2. Mimpi dan Impian

503 33 13
                                        

Baca sambil dengerin mulmednya yuk, semoga suka... selamat membaca🙌

*****

"LARAS!"

Zahira terbangun dari tidurnya dengan napas yang memburu. Saat ini, jantungnya berdetak sangat cepat diiringi keringat yang membasahi pelipis.

Zahira kembali terisak. Ia meremas pakaiannya karena merasakan sakit yang menjalar di dalam dada.

Laras dan Laras. Ingatan terhadap gadis itu kembali terulang ketiga kalinya. Zahira yang selalu meminta kepada tuhan agar dipertemukan dalam mimpi, nyatanya ia sendiri tak sanggup. Saat kenangan menyakitkan yang mendatangi mimpinya, Zahira akan drop.

Zahira mulai mengatur napasnya, mengusap pipinya yang dibasahi air mata, lalu mengambil segelas air yang berada diatas nakas.

Setelah menghabiskan segelas air, Zahira kembali melamun. Pandangannya menatap kosong kedepan, namun pikirannya kembali menerawang jauh ke masa-masa itu.

Menyaksikan Laras yang diseret paksa dengan orang tuanya sendiri. Mereka terlihat murka dengan putrinya, bahkan kebencian telah menghilangkan hati nuraninya terhadap anak mereka sendiri.

Para tetangga mulai berdatangan. Saat itu banyak yang ingin membantu Laras, namun orang tuanya malah mengumpat kata-kata kasar lalu terus menyeret anaknya menaiki mobil.

Zahira yang sedari tadi ditenangkan tetangganya berusaha memberontak. Ia histeris keras ingin menolong Laras, namun apa daya, Laras dibawa pergi begitu cepat.

Kini hanya tersisa seorang wanita yang mendekap Zahira, berusaha menenangkan gadis itu. Sementara warga lain ada yang terang-terangan marah kepadanya karena membawa keributan.

Demi tuhan Zahira tidak perduli dengan omongan sampah mereka. Yang dipikirkannya hanyalah Laras, Laras dan Laras.

Kemana gadis itu dibawa pergi?
Apa yang akan terjadi nanti?
Bagaimana jika Laras disiksa dengan orang tuanya?

"Bu ayo kita lapor polisi," pinta Zahira memohon kepada tetangganya, agar membantunya menyelamatkan Laras.

Ibu itu menggeleng pelan. Tangannya masih terus mengusap lembut punggung Zahira.

"Biarin mereka menyelesaikan masalah keluarga mereka Zahira."

"Tapi Larasnya bu."

"Sejahat-jahatnya orang tua, mereka gak mungkin membunuh anaknya sendiri. Mereka orang tua yang normal kan? Kalau pun mau panggil polisi, gak akan semudah itu Zahira."

Air matanya kembali mengalir. Benar, tidak akan semudah itu melibatkan polisi.

"Udah, ayo ibu temenin masuk kerumah."

Zahira menghela napas berat, sekali lagi menatap jalan, lalu masuk kedalam rumah dengan langkah yang berat.

Mulai saat itu, Zahira sudah tidak pernah mendapatkan kabar dari Laras. Laras seolah hilang ditelan bumi.

Hari-hari menyakitkan berlanjut. Laras yang tidak bisa dihubungi juga rumah yang sepi membuat Zahira gusar layaknya orang depresi. Rumah Laras sudah kosong, hanya menyisakan 2 tanaman bunga matahari milik mereka.

Zahira (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang