11. Beradaptasi

245 18 5
                                    

Holaaa aku kembali lagiii🤗

Apa cerita ini udah berdebu? Wkwk beberapa bulan aku tinggal, akhirnya mulai hari ini aku bisa produktif buat lanjutin ceritanya. Yapp, pkl nya udah selesaii:))

Jujur gak nyangka ternyata ada beberapa pembaca yg nunggu cerita ini lanjut. Makasih ya, kalian buat aku semangat lagi untuk kembali menulis.

Bantu aku menghidupkan cerita ini yaa, share cerita ini ke temen-temen kalian❤️ vote dan komen kalian sangat membantu menyemangati aku juga menaiki cerita ini💟

Okee, enjoy di chapter 11 ya

*****

Suasana meja makan kini tampak sepi. Rasa canggung terus menyelimuti keluarga kecil tersebut.

Zahira sudah kembali membuat perasaan Ratna melega. Berbeda dengan Zahira yang justru menjadi canggung. Ayahnya tidak ikut makan bersama sekarang, pasti ia adalah penyebabnya bukan?

Zahira tidak banyak bicara sedari tadi. Hanya menyahut seperlunya, dan mengangguk patuh saat Ratna memintanya siap-siap untuk mengaji.

Apakah alurnya akan seperti ini? Zahira akan mengaji dan terus merasa insecure saat disana?

Zahira harusnya sadar bahwa dirinya semakin dewasa. Ia tidak boleh terus menghindari masalah dan memilih menetap di zona nyaman. Ia harus belajar menerima konsekuensi dari apa yang ia pilih.

Baiklah, Zahira akan mengaji malam ini.

"Ira siap-siap dulu ma," pamit Zahira setelah menyelesaikan makannya.

Ratna mengangguk, tersenyum tipis seraya memandang anaknya yang berjalan ke kamar atas.

****

Pengajian dimulai. Untuk kedua kalinya Zahira bisa merasakan suasana hangat sebuah rumah tahfiz. Lantunan ayat-ayat Allah terdengar disetiap sudut ruangan. Mereka membaca, murojah, menghafal, juga terus mengulang ayat-ayat Allah.

Zahira tersenyum manis, sementara hatinya bergetar takjub. Sungguh nyaman.

Yaallah, inikah yang dinamakan nikmat beribadah? Nikmat berkumpul dengan orang-orang Sholeh? Zahira benar-benar baru merasakannya.

Sungguh Islam adalah agama yang damai. Agama yang selalu melibatkan Tuhannya dalam segala aspek. Zahira mulai berpikir, mungkin ia kurang melibatkan Allah dalam kesehariannya. Ia harus banyak belajar sekarang.

"Zahira sudah siap hafalannya?"

"Sudah umi."

"Kalau sudah silahkan maju."

Zahira maju kedepan, duduk di sebuah meja yang berhadapan langsung dengan Umi Zil untuk menyetorkan hafalan.

"Baca taawudz dulu."

"A'udzubillah himinasysyaitho nirrojim."
(Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk)

"Bismillahir rahmaanir rahim.."

Zahira mengambil napas, bersiap menyetorkan hafalan surat an-naba ayat 3-4.

"Allazi hum fiihi mukh talifuun..
Kallaa sa ya'lamuun.."

"Mukh talifuun, coba diulang," pinta Umi Zil.

"Mukh talifuun.."

"Lanjut."

Zahira (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang