Cuaca sore yang mendung dihiasi tiupan angin, membuat gadis itu nyaman mengulur waktu dijalan.
Yang harusnya turun angkot tinggal masuk ke komplek, gadis itu justru berjalan memasuki blok lain, yang sebenarnya memutari blok rumahnya sendiri.
Entahlah. Mengayun langkah tanpa tergesa ternyata bisa menjadi pilihan untuk refreshing dari aktivitasnya tadi.
Pikiran Zahira berputar pada pria yang beberapa kali menunjukkan eksistensinya. Berusaha sok friendly yang justru ia malas menanggapinya.
Memang, kalau pria itu bersikap biasa saja Zahira tidak akan perduli apalagi mengajak berteman. Tetapi, kalau sifat pria itu menjadi seperti ini, berusaha terlihat dan ingin membuatnya penasaran, justru Zahira akan menjauh.
Zahira risih. Terlebih lagi pria itu memiliki kepribadian yang ramah, menarik juga mudah bergaul. Zahira melihatnya sendiri saat kumpul ekskul tadi, pria itu langsung mempunyai teman, dikenal senior juga disindir-sindir akan menjadi pengganti Yusuf.
Jelas bertolak belakang dengan sifatnya.
Oh, God! Zahira memperhatikannya.
Tidak, ini tidak boleh terjadi. Lihat saja Zahira akan berpegang teguh pada pendiriannya untuk tidak penasaran dengan pria itu.
***
Sampailah ia dirumah. Zahira melihat sebuah mobil terparkir, yang biasanya belum pulang karena masih jam empat sore.
Segera ia masuk seraya mengucapkan salam.
Langkahnya terhenti saat melihat sang adik sedang duduk di karpet sambil bermain PS, dan papanya yang tengah duduk di sofa sambil menghembuskan asap rokok.
"Papa?" Tanyanya sedikit meninggi.
Zahira bisa melihat rambut hitam papanya yang berantakan, wajah yang lelah juga dasi yang mengendur.
"Udah pulang?"
"Papa ngapain ngerokok disini? Papa gak liat ada Sabil?" Sungut Zahira. Ia benci melihat asap rokok yang bertebaran didalam rumah, ditambah ada adiknya yang pasti menghirup asap tersebut.
Tidak biasa papanya seperti ini. Papanya beberapa kali merokok, namun dihalaman rumah. Zahira mewajarkan, karena papanya sudah menjadi perokok aktif sejak muda.
Lantas apa ini? Merokok didalam rumah?
Rangga mengusap wajahnya kasar. Ia sedang malas berdebat.
"Kamu keatas gih."
"Itu papa gak liat asap rokoknya--"
"Iya nanti papa matiin."
Zahira menghela napas berat, matanya masih menatap tak suka.
"Emang papa gak liat ada Sabil? Ira kesel deh liatnya, papa kan bisa ngerokok diluar."
Rangga tak menjawab membuat Zahira kembali bersuara.
"Rumah tuh jadi bau pah, aku males. Kenapa si gak diluar aja?"
"Yaudah kamu yang keluar."

KAMU SEDANG MEMBACA
Zahira (TAHAP REVISI)
JugendliteraturYa muqallibal qulub tsabittni 'ala diinik "wahai Dzat yang maha membolak balikkan hati, tetapkanlah aku dalam agamaMu." .... Zahira, anak tataboga yang memilih seorang laki laki untuk di jadikan sahabatnya. Tidak ada yang salah memang, kalian akan...