BAB 20: Tragedi Kecil

193 18 0
                                    

Selamat membaca! 😊
_______________________

Weekend seperti biasanya menjadi kebiasaan bagi Rena dan Safira melakukan aktivitas lari pagi. Tetapi sayang hari itu Safira tidak bisa karena dia dan orang tuanya harus pergi menjenguk neneknya.

Biasanya Rena dan Safira akan lari pagi mengelilingi komplek atau ke taman di dekat komplek perumahannya. Maka Rena pun memutuskan lari pagi sendiri setelah selesai membantu ibunya.

Rena memutuskan untuk pergi lari pagi menuju taman dekat perumahan. Merasa sudah tak asing dengan tujuannya dia pun berani lari pagi sendiri.

Tak terasa Rena sudah sampai di taman. Dia mencari bangku taman yang kosong. Rupanya hari ini taman begitu banyak pengunjung mulai dari anak-anak sampai orang tua berkumpul di taman ini. Sekilas dia melihat sebuah bangku yang sedang diduduki oleh seorang lelaki paruh baya.

Rena menghampiri lelaki tersebut meminta izin agar bisa duduk di sebelah laki-laki paruh baya itu.

"Permisi Pak! Boleh saya duduk di sini?" Lelaki itu hanya mengangguk tanpa melihat ke arah Rena. Tatapannya kosong lurus ke depan dengan tangannya memegang tongkat kayunya.

Rena mengistitahatkan badannya. Lumayan dengan lari kecil keringat bisa keluar banyak juga. Dia pun mengeluarkan botol minumnya. Tak lupa dia pun menyodorkan botol itu pada lelaki tua di sampingnya.

"Bapak mau minum?" Lelaki itu hanya menggelengkan kepalanya lagi-lagi tanpa melihat ke arah Rena.

'Bapak ini kenapa sih? Kaya lagi ada masalah berat saja. Tatapannya terus melihat ke depan. Ditanya malah gak dijawab. Aneh!" Bisik Rena dalam hati lalu meminum airnya.

Setelah dirasa cukup beristirahat. Rena bermaksud untuk pulang ke rumahnya. Tetapi langkahnnya terhenti merasakan ada benda yang jatuh di sampingnya. Ternyata tongkat kayu milik lelaki tua itu terjatuh di sampingnya. Dengan segera Rena mengambil tongkat itu dan memberikannya pada lelaki tua itu.

Sejenak lelaki tua itu menatap Rena. Alangkah kagetnya dia usai melihat wajah Rena hingga dia tidak sadarkan diri. Rena pun terkejut dengan kejadian itu. Secepatnya dia berteriak meminta tolong.

Tak lama setelah dirinya berteriak minta tolong, banyak orang mendatanginya. Tetapi tiba-tiba ada seorang laki-laki paruh baya lainnya mendekati pria tua yang pingsan itu.

Lelaki yang berpenampilan seperti sopir pribadi itu pun dengan cepat menyuruh Rena untuk membantunya membawa pria yang pingsan tadi ke mobilnya.

"Mbak tolong bantu saya, saya akan menggendong tuan saya ke mobil. Tolong mbak bawakan tongkat tuan!" pinta sopir itu.

Kemudian Rena pun mengikuti kemana sopir itu pergi. Lalu membantu membukakan pintu mobil. Kini Rena duduk di belakang menjaga pria tua itu. Sang sopir hanya fokus menjalankan mobil mewah itu dengan kecepatan tinggi.

Sesampainya di rumah sakit, pria tua itu langsung dimasukkan ke ruangan IGD. Kini Rena dan sang sopir hanya duduk di ruang tunggu. Terlihat sang sopir sedang menelepon seseorang. Mungkin kerabat dari tuannya.

Sekitar satu jam berlalu, dokter yang menangani pria tua itu keluar dan memanggil keluarga dari Pak Rahman. Awalnya Rena hanya diam dan tak merespon karena merasa tak kenal. Tetapi sang sopir berdiri mendekati dokter yang memanggilnya. Rupanya dokter menyuruh sang sopir untuk mencari obat untuk tuannya.

Ingin Rena membantu tapi sopir itu hanya bilang tunggu saja. Memang awal pendaftaran pun sopir itu yang mengurusnya. Akhirnya Rena pun menelepon ibunya yang mungkin khawatir karena dia tak kunjung pulang ke rumah.

Selesai menghubungi ibunya, Rena disuguhkan dengan seorang laki-laki yang terus bolak-balik di depannya. Apa mungkin dia ini kerabat pria tua itu? Dengan keberaniannya, Rena bertanya kepada lelaki itu.

Cinta Pertama Luka PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang