"Oke, sebutin nama, idola dan motto hidup dia."
Sontak Zahira sedikit menganga seraya menatap tak percaya OSIS tersebut. Bener-bener dikerjain nih gua.
"Ayo cepet! Kalo udah asik ngobrol kayak tadi berarti harusnya udah siap. Ayo, jangan ngulur waktu."
Zahira semakin pucat pasi, menoleh ke Icha meminta bantuan gadis itu. Icha hanya bisa menunduk, tidak tau harus bagaimana.
Ya memang si ini kesalahan mereka. Tapi kan, obrolan tadi tidak sengaja dan hanya spontanitas saja. Toh, mereka ngobrol juga pelan.
"Ayo cepet!" Pinta Celin semakin gemas menatap Zahira.
"Saya belum hapal kak," jawab Zahira sangat pelan, bahkan seperti berbisik.
"Ha? Apasih ngomong yang jelas dong," pancing Celin semakin terlihat menebalkan.
"Saya belum hapal kak," ulang Zahira namun suaranya masih pelan.
OSIS perempuan lainnya mulai menatap Zahira dengan jengkel, hingga terdengar sebuah sindiran,
"Aku anggun kakak, ngomongnya emang pelan."
Sumpah, ingin rasanya Icha mencabik-cabik bibir tuh cewek. Benar-benar menguras emosi.
Zahira menghela napas kesal seraya memejamkan matanya. Ia lelah, malu dan ingin pulang. Ia sangat benci situasi dan anak OSIS seperti Celin. Ia membenci orang-orang yang membesarkan masalah, mempermalukan orang lain, dan menatap rendah orang yang lebih muda.
Sang ketua OSIS kembali berdehem ingin mengambil alih pembicaraan.
"Baik karena waktu istirahat lima menit lagi, untuk Zahira dan Icha dipersilahkan duduk. Kesalahan yang tadi jangan diulangi lagi ya, dan begitupun buat kalian semua, usahakan fokus dengan kegiatan yang kita lakukan. Karena setiap perbuatan pasti ada konsekuensinya."
Ketua OSIS menatap Zahira dan Icha. "Kalian boleh duduk," pintanya biasa, tanpa meninggikan suara maupun merendahkan.
Icha dan Zahira mengangguk singkat seraya berjalan menunduk menuju kursi mereka. Dan benar saja, baru juga mendudukan bokong suara bel istirahat sudah berbunyi nyaring.
Siswa siswi mulai tersenyum senang dan berangsung-angsur meninggalkan aula, seolah melupakan kejadian tadi.
Zahira mengambil botol minumnya disamping tas, memutar tutup botol tersebut lalu mulai meneguknya. Matanya menatap kertas diatas meja milik Icha dan mulai membaca.
•) Icha Ayu Lestari
•) Idola: Tulus, Jefri nichol.
•) motto hidup: Bahagiain diri sendiri dulu, baru orang lain.Zahira mengangguk tanpa sadar seraya mengembalikan kertas itu pada sang pemiliknya.
"Padahal biodara lu gampang. Andai aja gua sempet baca sekali, pasti bisa langsung hapal," keluh Zahira membuat Icha menoleh dan menatap dalam gadis itu.
Icha menghela napas. "Hidup emang gak pernah jauh dari kata andai. Tapi asal lo tau, kata itu justru semakin buat orang menyesal."
Icha mulai membuka tasnya dan mengambil dompet untuk bersiap ke kantin.
"Harapan buat lo masih besar dibanding menyesali takdir yang udah lewat. So, lebih baik ganti kata andai jadi semoga. Itu jauh lebih baik."

KAMU SEDANG MEMBACA
Zahira (TAHAP REVISI)
أدب المراهقينYa muqallibal qulub tsabittni 'ala diinik "wahai Dzat yang maha membolak balikkan hati, tetapkanlah aku dalam agamaMu." .... Zahira, anak tataboga yang memilih seorang laki laki untuk di jadikan sahabatnya. Tidak ada yang salah memang, kalian akan...