BAB 29: Versus

180 19 0
                                    

Selamat Membaca!!! 👀👇
___________^___^__________

Tak pernah terpikirkan kejadian yang sudah dilalui oleh Rena. Dalam waktu yang tak lama dia dapat bertemu ayahnya dan juga menemukan cinta pertama dan mungkin untuk yang terakhir. Walau banyak orang yang beranggapan bahwa cinta pertama tidak bisa menjadi cinta terakhir. Tapi Rena hanya bisa menjalani. Apalagi Radit pun menempatkan Rena sebagai cinta pertamanya juga.

Hari-hari begitu terasa indah di mata mereka berdua. Seperti tak ada rintangan dan beban dalam menjalani hubungan. Tetapi batu kerikil akan selalu ada dalam setiap hubungan. Tergantung bagaimana Rena dan Radit menghadapinya. Menyingkirkan batu kerikil atau membuatnya menjadi batu sandungan besar.

Rena kembali bersiap untuk pulang setelah acara rapat OSIS sore itu. Kini Rena sudah menjadi anggota OSIS perwakilan dari ekstrakurikuler mading. Walau baru beberapa bulan tapi rapat OSIS tak pernah dia tinggalkan. Niat hati ingin pulang diantar kekasih hatinya harus urung karena Radit diminta untuk mengecek restoran ayahnya. Dengan langkah terburu-buru, Rena berjalan menuju gerbang sekolah. Tetapi entah kesialan apa yang menimpanya, dia harus bertabrakan dengan seorang laku-laki.

Brukk...

"Maaf...maaf! Saya buru-buru jadi tak melihat ka...!" permohonan maaf Rena terhenti ketika melihat lelaki di depannya.

Lelaki itu hanya tersenyum dengan tatapan seperti memikirkan rencana. "Lo mau kemana sih buru-buru?"

"A..aku mau pulang. Maaf!" Rena pun melewati pria itu tetapi tangannya tertahan karena cekalan tangan pria itu.

"Udah nabrak...lo lari! Gak mau tanggung jawab lo?"

"Tapi tadi aku sudah minta maaf kan?"

"Emang gue dah maafin lo?"

"Terus aku harus gimana?" Rena tak mengerti kenapa dia berbicara seperti itu.

Lelaki itu kemudian memegang kedua bahu Rena dan menatap wajah Rena. Dia menelisik wajah Rena dengan seksama. Wajah gadis yang semakin cantik dan begitu manis. Mata cokelat yang begitu meneduhkan, hidung mancung dan bibir merah muda yang begitu ranum serta dagu yang lancip begitu membuatnya semakin menggoda.

"Ke..kenapa kakak lihatin aku kaya gitu?" Rena masih menunduk tak enak diperhatikan oleh Rasya. Jantungnya tak karuan berdegup kencang. Otaknya tak bisa berpikir apapun. Badannya seperti terkena es begitu membeku.

"Lo memang cantik! Sebagai permintaan maaf lo, gue pengen lo...," Rasya mendekatkan wajahnya ke wajah Rena dan tangan kanannya memegang dagu Rena. Tentu saja jantung Rena semakin berdetak tak karuan. Rena hanya bisa menelan ludahnya dengan pelan.

'Rena ayo sadar!' Hati Rena seperti membangunkan dari kesadarannya. Kini Rena melepas tangan Rasya dan menjauhkan diri dari Rasya.

"Maaf Kak! Aku harus pulang!"

"Eh...tunggu dulu! Urusan kita belum selesai manis!"

"Kakak mau apa lagi? Terserah kakak mau terima atau enggak maaf dari aku. Tapi bagiku urusan kita sudah selesai! Permisi!" Rena sudah tak tahan ingin segera pergi dari hadapan Rasya.

"Gak bisa gitu dong! Lo yang salah malah mau kabur-kabur aja!" Rasya memegang tangan Rena begitu erat. Dia menempelkan badan Rena pada tembok kelas. Kedua telapak tangannya ikut menempel di dinding dan mengapit Rena. Kepalanya mendongkak ke bawah menatap mata Rena.

Rena semakin resah. Apa yang akan Rasya lakukan kepadanya. Suasana sekitarnya tak menandakan akan ada orang yang lewat. Rena gelisah apa yang harus dia lakukan sekarang. Matanya berkaca-kaca ketika Rasya tersenyum licik kepadanya. Apalagi Rasya semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Rena.

Cinta Pertama Luka PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang