang ngenalinnya juga papih kamu. Orang cowoknya aja baik terus sopan sama mamih, terus apa alasan mamih buat ngusir dia?" jelas Bu Desi. Raisa hanya menjulurkan lidahnya pertanda dia mengalahkan Radit.

"Kok Radit ga pernah ketemu kalo dia ke sini sih, Mih?" heran Radit.

"Orang kamunya aja suka keluyuran sama teman-teman kamu, kalau ngga ya asyik di kamar main game," kilah Bu Desi.

"Kalo lo ga mau kalah, kenapa lo ga bawa aja pacar lo ke sini. Mungkin mamih nanti bisa ngusir pacar lo yang cerewet atau kecentilan itu," canda Raisa tertawa senang. Sedangkan Bu Desi hanya ikut tertawa mendengarnya.

"Cewek gue ga gitu juga kali! Dia itu persis kaya mamih. Jinak-jinak merpati," kekeh Radit.

"Cantik ga orangnya?" goda Raisa.

"Cantiklah, pokoknya paras sama sikapnya sebelas dua belas sama mamih," bangga Radit.

"Kapan dia mau kamu kenalin ke mamih?" tanya Bu Desi sambil terus tersenyum pada Radit.

Cinta Pertama Luka PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang