DUA

5.1K 491 13
                                    

Hanya terbaring sambil menatap langit-langit ruangannya. Itulah kegiatan yang dilakukan Hinata sejak kepergian Mikoto. Sesekali matanya akan memandang ke arah jendela, melihat langit sore yang mulai memunculkan rona jingga. Pertanda hari akan segera berganti malam.

Membosankan karena tidak ada kegiatan lain yang bisa dilakukan. Bahkan ia tidak bisa mendekat pada jendela untuk menyaksikan senja dengan view yang lebih baik.

Hinata sungguh ingin pergi dari rumah sakit ini jika bisa. Namun untuk bangun dari ranjang saja dia masih belum mampu. Kepalanya akan terasa pusing jika dipaksakan untuk bangun, dan juga memikirkan hal-hal berat.

Karena itu Hinata tidak terlalu memikirkan pertemuannya dengan Sasuke nanti.

Dia hanya akan bersikap normal. Membiarkan tubuhnya bergerak sesuai keadaan yang tercipta nanti. Lalu dia juga akan menghilangkan perasaan sayangnya pada Sasuke.

Perasaan sayang yang tidak pernah dihargai oleh Sasuke. Perasaan yang membuatnya lemah dan terus tersakiti. Dia akan membuangnya jauh jauh.

Saat pikirannya masih berkecamuk, terdengar suara pintu yang terbuka, sekaligus menghilangkan hal-hal yang sempat menggantung dalam pikirannya.

Di ambang pintu ruangan rawatnya, berdiri Mikoto dengan senyum tulusnya dan tangan yang menenteng parcel berisi buah buahan segar, ayah mertuanya -Fugaku yang tersenyum tipis, dan Uchiha Sasuke yang hanya menatapnya datar.

"Hinata-chan, Kaa-san mengajak semuanya agar kau tidak kesepian. Tidak apa kan?" Ucap Mikoto setelah meletakkan parcel buahnya pada nakas di sebelah ranjang pasien.

"Tidak apa-apa Kaa-san. Ku pikir tidak perlu sampai menjengukku seperti ini, apalagi aku hanya orang asing" ucap Hinata sambil tertunduk. Merasa tidak enak sampai harus dijenguk oleh kepala keluarga sekaligus pemilik perusahaan Uchiha corp itu.

Hinata hanya tidak menyangka karena dulu yang datang hanya Mikoto dan Sasuke saja.

"Jangan bicara begitu sayang, kau anak Kaa-san juga. Nah ini suami Kaa-san- Fugaku dan anak Kaa-san- Sasuke. Oh kau juga boleh memanggilnya Tou-san, iya kan sayang?" Ucap Mikoto sambil meminta persetujuan dari suaminya.

"Tentu. Terima kasih sudah menyelamatkan istriku nak. Sampai harus membuatmu seperti ini"

"Sayang, kau terlalu kaku"

"Oh benarkah? Ehem. Aku tidak terlalu mengerti hal hal seperti ini, terlebih Hinata tentu berbeda dari Sasuke"

"Tentu saja. Hinata-chan sangat manis dan cantik sepertiku sedangkan Sasuke sangat dingin sepertimu"

"Kaa-san" Hinata hanya terlalu malu dipuji oleh ibu mertuanya ini. Hingga yang dia lakukan hanya menundukkan kepalanya dengan rona merah di pipi tembamnya.

Sasuke yang sejak tadi terabaikan, memilih duduk di sofa yang cukup jauh dari ketiga orang yang masih sibuk bercanda di sana. Sasuke tidak bisa membaur begitu saja dengan kehadiran orang asing di ruangan yang sama dengannya.

Pria itu sedikit tidak menyangka Kaa-san nya akan seakrab itu dengan orang yang baru ditemuinya. Apalagi Tou-san nya, bahkan kepala keluarga Uchiha itu terlihat tersenyum mendengar perkataan gadis yang menolong istrinya itu.

Padahal ayahnya memiliki karakter yang sama dengannya. Tidak terlalu suka hal-hal ramah tamah seperti itu. Cenderung berbicara singkat dengan raut wajah yang datar.

"Sasuke, besok kau tidak perlu masuk ke kantor. Ambillah cuti dan temani Hinata disini". Ucap Fugaku yang membuyarkan lamunan sasuke.

"Apa apaan itu Tou-san. Aku tidak mau". Ucap Sasuke sambil menajamkan matanya menatap sang Ayah. Kenapa dia harus menemani orang asing seperti gadis itu?

ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang