"Jadi, kau ada apa?"
Dahyun yang duduk di hadapan Nayeon kembali menginterogasi Nayeon dengan tatapan menelusur. Sore itu, mereka tengah duduk santai menikmati suasa sore kota mereka di salah satu cafe dekat kampus. Nayeon tahu tatapan yang dikeluarkan sahabatnya itu. Tatapan yang bisa menbuat siapa saja berkata jujur kepadanya.
"Aku hanya sedang memikirkan teman masa kecilku."
"Kenapa dengannya?"
"Dia kemarin menelponku dan bercerita tentang kejadian yang menimpa dirinya. Aku hanya merasa kasihan kepadanya."
"Ceritakan. Siapa tahu aku atau Eunwoo bisa membatu."
"Entahlah. Aku tak yakin."
"Ei~ kau itu, apa kau tak mengenal kami? Kami bisa menjaga rahasia."
"Bukan beg-" Ucapan Nayeon terhenti begitu melihat ekspresi Dahyun yang memohon.
"Oke. Ini rahasia."
Senyuman cerah kembali mengambang di wajah wanita berkulit putih itu. Dengan semangat ia menganggukkan kepalanya.
"Jadi, temanku bercerita kalau dia mengalami kejadian buruk. Ia tak menginginkan ini. Dia merasa ia di jebak. Dan kejadian itu, membuatnya hamil."
Eunwoopun datang bertepatan dengan Nayeon yang mengambil nafas sejenak untuk melanjutkan ceritanya. Ia meletakkan tiga cangkir minuman pesanan mereka dan semangkuk kue pesanan Dahyun. Setelah itu, ia duduk dan juga ikut menyimak cerita Nayeon.
"Setelah tahu kalau ia hamil, ia menjadi stres, terlebih ketika ayahnya menjodohkan ia. Ia bingung harus bagaimana."
"Apa dia memiliki malu?"
Pertanyaan itu berhasil membuat kedua wanita itu menatap ke Eunwoo dengan penuh keheranan.
"Maksudku, kalau temanmu itu tak punya malu untuk membesarkan anak itu, tak usah menikah. Tapi kalau malu akan lingkungan sosial, menikah saja. Yang jelas, jangan bunuh anak itu. Itu adalah kehidupan. Walaupun temanmu di jebak, tapi anak itu tidak bersalah. Kalau ia sampai membunuh, berarti temanmu adalah penbunuh."
"Uh~ changiya. Itulah salah satu alasan mengapa aku menyukaimu."
Nayeon terdiam. Ia hanya melihat cangkir berisikan minuman hangat yang berada dalam genggamannya. Ia merasa, sepertinya benar dengan perkataan Eunwoo. Sekarang tinggal dirinyalah yang harus menentukan. Menikah atau tidak.
#####
Nayeon menatap kedua orang tuanya secara bergiliran. Mereka nampak menikmati makan malam mereka. Sedang Nayeon, ia hanya memengang sumpit dan memainkan sumpitnya untuk mengacak-acak nasi yang berada di dalam mangkuknya.
Sesaat Nayeon menghentikan tangannya. Ia menghela nafas panjang lalu meletakkan sumpitnya di sebelah mangkuknya. Ia berdoa semoga apa yang ia pilih tidak salah dan tidak merugikan siapapun. Ia memantapkan batinnya sebelum memanggil kedua orang tuanya.
"Kenapa sayang?"
"Aku, aku sudah membuat keputusan tentang pernikahan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
💎 Say You Love Me 💎 [EnD]
Fanfiction"Dan satu lagi, saat kau membenci hal yang mengingatkan kau pada dirinya, sebenarnya saat itu juga kau merindukan moment saat kau bersamanya." "Kamu itu ibarat kelopak bunga sakura ini. Kamu telah ditakdirkan oleh Tuhan untuk singgah dalam pikiran...