Hari ini Rena tak biasanya ikut Bu Widya dan ibunya, berbelanja. Mengingat hari ini adalah hari Sabtu maka Rena pun memutuskan untuk ikut membantu majikannya berbelanja. Apalagi ini belanja bulanan, sudah pasti akan banyak barang yang akan dibeli.Mereka hanya bertiga dan Mang Asep sebagai supir. Sedangkan Safira memang tidak tertarik berbelanja bulanan. Apalagi dia baru saja diajak jalan sama Fadli.
Di pusat perbelanjaan, Bu Widya dengan teliti melihat-lihat barang yang akan dibelinya. Walau sudah ada catatan tentang barang-barang yang akan dibeli tapi tetap saja naluri wanita yang selalu ingin membeli ini itu di luar rencana.
Alhasil dua troli menjadi angkutan untuk barang-barang yang dibelinya. Untung saja Rena ikut. Bila tidak, ibunya akan kewalahan membawanya.
Ketika menuju kasir terlihat Bu Widya bertegur sapa dengan seseorang wanita dan tampak gadis remaja bersamanya.
"Desi...apa kabar?" Widya menyalami Desi dan mereka cipika-cipiki.
"Baik. Ya ampun sampai pangling lihatnya! Sudah lama tak bertemu!" Desi melepaskan pelukannya.
"Kamu kemana aja gak ngabarin kalau sudah pindah ke Jakarta lagi?"
"Maaf ponsel aku hilang jadi semua nomor juga pada hilang semua!"
"Eh ini Raisa ya? Udah gede ya! Cantik sekali kaya mamanya!" Puji Widya yang langsung memegang kedua bahu Raisa.
"Ah tante bisa aja!" Raisa mencium tangan Widya.
"Kamu ke sini sama siapa?" Desi celingak-celinguk mencari orang yang menemani Widya.
"Aku bareng Bi Rina...tuh dia!" tunjuk Widya ke arah Rina yang sedang mendorong troli.
"Bi Rina? Apa kabar? Aduh kangen masakan Bi Rina deh!" Desi menghampiri Rina dan langsung mereka bersalaman.
"Saya baik, Bu! Ibu sendiri gimana?"
"Ya...seperti yang bibi lihat! Ini masih ingat siapa?" Desi berbalik ke arah Raisa.
"Ini non Raisa bukan ya?" ragu Rina.
" Bi Rina apa kabar? Ia ini aku Raisa yang suka ngehabisin masakan buatan Bi Rina," Raisa menyengir kuda dan mencium tangan Rina.
"Ini siapa? Yang pasti bukan Safira kan?" tunjuk Desi pada Rena.
"Oh itu anaknya Bi Rina. Namanya Rena. Dia sudah dua tahun tinggal di rumahku," Widya merangkul bahu Rena.
"Cantik ya kaya ibunya!" Puji Desi yang tangannya langsung dicium oleh Rena.
"Kayaknya kita harus ngobrol di tempat lain deh. Di sini kita bisa menghalangi jalan orang lain," Widya bergegas menuju kasir membayar belanjaannya. Begitu juga dengan Desi.
Usai membayar semua belanjaannya, Widya, Desi dan Raisa memutuskan untuk pergi ke salah foodcourt yang ada di pusat perbelanjaan itu. Sedangkan Rena membantu ibunya menyimpan barang belanjaan ke mobil.
"Bu...tadi itu siapa sih?"
"Itu tadi Bu Desi ibunya Radit dan Raisa itu adiknya Radit,"
"Apa?" Rena seakan tak percaya dengan ucapan ibunya.
"Kok ibu kenal?"
"Dulu kan rumah Bu Desi sama Bu Widya itu tetanggaan. Radit sama Raisa suka main ke rumah. Kadang Bu Desi juga suka minta dimasakin sama ibu,"
Rena hanya mengangguk mendengar cerita dari ibunya. Kini Rena paham bahwa tadi tanpa sadar dia telah berkenalan dengan calon mertua dan adik iparnya. Mertua? Adik ipar? Masih jauh kayanya memikirkan itu. Rena hanya tersenyum membayangkannya. Tapi Radit kenapa gak ikut? Dari tadi malam tak ada kabar dari Radit. Kalau nanya duluan kan gengsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pertama Luka Pertama
Fiksi RemajaKeterpaksaan ikut tinggal bersama ibuku di rumah majikannya, membuahkan hasil yg mengejutkan. Aku mendapatkan cinta pertamaku dan bertemu dengan ayah kandungku.