Bel istirahat berbunyi. Zahira langsung menoleh ke teman sebangkunya, berniat untuk mengajak ke kantin namun tertahan.
Zahira menatap aneh Ica yang sedang mengamati setiap inci wajahnya didepan cermin kecil. Mulai dari melentikan bulu mata, beralih mengoleskan pelembab pada bibir, lalu memparipurnakan hijabnya.
Sedetail itu kah? Padahal hanya ingin ke kantin.
"Pecah deh tuh kaca," sarkas Zahira yang berhasil membuat Icha menoleh dengan tatapan sinis.
"Yeh, sirik aja lo. Eh btw udah bener belum kerudung gua?" Tanyanya sesekali meniup ujung kerudung agar membentuk sempurna.
"Lo mau tau ga?" Tanya Zahira serius. Icha langsung mendekatkan wajahnya dan menajamkan pendengarannya.
"Tugu Monas, kalah sama krudung lo."
Tidak ada yang lucu bagi Icha, namun Zahira sudah tertawa geli. Menjengkelkan. Kirain temannya akan memulai forum pergibahan tadi.
"Terserah lo Ra, gapapa biar lo seneng."
Icha melenggang pergi menuju kantin meninggalkan Zahira yang menunggunya sedari tadi.
"Woy!" Zahira menganga tak percaya. Kurang ajar. Definisi udah ditungguin gak tau diri. Baiklah, kita lihat saja nanti. Benarkah seorang Icha berani ke kantin sendirian?
15 detik berlalu, terdengar hentakan kaki yang berjalan mendekat. Huh, Zahira tersenyum sekarang. Lihatlah Icha kembali lagi dengan wajah yang semakin tertekuk.
"Ira! Lu bener bener ya? Sepanjang jalan gua ngomong ternyata lu gak ngikutin gua? Gua malu anjir orang-orang pada ngeliatin!"
Zahira tertawa keras sekarang. Sungguh memalukan.
"Jan tawa lo!" Icha memanjangkan tangannya, membalas dendam dengan mencekik leher gadis itu.
Pertempuran pun terjadi di hiasi suara tawa Zahira yang geli saat lehernya di sentuh. Untungnya kelas sudah kosong.
"Rasakan kau Zahira!" Ucap Icha dramatis.
Dengan perlawanan, Zahira mendorong gadis itu, lalu menggelitiknya di bagian pinggang.
Sekarang, mereka sudah berpindah ke lantai bak cacing kepanasan. Saling menggelitik satu sama lain, tak perduli dengan tiga orang yang baru saja datang.
"Heh lo pada ngapain?" Tanya Risal sedikit histeris.
"Eh apa paan si, lepas lepas." Devan duduk diantara mereka berdua dan membawa Zahira ke belakang pundaknya.
"Kalian berantem?" Itu suara Algi yang terdengar dingin. Jujur, Zahira dan Icha sedikit takut sekarang. Namun saat pandangan mereka kembali bertemu, perdebatan kembali terjadi.
"Dia yang mulai!" Bela Zahira seraya menunjuk Icha
"Eh, lo lupa lo yang bikin gua diliatin orang sepanjang jalan? Sengaja kan--"
"Haha lo malu kan? Makanya kalo ditungguin jangan malah ninggalin."
"Lah, siapa juga yang ninggalin!"
"Lo gak--"
"STOP!" Itu suara Devan. Untuk pertama kalinya Devan berteriak membuat Zahira menundukkan kepalanya.
Devan berusaha kembali rileks, membuat Risal mengambil celah untuk bersuara.
"Kalian beneran ribut? Ko tadi gua denger ketawa-ketawa ya?" Tanyanya penasaran.
"Iya ya? Bukannya tadi kita cuma kelitikan kelitikan doang?" Tanya Icha heran pada dirinya sendiri.
"Y-ya emang gak ribut." Zahira membuka suara. "Lagian ditanya-tanya si, jadi kepancing kan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Zahira (TAHAP REVISI)
Teen FictionYa muqallibal qulub tsabittni 'ala diinik "wahai Dzat yang maha membolak balikkan hati, tetapkanlah aku dalam agamaMu." .... Zahira, anak tataboga yang memilih seorang laki laki untuk di jadikan sahabatnya. Tidak ada yang salah memang, kalian akan...