Bab 1

6.1K 202 9
                                    

Aku berlari secepat yang aku bisa karena aku tau ini adalah kesempatan terakhir ku untuk bisa melihatnya dan aku ingin ia tau bahwa aku ada bersamanya di saat-saat terakhirnya. Beberapa orang melihat ku dengan tatapan kasihan saat aku menginjakkan kaki ku di ruangan itu entah apa yang sedang mereka pikirkan tentang ku, suasana yang terlalu hening membuat ku merasa tidak nyaman namun perlahan kesadaran ku mulai kembali saat aku mendengar suara tangisan dari dalam

"Mila kemarilah ...",ucap adik mamah

Perlahan aku melangkahkan kaki ku yang mulai terasa berat hati ku tiba-tiba terasa sangat sakit saat melihat semua orang diruangan itu mulai menangis pilu namun ada satu hal yang menggangu ku, ku arahkan tatapan ku pada papah dan pria paruh baya itu hanya terdiam di tempat duduknya

"Mila...",suara lembut itu menarik seluruh perhatian ku

Ku langkahkan kaki ku semakin mendekat ke ranjang dan mamah lalu menggenggam erat tangan ku

"Mamah ...",ucap ku lirih

"Maafkan mamah karena tidak bisa menepati janji yang kita buat bersama, tapi mamah yakin apapun yang terjadi semuanya pasti akan baik-baik saja ...",ucapnya dengan terbata-bata

"Apa yang mamah bicarakan, mamah akan kembali pulih lihatlah papah dan semua dokter-dokter terbaik di Rumah Sakit kita berkumpul di sini dan Mila yakin mereka pasti bisa menyembuhkan mamah",ucap ku dengan suara yang bergetar sambil menahan air mata ku

Mamah hanya menatap ku sambil terus tersenyum air matanya jatuh perlahan membuat ku semakin menggenggam erat tangannya

"Mamah tidak boleh meninggalkan Mila sendirian, Mila tidak bisa hidup tanpa mamah ...",ucap ku dan air mata yang sejak tadi ku tahan mulai mengalir dengan derasnya

Suasana hening tiba-tiba berubah saat alat yang berada disamping ranjang mamah mulai mengeluarkan suaranya dan kini kesadaran mamah pun mulai menghilang

Papah menarik ku menjauh dan dokter-dokter itu pun langsung memeriksa keadaan mamah

"Mamah pasti baik-baik saja kan pah? Mamah pasti sembuh kan pah?",ucap ku lirih

Papah hanya diam bahkan ia sama sekali tidak terganggu dengan apa yang sedang terjadi

"Papah ... Jawab pah ... ",ucap ku sambil menangis

"Bawa Mila keluar",ucap papah dingin

Adik mamah pun membawa ku pergi dan kami menunggu di luar ruangan, aku hanya duduk dalam diam dan menangis sendirian

"Handphone kamu tertinggal di mobil",ucap seorang pria yang tiba-tiba saja sudah berjongkok di depan ku

Namanya Kevin pria tampan yang sudah merebut perhatian ku sejak kami bertemu di pertandingan basket yang di adakan di kampus milik mamah, aku mengenalnya dan dekat dengannya beberapa bulan belakangan. Dia selalu ada untuk ku bahkan di saat hari-hari sibuknya seperti hari ini dia rela mengantar ku ke RS dan meninggalkan kampusnya

"Aku yakin semuanya pasti baik-baik saja",ucap Kevin

"Benarkah? Tapi apa yang terjadi saat ini membuat ku berpikir sebaliknya",jawab q pelan

"Bukankah sering aku katakan, pikiran positif akan membawa energi yang baik. Jadi berhentilah menyimpulkan sesuatu yang belum pasti",ucap Kevin

"Saat ini aku sedang tidak ingin mendengarkan bualan dari mu, kamu calon dokter dan kamu tau benar penyakit apa yang di derita mamah ku",jawab ku kesal

"Aku hanya sedang berusaha membuat mu lebih tenang Mil",ucapnya sambil menggenggam erat tangan ku dan aku merasa ada yang salah dalam diri ku saat ini

"Mila ... Kamu baik-baik saja?",ucap Kevin

"Tentu saja",jawab ku

Dia terus bersama ku tanpa beranjak sedikit pun, genggaman tangannya terasa sangat nyaman untuk ku ... Aku tau apa yang kalian pikirkan tapi semua itu tidak terjadi kami memang dekat dan aku jatuh hati padanya tapi aku tidak apa yang dia rasakan pada ku, aku memang ingin memulai semuanya tapi aku takut dia tidak merasakan hal yang sama dan hal itu membuat ku terjebak sendirian dalam ketidakpastian

"Kamu boleh pulang sekarang",ucap ku padanya dan ia lalu menatap ku lekat

"Aku di usir?",ucap Kevin

"Kondisi mamah q saat ini mulai stabil dan aku baik-baik saja",jawab ku berusaha terlihat biasa

"Kamu yakin akan baik-baik saja? Aku tidak keberatan menemani mu",jawab Kevin

"Kevin aku baik-baik saja lagi pula papah dan semua keluarga ku ada di sini",ucap ku

"Yakin?sekali lagi aku benar-benar tidak keberatan menemani mu di sini",ucap Kevin

"Kamu yakin?", ucap Mila

"Tentu saja jadi apa aku boleh tetap tinggal?",ucap Kevin

"Terserah",jawab ku

"Bila semuanya terasa sangat berat maka jangan sungkan untuk meminjam pundak ku, gratis...!",ucap Kevin yang sengaja membuat ku untuk tersenyum

"Dibanding sama pundak kamu aku lebih membutuhkan makanan saat ini, aq benar-benar merasa lapar",ucap ku berusaha menutupi rasa senang ku

"Ayo...",Kevin mengulurkan tangannya pada ku

"Apa?",ucap ku pura-pura tidak mengerti

"Bukankah kamu lapar? Duduk diam di sini tidak akan membuat mu kenyang, Mila ayo ...",ucap Kevin

"Aku ijin dulu sama papah",jawab ku

Aku pun pergi bersama Kevin untuk mengisi kembali energi ku dan kehadirannya membuat semuanya terasa mudah bagi ku.

Kevin pun memesan banyak makanan dan aku tidak tau apa yang sedang dia pikirkan saat ini ...

"Kevin ... terima kasih",ucap ku tulus

"Balas aku dengan menghabiskan semuanya",jawab Kevin sambil tersenyum

"Aku tidak mungkin makan semuanya",ucap ku

"Habiskan semuanya maka kita impas",ucap Kevin lagi

Baru saja ingin menjawab ucapannya tiba-tiba saja ponsel ku berdering dan nama Papah tertera di sana

"Kembali lah ...",ucap papah

Kalimat singkat itu membuat tubuh ku bergetar hebat dan aku pun barlari meninggalkan Kevin menuju kamar mamah ....

Life Without loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang