BAB 31: Janji

716 29 0
                                    

Selamat membaca!!!📖⬇
____________^___^________

Tak biasanya Radit menemui Rena di pagi hari kecuali bila hari sekolah. Tentu saja hal itu membuat Rena penasaran apalagi Radit membawa sekantung bahan makanan. Entah apa yang ada di pikiran Radit. Rena hanya menyapa dengan senyum.

"Kita ke dapur yuk!"

"Mau apa ke dapur? Katanya mau jalan-jalan?"

"Aku ingin kita masak dulu buat bekal jalan-jalan!"

Rena menaikkan sebelah alisnya heran. "Kamu bisa masak? Tak percaya aku. Yang ada kamu malah merusak dapurku lagi!"

Radit mencubit hidung Rena dengan gemas. Berlalu meninggalkan Rena yang meringis kesakitan. Rupanya ada calon mertuanya sedang menyiapkan sarapan bersama seorang pembantu.

"Pagi Bu!" Radit menyapa calon mertuanya dan mencium tangannya.

"Pagi-pagi sudah ke sini saja? Mau ikut sarapan?"

"Radit mau ikut masak sama Rena. Boleh?"

"Ini juga ibu lagi masak. Sudah tunggu saja di meja makan. Sebentar lagi ayah juga turun!"

"Kita mau masak buat bekal. Nanti siang kita mau jalan-jalan berdua!"

Rina hanya mengangguk. Radit hanya menyimpan bahan makanan yang dibawanya. Lalu menemui Rena yang kini sedang menyiapkan peralatan makan dibantu oleh pembantu yang lainnya. Tak lama mereka berempat pun larut dalam percakapan ketika sarapan.

Rencana memasak bersama pun mulai Radit dan Rena lakukan. Tidak ada campur tangan dari ibunya Rena. Mulai dari membuat lauk sampai kue hanya Radit dan Rena yang melakukan. Rina hanya menjadi sumber petunjuk saja. Canda tawa mengiringi acara masak mereka. Terkadang Radit menjahili Rena ketika memasak. Entah itu merayu, mengambil gambar Rena ataupun mengoles tepung atau minyak ke wajah Rena. Hasilnya...lumayanlah untuk seorang pemula. Walau kini terlihat dapur sedikit atau malah lebih berantakan dari biasanya akibat ulah Radit dan Rena.

Setelah membereskan bekal, Radit istirahat di ruang keluarga sambil menunggu Rena menyiapkan diri untuk pergi bersama. Rasanya hari ini benar-benar hari istimewanya dengan Radit. Untuk pertama kalinya pula Radit menjadi imam untuk Rena karena sebelum berangkat mereka melaksanakan shalat Dzuhur terlebih dahulu.

Usai berpamitan kepada ayah dan ibunya, Rena dan Radit pun berangkat ke suatu tempat tanpa Rena tahu kemana dirinya akan dibawa oleh Radit. Selama perjalanan Radit memutar lagu menambah semarak suasana di dalam mobil. Mereka berdua pun tak sungkan ikut bernyanyi sambil berpegangan tangan. Keceriaan itu sungguh kembali terlihat di wajah keduanya. Hingga akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, yaitu pantai.

Rena dan Radit pun menggelar tikar dan menyusun bekal mereka. Rencananya memang Radit ingin melihat sunset bersama Rena untuk pertama kalinya. Mereka berdua duduk di pinggir pantai menatap lautan di hadapannya. Rena merebahkan kepalanya di bahu Radit karena Radit memeluk bahunya dengan lembut.

"Ren...hari ini kamu bahagia gak?"

"Tentu saja Dit! Pokoknya hari ini benar-benar aku merasa bahagia banget! Terima kasih ya Dit!"

"Aku ingin membuatmu terus bahagia. Terus membuatmu tersenyum. Terus merasakan bunga-bunga bermekaran di hati kamu!" Radit pun dengan keberaniannya mencium pucuk kepala Rena yang tertutupi kerudung.

"Kamu selalu membuat aku bahagia Dit! Aku beruntung mendapatkanmu!"

"Dan aku beruntung mendapatkanmu...karena kebahagiaanku ada pada dirimu. Ketika kau bahagia aku pun ikut bahagia!"

Mereka pun saling menatap dalam keheningan. Tetapi Rena menatap Radit penuh tanya karena melihat mata yang begitu ingin mengucapkan sesuatu hal yang terpendam. Ingin sekali Rena bertanya tetapi kembali dia ragu. Perasaannya tidak enak terhadap Radit semenjak acara pengumuman kelulusan itu. Dia juga tidak ingin merusak hari bahagianya dan Radit untuk saat ini.

Cinta Pertama Luka PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang