Sore itu Radit seperti biasa ikut latihan futsal bersama teman dan adik kelasnya.
Usai bermain mereka pun beristirahat melepas penat dan peluh di pinggir lapangan.
Radit yang kala itu duduk di dekat Fadli hanya bisa melirik Fadli. Ada sesuatu yang ingin dia bicarakan tetapi takut salah paham nantinya.
Melihat gelagat Radit, Fadli seperti tahu apa yang ingin Radit lakukan.
"Lo mau ngomong sama gue?" tanya Fadli menatap Radit.
Radit yang sedang minum pun terkejut dan sedikit tersedak.
Fadli hanya tertawa kecil melihat kelakuan Radit.
"Mau ngomong di sini apa di tempat lain?" tanya Fadli lagi.
"Kok lo tahu gue mau ngomong sama lo?" heran Radit.
"Dari gelagat lo juga udah ketahuan kali?" senyum Fadli.
"Memang ada yang ingin gue omongin sama lo!"
"Tentang hubungan gue sama Rena?" tebak Fadli.
Radit terkejut mendengarnya. Sedangkan Fadli hanya tersenyum melihatnya.
"Di kafe depan yuk! Di sini ga enak ngomongnya!" ajak Radit.
"Lo malu ya?" goda Fadli.
"Takut ada yang salah paham aja. Lagian latihannya sudah selesai," jawab Radit membereskan tasnya.
Fadli hanya mengikuti Radit. Mereka pun pamit pulang terlebih dahulu pada teman-temannya dan juga pelatih.
Sesampainya di kafe, mereka langsung memesan minuman dan makanan mengingat mereka barusan kelelahan dan kelaparan sesudah bermain futsal.
"Jadi langsung aja, lo sama Rena ada hubungan apa?" tanya Radit.
"Memangnya lo siapanya Rena nanya kaya gitu?" tanya Fadli dengan senyuman menggoda Radit.
Sedangkan Radit seperti tersudut dengan pertanyaan Fadli. Rasanya lidahnya itu mendadak kelu.
"Lo suka sama Rena?" tanya Fadli.
"Gimana ya?" jawab Radit menggantung karena takut salah bicara.
"Gue tahu kok lo itu suka sama Rena. Cuma masalahnya lo itu belum bisa ngungkapinnya, bener kan?"
Radit kembali terdiam. Sedikit terkejut mendengar perkataan Fadli.
"Begini Fad...maksud gue, bukannya lo itu suka sama Safira? Terus kenapa sekarang lo dekat Rena?" merangkai kata takut Fadli salah paham.
"Gue emang suka sama Safira, tapi Safira ga suka sama gue. Dia sukanya sama lo!" ucap Fadli tenang.
"Jadi maksud lo, lo itu ngedeketin Rena karena lo ga bisa dapetin hati Safira?"
"Gue cuma cape aja ngejar cinta Safira," keluh Fadli.
"Tapi lo ga bermaksud menjadikan Rena pelarian lo kan?"
"Kenapa sih lo sama Fira mikir gue ngedeketin Rena cuma pelarian aja? Pada sempit otak lo pada!" kesal Fadli.
"Ya emang kelihatannya gitu!"
"Ck..ck..ck! Gini ya Dit. Gue cuma ngasih jalan buat Safira biar dia bebas terus ngejar cinta lo tanpa ada halangan dari gue. Kalau lo emang ga suka sama Fira lo jangan ngasih harapan sama dia dong!"
"Gue sudah lama nganggep Safira seperti adik gue sendiri ga lebih. Makanya gue ga pernah larang lo ngedekatin dia. Malah gue suka dukung lo kan buat ngedekatin dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pertama Luka Pertama
Novela JuvenilKeterpaksaan ikut tinggal bersama ibuku di rumah majikannya, membuahkan hasil yg mengejutkan. Aku mendapatkan cinta pertamaku dan bertemu dengan ayah kandungku.