5 bulan yang lalu....
"Morning" sapa Agit pada Dea yang sedang berada di dapur.
"Morning,"jawab Dea tak lupa dengan senyum manis tersungging di bibirnya.
Agit memeluk Dea dari belakang menyandarkan dagunya di pundak Dea.
"Hari ini kamu masak apa?"tanya Agit padahal dirinya udah melihat apa yang Dea masak.
"Aku masak nasi goreng sama ayam balado,"jawab Dea tanpa terganggu dengan Agit yang memeluk nya. Padahal Dea tau kalau Agit hanya ber basa-basi saja. Namun tetap aja diladeni olehnya.
"Emm makanan kamu pasti enak nih," puji Agit seraya mencuri sebuah ciuman di pipi Dea.
Dea hanya tersenyum mendengar pujian dari suaminya "Sana ah aku mau masak dulu."
Mengetahui bahwa Dea kurang menyukai jika ada orang yang mengganggunya disaat sedang fokus Agit pergi menuju meja makan. Sekarang Dea lebih leluasa mengerjakan tugas yang memang sepantasnya dia lakukan. Gak perlu waktu lama bagi Dea untuk menyiapkan makanannya.
Makanan sudah tersaji di meja makan. Dea tersenyum setelah semua masakan nya tertata rapi di meja makan "Makanannya udah siap," ucap Dea dengan senyum menampakkan giginya, Sudah menjadi khasnya seorang Dea jika sudah siap mengerjakan sesuatu.
Agit yang sedang fokus dengan handphone beralih menatap Dea.
"Dari baunya udah ke cium sih enaknya" puji Agit seraya melihat ke arah Dea."Cobain aja dulu,"setelah mengatakan itu Dea langsung mengambil nasi beserta lauk untuk Agit.
Ditengah pekerjaannya ada tangan kecil yang melingkar di kakinya.
"Mama," sapa anak kecil berusia empat tahun dengan sangat menggemaskan.
"Hai sayang udah rapi aja nih,"ucap Dea sambil membalikkan badannya.
"Iya dong ma, adek kan anak yang pintel,"ucap Jinan anak bungsu Dea dan Agit.
"Iya, adek anak yang paling pinter,"puji Dea menaikkan jinan agar dirinya senang.
EKHEM
Suara deheman seseorang membuat Dea dan Jinan menatap ke arah si empu suara.
"Papa gak di sapa, mamanya aja yang disapa," tanya agit dengan raut wajah sedih yang dibuat buat. Jinan hanya menampakkan gigi putihnya yang selalu disikat menanggapi ucapan Agit.
"Morning ayah," sapa Jinan ketika dirinya sudah berada tepat di samping ayahnya tak lupa pula ciuman di pipi sebelah kanan ayahnya.
"Morning juga sayangnya ayah"sapa Agit tulus kepada putri bungsunya.
Dea kembali mengambil makanan untuk suami dan putri bungsunya."Selamat pagi mama papa dan adek kecilku yang jueelek sekali,"suara khas anak laki laki menyapa gendang telinga mereka.
"Pagi juga Atthar sayang," sapa mereka kompak kecuali Jinan.
Anak laki laki berumur delapan tahun tersebut hendak melangkah untuk duduk."Abang gak boleh duduk disini," protes jinan saat Atthar hendak duduk.
"Jinan jangan kayak gitu, kasian abangnya,"nasehat dea agar anak nya jangan berkelakuan seperti itu.
"Habisna Abang jahat Ma, Katain adik jelek," adu Jinan seraya memanyunkan bibirnya.
"Abang jangan kayak gitu minta maaf sama adik," suruh Dea kepada putra sulungnya.
"Oke mamaku yang cuantik,"ucapnya disertai senyum mengemaskan.
"Adik bontot abang Atthar minta maaf ya"pintanya sambil merapatkan tangan di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Warna Pelangi
Genel Kurgu"Ternyata kau masih mencintainya,"ucap Dea sangat marah mengetahui suaminya berbohong padanya. "ya aku memang sangat mencintainya," jawab Agit yang sudah dikuasai emosi. ***Pertemuan yang tidak sengaja terjadi antara Dea Arista Fitriani dengan Agit...