15. Lima Serangkai

203 23 3
                                        

Setelah hari itu, hari dimana mereka mengetahui kenangan di balik bingkai foto, Devan dan Zahira adalah 2 manusia yang tidak bisa dipisahkan. Ya meskipun ada Icha, Algi dan Risal, tetapi tetap saja atmosfer antara keduanya belum bisa ada yang menyaingi.

Hari-hari mereka semakin berwarna, jika memandang dari kacamata duniawi.

Jika melihat dari sisi lain, sedih rasanya melihat dua orang penghafal Qur'an tengah terlena akan godaan setan.

Memang benar bahwa mereka hanyalah anak sekolah umum yang agama bukanlah prioritas utama, melainkan nilai. Cara bersosialisasinya pun sangat bebas tidak seperti mereka yang di pesantren. Dua faktor itulah yang Devan dan Zahira sering jadikan alasan untuk melanjutkan apa yang telah mereka bangun.

Belum lagi tidak adanya ikatan 'pacaran' diantara mereka, sehingga dosa pun terasa abu-abu.

Mereka beberapa kali sadar bahwa ada kesalahan dalam diri mereka, tetapi itu hanyalah kekhawatiran semata. Karena selebihnya mereka seperti perumpamaan rabun. Antara pergaulan dan dosa rasanya samar-samar.

Di meja kantin dari sisi pinggir sudah dipenuhi 5 orang remaja yang tengah menikmati makan siang seraya bersenda gurau.

Zahira yang duduk disamping Icha dan berhadapan dengan Devan. Dan di samping Devan adalah Risal dan Algi.

Kali ini mereka sedang menikmati pertunjukan 'adu bacot' antara Icha dan Risal.

"Mana Ca, katanya lu udah nyuruh dia follback? Sampe sekarang belom."

"Dih, ko salah gua? Gua udah bilang ke dia, kalo belom di follback juga berarti nasib lo jelek."

"Lu gak ikhlas kali ngechatnya."

"Heh Risol serebu! Bukannya makasih malah ngeselin banget sih. Lagian ya, deketin cewek tuh mikir juga, dia primadona dideketin orang kaya lo, ya jelas ogah!"

"Eh mulut lu minta disumpahin ya?!"

Begitulah Icha yang banyak bicara ketika disatukan dengan Risal si fakboy ngenes. Kabar baiknya mereka sudah saling akrab satu sama lain hingga tidak ada lagi rasa canggungan. Namun buruknya, kalau salah satunya memancing api, maka siap-siap akan timbul ledakan.

Risal itu wujud nyata dari definisi fakboy. Dia yang mengakui sendiri bahwa ia memiliki gebetan disetiap jurusan. Katanya kalo satu gak dapet jadi masih ada cadangan yang lain.

Belum lagi seorang adik kelas dari SMP Icha dulu yang sekarang menjadi targetnya. Rasanya Icha jengkel sekali saat dilibatkan dalam permainan Risal. Karena ya, kalian bisa menilai sendiri.

Namun kepribadian Risal yang positif juga ada, bahkan sangat terlihat.

Risal itu pencair suasana, pribadi yang ramah dan nurut sama orang tua. Bener deh, Risal tuh taat banget sama orang tuanya. Sampai pernah ada kejadian bundanya menelfon saat jam pelajaran berlangsung. Karena tidak ingin mengacuhkan bundanya, ia langsung izin ke toilet.

Iya, bunda. Kalian tidak salah baca. Risal itu anak satu-satunya, jadi wajar ia sangat dekat dengan orang tua.

Algi menatap malas pria disampingnya. "Ck, udah Sal. Abisin makanan lo sebelum bel."

Zahira (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang