Kini gadis berseragam putih abu-abu itu sudah duduk tenang didalam angkot berwarna merah. Duduk dengan kaki terlipat, tas yang dipindahkan dipangkuan, juga mata yang terus memandang jendela luar.
Sesekali gadis itu menahan senyumnya, tak kuasa mengontrol diri saat mengingat kejadian beberapa menit lalu.
"Pulang bareng gua?"
Zahira sedikit terkejut dengan pintanya yang cukup berani.
"Ha? Pulang bareng lo?"
Laki-laki itu memalingkan pandangannya, mungkin merasa aneh kepada dirinya sendiri yang terlalu berani meminta hal gila. Jelas gila, kenal saja tidak, masa iya langsung ngajak pulang bareng.
Laki-laki itu terlihat gugup dan berdehem beberapa kali.
"Gimana?"
"Gua gak mau," jawab Zahira cepat.
"Kan--- Lo, udah gua tolongin kemaren."
"Lo gak ikhlas?"
"Ya harus ada timbal balik."
"Itu namanya lo gak ikhlas."
"Ikhlas."
"Yaudah kalo ikhlas. Bye."
Dengan santainya Zahira berbalik badan, berjalan lenggang menuju pemberhentian bus, lalu naik angkot yang pas sekali saat itu datang.
Samar-samar Zahira mendengar teriakkan pria tersebut.
"Hey tunggu!"
"Siapa nama lo?"
Zahira mengabaikan lelaki tersebut. Ia memilih masuk kedalam angkot dan duduk di bangku paling belakang. Saat angkot berjalan melewati lelaki itu, Zahira sengaja melambaikan tangan dengan angkuh seraya tersenyum meremehkan.
Tidak semudah itu mengajak seorang Zahira untuk pulang bersama.
*****
"Assalamualaikum," salam Zahira seraya membuka pagar rumahnya. Tangan gadis itu bergerak lincah membuka kunci slop, namun matanya masih sibuk memandang sebuah rumah besar berlantai tiga yang didominasi warna hijau-coklat.
Rumah yang halamannya sudah terparkir jejeran motor dan dua mobil, gerbang yang sengaja terbuka lebar hingga memperlihatkan banyaknya sandal yang tersusun di rak sepatu, juga plang yang terpasang lebar di tembok lantai dua, tertulis,
RTQ (Rumah Tahfiz Qur'an)
Cabang 2, Kedoya Green GardenRumah Tahfiz tersebut terletak persis didepan rumah Zahira. Hanya jalanan aspal yang lebarnya muat dua mobil, yang memisahkan tempat mereka.
Sepertinya Rumah Tahfiz tersebut baru resmi beroperasi hari ini. Zahira berpikir sejenak, apa yang dimaksud mamanya adalah Rumah Tahfiz ini?
Sebuah pengajian yang besar, bahkan memiliki cabang. Bisa dipastikan pengajian tersebut banyak diminati, beroperasi dengan baik juga memiliki donatur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zahira (TAHAP REVISI)
Novela JuvenilYa muqallibal qulub tsabittni 'ala diinik "wahai Dzat yang maha membolak balikkan hati, tetapkanlah aku dalam agamaMu." .... Zahira, anak tataboga yang memilih seorang laki laki untuk di jadikan sahabatnya. Tidak ada yang salah memang, kalian akan...