Rena dan Safira masih diam dengan rasa kaget di benak mereka. Bahkan Rena menutup mulutnya tak percaya melihat penampilan lelaki di hadapannya begitu tampan.
Baru kali ini Rena melihat lelaki itu dengan gaya kasualnya. Baju kaos biru navy yang terbalut jaket, celana jeans cream dan tatanan rambut yang rapi membuat penampilan lelaki di hadapannya fresh dan tampil maskulin.
Lelaki itu hanya tersenyum melihat reaksi Rena dan Safira. Sedikit ada rasa heran di mata lelaki itu. Apalagi melihat jalan Safira yang sedikit tertatih dibantu oleh Rena.
"Selamat malam!" Lelaki itu berdiri menyapa Rena dan Fira.
"Malam juga Dit!" jawab Fira tetsenyum. Rena, jangan ditanya. Sudah pasti dia menunduk malu. Apalagi dia baru tersadar dari aksi menatap intents-nya.
"Lo ada apa ke sini? Tumben!" tanya Fira yang beranjak dari tempatnya berdiri mendekati Radit sambil dipapah oleh Rena.
Radit. Ya ternyata laki-laki yang datang itu adalah dia. Padahal Rena dan Safira mengira tamu yang dimaksud oleh Bi Rina adalah Fadli. Tapi ada perlu apa Radit ke rumah Safira, malam-malam lagi?
"Kaki lo kenapa Ra?"
"Tadi pagi kaki gue terkilir pas jogging,"
"Terus sekarang lo mau kemana pakai baju ginian? Lo mau ke acara ulang tahun? Cantik banget!"
Safira hanya tersenyum. Terlihat semburat merah di pipi Fira.
"Gue...gue mau keluar!"
"Sama siapa?"
"Sama gue!" jawab Fadli yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka.
"Lo?" Radit kaget melihat kedatangan Fadli.
"Ya gue! Kan gue dah bilang kalau gue mau ngajak cewek weekend ini!"
Radit sedikit aneh. Kemarin Fadli bilang mau ngajak Rena jalan. Tapi yang terlihat mau kencan itu Safira. Bahkan kalau melihat penampilan Rena yang hanya memakai kaos, celana piyama dan kerudung instant jauh dari kata siap untuk diajak kencan.
"Lo kenapa? Bingung?" Fadli terkekeh melihat ekspresi Radit.
"Ra! Lo sudah siap?" Fadli mendekati Fira langsung meraih tangan Fira.
Fira hanya mengangguk. Tetapi dia pun teringat dengan Radit.
"Bentar Fad! Dit maaf gue harus pergi. Tapi sebelum itu gue mau nanya ada apa lo ke sini?"
Radit tersadar dari pikiran yang berkecamuk di benaknya. "Oh itu...anu...gue juga mau ngajak jalan," Radit malu mengatakannya.
"Ngajak jalan gue? Sori ga bisa! Gue udah ada janji sama Fadli," Safira menengok ke arah Fadli.
Fadli yang tahu isi pikiran Radit pun langsung berucap," Dia bukan mau ngajak lo Ra!" senyum geli Fadli terpancar.
"Terus mau ngajak jalan siapa?" Safira menatap Fadli heran.
Fadli tersenyum menengok ke arah Rena yang sedari tadi menunduk diikuti dengan mata Fira dan Radit. Kini ketiganya menengok ke arah Rena.
Merasa hening, Rena pun mengangkat kepalanya. Dia pun terkejut dan bertanya mengapa mereka melihat kepadanya. Dia pun angkat bicara karena penasaran.
"Ka..kalian kenapa lihatin aku kaya gitu?" ucap Rena sambil meneguk salivanya.
"Sepertinya kita harus pergi Ra! Takut kemalaman. Biarin aja dua orang ini mengheningkan cipta sesuka mereka," canda Fadli disertai tawanya. Begitu juga dengan Fira yang kemudian ikut tertawa. Sedangkan Radit hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Rena sudah pasti dia malu dengan memalingkan pandangan ke arah lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pertama Luka Pertama
Teen FictionKeterpaksaan ikut tinggal bersama ibuku di rumah majikannya, membuahkan hasil yg mengejutkan. Aku mendapatkan cinta pertamaku dan bertemu dengan ayah kandungku.