8. Kenyataan Pahit

278 21 5
                                        

Malam itu sungguh menjadi semakin gelap lantaran bintang yang tertutup awan hitam. Awan yang entah datang dari mana, namun mampu membawa suasana malam yang berbeda hingga menciptakan suara gemuruh.

Mungkin sebentar lagi hujan akan turun.

Begitupun apa yang dirasakan oleh Zahira malam ini. Gadis yang tengah duduk menekuk lutut dengan mata yang menerawang jauh kesana.

Malam yang harusnya menjadi hal yang menyenangkan, hal baru yang membuatnya ingin kembali, namun justru membawanya merenung seperti ini.

Bintang menjadi perumpamaan tempat yang baru ia datangi, dan awan adalah ia yang terpilih dikelas Aisyah. Kelas yang nyatanya tidak sesuai dengan umurnya.

Gemuruh didalam dada sudah berkali-kali datang. Tidak perlu menunggu datangnya hujan, karena nyatanya, cairan bening dari sudut matanya sudah mengalir lebih dulu.

Tidak akan ia seka, biarkan saja. Ia terus merenung seraya bertanya-tanya dengan dua pilihan. Terus dijalani, atau mundur saja?

Ingatannya kembali berputar saat satu persatu dari mereka membaca tilawati kedepan. Anak-anak SMP itu terlihat sangat bersemangat untuk mendapat tanda L yang berarti lanjut atau lancar.

Disana Zahira mendengar sendiri, bahwa yang dikatakan lebih muda, nyatanya bacaan tilawati mereka justru lebih bagus.

Dan saat mereka diminta menambah hafalan Qur'an, mereka akan berlomba-lomba untuk menghafal lebih cepat, lebih tartil juga lebih indah iramanya.

Mereka pulang dengan membawa PR, yaitu mereka harus menambah dua ayat dari surat Abasa. Dan dengan senang hati mereka berkata 'Iya'. Tanpa memikirkan apa mungkin bisa? Apa mungkin ada waktu luang? Sementara besok harus sekolah mengerjakan tugas dan lain lain?

Tidak. Mereka seperti percaya bahwa Allah akan membantu mereka dalam menghafal. Allah akan memberi kemudahan pada setiap ayatnya. Allah akan memberi jalan bagi setiap orang yang mendahulukan akhirat dibandingkan dunia.

Jadi, apa masih bisa Zahira marah lantaran ditempatkan di kelas yang setara dengan anak-anak SMP?

Mereka bahkan jauh diatas Zahira. Zahira bukan apa-apa disana.

Zahira semakin memeluk lututnya dan menenggelamkan kepalanya disana. Zahira malu. Kemana saja ia selama ini? Kenapa baru sekarang saat menginjak 1 SMK ia baru berkesempatan belajar?

Zahira juga baru paham, bahwa yang namanya rumah tahfiz, pasti membimbing murid mereka untuk menghafal Al-Qur'an. Zahira belum pernah terpikir untuk menghafal Qur'an sebelumnya, karena tujuan dan manfaatnya saja gadis itu belum tau.

Tadi, Zahira memulai hafalan pertamanya yaitu dua ayat pertama surat An-Naba.

Zahira bisa. Dua ayat yang cukup mudah.

Selain hafalan surat, pengajian itu juga mengeluarkan buku tilawati, yang tujuannya untuk memperlancar dalam membaca Al-Qur'an. Bisa dibilang sebagai pengganti iqro disini.

Pelajaran tambahan lainnya adalah Bahasa Arab seminggu sekali dan muroj'ah seminggu sekali.

Sungguh sudah ia duga, bahwa pengajian itu adalah pengajian yang berkualitas. Pertanyaan, apakah cocok untuk orang seperti dia?

Zahira (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang