Apa jadinya jika sepasang suami istri yang rumah tangganya sedang kurang harmonis dipaksa harus bekerja dari rumah?
Instruksi dari masing-masing atasan mengharuskan semua karyawan Work From Home untuk mengurangi dampak penyebaran virus yang terjadi...
Alami penularan gelombang kedua, Perdana Menteri Malaysia mengumumkan lockdown (Perintah Sekatan Pergerakan) tanggal 18-31 Maret 2020.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Walau tidak semua pegawai di Jakarta melakukan WFH (Work From Home), melainkan WFO (Work From Office), semoga penularan virus Covid-19 ini segera terputus mata rantainya. (Riri)
•••
"Check list udah semua?"
"Udeh," jawab Mbak Indah dari layar laptop yang masih menyala semenjak malam. Sepagi ini mereka harus melakukan pengecekan ulang, sebelum pelatihan, yang dialihkan menjadi daring, jam sembilan nanti.
"Paparan yang dikasih pemateri udah disimpen, kan, Mbak?" tanya Riri lagi sambil menahan kantuk. Ia hanya bisa tidur selama tiga jam tadi malam.
"Udah guesimpen juga di Cloud. Mudah-mudahan wifi gue lagi nggak ganjen hari ini. Deg-degan. Asli. Meski bukan pertama kali kita ngadain training online kayak gini, ya ... walaupun nggak sering juga, kalau ingat ini training pertama kita di WFH, kok tegangnya berasa kayak mau malam pertama aja gitu."
"Humor lo level tinggi, Mbak." Keduanya tergelak. "Nanti kita saling back-up, kok. Jaga offline training dan onlinetraining sebenarnya sama aja. Kalau persiapan sudah matang, insya Allah aman. Sisanya serahkan sama Allah."
"Persiapannya dadakan dalam sehari semalam, ya, mohon maaf. Bela-belain apa semalam gue begadang nyiapin ice breaking dan quiz, coba?"
"Belain gaji dan bonus biar tetap mengalir ke dalam rekening." Riri asal menyambar yang membuat Indah kembali tergelak.
"Iya juga, sih."
"Eh, mohon maaf, ya, Ibu Indah Puspitasari. Jadi, gue sama Mbak Riri di sini dianggap nyamuk aja, nih?" Alin yang pura-pura tidak terima segera membuka kamera, dengan tampilan yang sudah siap ngantor. Berbeda seratus delapan puluh derajat dengan dua rekannya yang masih menggunakan daster dan piyama.
"Oh iya, sorry. Gue lupa. Makasih Alin dan Riri, teman terbaik setim gue, yang udah nemenin begadang tadi malam." Mbak Indah memajukan bibir, hendak memberikan kecupan jauh. Namun, bola matanya kembali membulat. "Eh tapi itu, mau kemana lo, Lin? Pagi-pagi udah rapi. Perasaan lima menit lalu masih pake daster. Tadi lo bilang cuma mau ke toilet. Gue kira cuma pipis atau gosok gigi doang."
"Bukan cuma nemenin lah, gue ama Mbak Riri tuh bantuin lo juga kali, Mbak," ralat Alin. "Eh, masa nggak ingat kalau pagi ini ada rapat internal jam tujuh?"
"Pan kita mah ngurus training hari ini," jawab Riri yang menirukan gaya bicara Alin.
"Tetap disuruh hadir rapat juga, kali, Mbak. Training kan jam sembilan. Rapatnya jam delapan palingan udah kelar."