TUJUH

4.1K 469 60
                                    

Happy reading

.

.


Suara ketukan terus terdengar dari balik pintu flatnya. Bahkan lebih terdengar seperti gedoran yang seolah berniat menghancurkan pintunya. Hinata bangun dengan tidak rela, sedikit mengerang dan mengucek matanya yang mengantuk. Kakinya melangkah ke arah pintu dengan segera sebelum pintu itu benar-benar roboh.

"Kemasi barang-barangmu sekarang" Ucap Tsunade-sama, tangannya bersedekap di depan dada. Memandang datar wajah berantakan Hinata.

"Ada apa ini Tsunade-sama, aku mohon beri sedikit waktu lagi" kantuk yang dirasakannya langsung menghilang begitu melihat orang yang berdiri di depan flatnya. Ditambah kalimat yang terlontar dari bibir merah merekah di depannya, membuat Hinata terbelalak dengan degup jantung yang terpacu.

"Aku tidak berniat bernegosiasi denganmu lagi Hyuuga. Telingaku sudah bosan mendengar kalimat itu."

"Aku sedang mengusahakannya Tsunade-sama. Anda tidak bisa mengusirku seperti ini. Aku ini penghuni tetap kan?"

"Ya, kau memang sudah lama tinggal di sini. Tapi bisnis tetaplah bisnis, aku sudah berbaik hati membiarkanmu menunggak nyaris 3 bulan. Aku tidak bisa membiarkannya lebih lama lagi."

"Tapi Tsunade-sama . . ."

"Sudah menyerahlah Hyuuga. Segera kemasi barang-barangmu, nanti siang penghuni kamar yang baru akan memindahkan barang-barangnya kemari."

Hinata hanya terdiam menundukkan kepala mendengarnya. Ia tidak beranjak dari pintu meski Tsunade-sama telah beberapa langkah meninggalkan tempat itu.

Sebelum pergi terlalu jauh, wanita seksi itu menghentikan langkahnya.

"Kalau kau butuh bantuan, kau boleh menghubungiku kapan pun." Ucapnya tanpa menengokkan kepalanya, lalu melangkahkan kakinya kembali.

Hinata tersenyum kecil menatap punggung Tsunade-sama yang semakin menjauh dan menuruni tangga. Ia segera masuk ke dalam dan memilah barang-barang yang akan dibawanya.

.....

Hinata menyeret kopernya dengan langkah cepat. Tidak ingin tertinggal bus dan terancam terlambat kerja. Ia tidak sempat mencari flat baru karena hari ini ia ada pekerjaan lain. Ia langsung melangkahkan kakinya ke dalam bus begitu tiba di halte.

Langkah kakinya berhenti di depan sebuah bangunan kantor pengiriman paket. Bangunan berlantai 2 dengan cat warna putih bersih.

Tangannya mendorong pintu kaca dan melangkah masuk. Tidak ada orang yang bisa ditemui di ruangan depan, namun telinganya mendengar suara berisik dari ruangan lain.

Ia melangkahkan kakinya mendekati ruangan dengan pintu yang terbuka.

"Hinata, kau sudah sarapan? Iruka-san membeli banyak gyoza." Sapa satu satunya wanita yang ada di sana. Hinata mengenalnya sebagai Konan.

"Arigatou, tapi dimana iruka-san?" Hinata mengedarkan pandangannya ke seluruh sisi ruangan. Hanya ada 5 orang di sana, salah satunya konan. Tidak ada pria dengan bekas luka melintang di hidungnya.

"Tadi Iruka-san pergi ke kantor cabang. Ada beberapa paket yang bermasalah." Kali ini seorang pria penyuka anjing bernama kiba yang menanggapi.

"Ah aku daritadi penasaran, itu koper apa Hinata?"

"Kau diusir ya?" Tanya Deidara dengan mulut yang penuh dengan gyoza.

Konan mendelik dan merebut piring berisi gyoza, menjauhkannya dari jangkauan Deidara. "Selalu saja bicara sembarangan."

ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang