BAB 14: 'Eksekusi'

172 16 0
                                    

Safira dan Fadli tiba di sebuah taman. Dia pun memarkirkan mobilnya di dekat kolam air mancur. Terlihat warna air kolam yang begitu bercahaya karena memantulkan cahaya lampu yang temaram.

Pikiran Safira yang fokus pada pemandangan kolam, tergantikan dengan sebuket bunga mawar merah di depannya. Dia pun menoleh pada Fadli yang tersenyum.

Perasaan bahagia tak terkira pun menyelimuti hati Safira. Baru kali ini ia mendapat bunga dari seorang pria di kencannya. Bahkan dia tidak bisa berkata apa-apa hanya rasa kelu di lidahnya.

"Kamu suka?"

"Ya gue suka!"

"Sebenernya aku mau ngomong sama kamu tapi...biar dia aja yang ngomong!" Fadli memberikan sebuah boneka beruang kecil yang sedang membawa sepucuk surat.

Safira pun heran dan dia pun menerima boneka itu. Tapi dia ragu untuk membuka surat berwarna merah muda itu.

"Bukalah! Aku menunggu!"

Tak membutuhkan waktu lama, Safira pun membuka surat tersebut.

Untuk bidadariku, Safira Azzahra Irawan.

Hai, Ra! Maaf aku hanya bisa menuliskan kata-kata ini kepadamu. Aku belum ada keberanian lewat lidahku karena lidah terkadang berbohong dan kau tak akan mempercayainya. Tapi hati ini tak bisa berbohong bahwa aku "JATUH CINTA KEPADAMU!"

Sudah setahun ini aku terus mendekatimu. Tetapi kau selalu jutek di hadapanku. Bahkan untuk mendapatkan cintamu aku terkadang mulai putus asa.

Tapi seminggu ini aku mulai menyadari ternyata kau sebenarnya mencintaiku juga. Maka ketika aku yakin dengan ini, hari ini aku ingin bertanya kepadamu. APAKAH KAU INGIN JADI PACARKU?

Calon pacarmu
Fadli 'kece' 😇


Safira menengok ke arah Fadli dengan tatapan penuh arti. Hatinya bergetar hebat. Jantungnya seakan ikut meramaikan suasana di dalam dadanya.

Belum sempat dia berbicara tiba-tiba datanglah seorang remaja pria di luar mobil yang membawa gitarnya. Fadli pun membuka kaca mobil dan gitar pun mulai dimainkan oleh lelaki di dekat Fadli.  Safira mengira lelaki itu akan bernyanyi. Rupanya dia salah. Fadli yang ternyata menyanyi untuk dirinya.

Ternyata Fadli menyanyikan lagu 'Sempurna' milik Andra and The Backbone. Suaranya cukup merdu untuk di dengar. Bahkan Safira terenyuh mendengarnya. Matanya seakan tak putus menatap Fadli. Senyuman semakin terkembang di bibirnya yang mungil.

"Ra, maukah kau menyempurnakan hidupku dengan menjadi kekasih hatiku?" tanya Fadli usai menyelesaikan nyanyiannya dan memegang kedua tangan Safira di dadanya.

"Gue...gue...," Safira terbata-bata dan lidahnya terasa susah untuk mengucapkan kata yang lain.

Fadli hanya harap-harap cemas menunggu jawaban dari Safira.

"Mau,"

"Beneran Ra?" Fadli tak percaya dan langsung mencium tangan Safira.

"Maaf ya Ra! Aku bukan orang romantis, hanya bisa nembak lo di dalam mobil. Tadi rencananya sih bukan gini, tapi semoga kamu suka!"

"Fad! Lo jangan mikir begitu! Gini juga gue seneng banget. Ga nyangka gue!"

"Ra...bisa ga kalau kita manggilnya jangan lo-gue lagi, aku-kamu oke?"

"Oke! Ya walaupun awalnya pasti susah, sekali lagi makasih ya! Lo...eh..kamu romantis juga! Suara lo...eh.. kamu bagus juga," tawa Safira.

"Mulai sekarang kita jadian ya?"

Cinta Pertama Luka PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang