14. Bantuan

19 1 0
                                    

      “Karna memang dari awal,hanya aku yang merasakannya”

   Bagi kalangan anak muda,mungkin malam minggu adalah bukan malam yang biasa di bandingkan hari-hari sebelumnya. Ada yang berkumpul dengan teman-temannya,ada juga yang pergi ke tempat-tempat yang mainstream seperti pasar malam,caffe dan yang lainnya. Bahkan,malam minggu ini kebanyakan di ramaikan oleh pasangan. Dari yang masih sekolah hingga rumah tangga.

   Tak lain lagi dengan Bores,selain warung Bi Nati,rumah yang terdapat basecamp milik Arzan ini adalah markas kedua mereka. Mereka menamakan basecamp ini GADISOK (Ganggu dikit langsung bacok). Siapa lagi jika bukan Arvind yang menamainya?
 
   Markas gadisok ini sudah dijadikan rumah kedua mereka. Terkadang jika malam minggu mereka kumpul disana hingga pagi hari. Markas gadisok sudah disediakan barang-barang yang sekiranya di perlukan. Misal, televisi yang di belikan oleh Arvind. Kulkas yang dibelikan oleh Rio. Kasur dan kamar mandi yang sudah disiapkan oleh Arzan. Dan kini Sam yang akan mengisi kulkas dengan makanan-makanan yang harus ia beli.
   
    "Tumben lo dateng lebih awal,biasanya jam 10 baru dateng"cibir Rio sambil bermain ps dengan Arzan.
  
    Ya benar,biasanya Arvind selalu datang larut jika berkumpul di markas gadisok. Sekarang Arvind butuh tempat untuk berfikir jernih bagaimana ia harus bisa mengembalikan kondisi keluarganya. Makannya,Arvind datang lebih awal. Bukannya karna Arvind tidak mau hidup serba kecukupan,cuma Arvind hanya ingin mempertahankan. Jika memang sudah tak bisa,ia pasrah.

    "Perusahaan bokap gue"lirih Arvind.

   "Kenapa perusahaan bokap lo?"tanya Sam.
  
   "Bangkrut sam"

    Uhuk... Uhukk...

    Arzan lantas tersedak saat ia sedang mengunyah cemilan. Kaget kenapa bisa perusahaan Hendra yang terkenal manjur kini malah bangkrut?

   "Lo serius?"tanya Arzan.
   
   "Buat apa gue bercanda?"

   "Ko bisa sih vind? Bukannya perusahaan bokap lo selalu naik?"tanya Sam yang masih belum percaya.

    "Kata bokap ada seseorang yang udah ngehancurin perusahaanya. Gue kalau tau orangnya siapa,bakal gue abisin terus gue buang mayatnya ke lubang buaya"sebenarnya mereka tidak tahu Arvind sedang bercanda atau tidak.

   "Gue ngga bisa nerima kalau gue jadi rakyat misqueen bor"kata Arvind sambil menunduk. Mereka masih bingung. Bingung harus menanggapi Arvind dengan apa? Ucapannya terdengar serius tapi diakhiri dengan lelucon.

   "Sabar bro. Walaupun lo kismin kita ngga bakal berpaling dari lo kok"kata Rio sok dramatis.

   "Iya vind lo tenang aja,kalau lo butuh apa-apa hubungin w'a gue aja. Gue siap bantu ko"timpal Arzan.
 
   Sam menaikkan salah satu alisnya sambil menatap mereka. Sebenarnya mereka sedang berduka atau sok prihatin sih?

   "Udahlah gue maen ps aja. Sono lo"usir Arvind pada Rio.

   "Yeu bambang"

   Arvind pun memilih bermain ps dengan Arzan,berusaha menghilangkan rasa suntuknya.

  "Ayolah kick off nih"kata Arzan.

  "Ayo"jawab Arvind lalu fokus dengan permainan di layar kaca itu.

  "Ah shit!"umpat Arvind yang baru saja main.

  "Pengangguran shit!"lanjutnya.

  "Pelanggaran bego"kata Rio yang sedang bermain gitar.

  "Pengangguran maen bola? Apaan orang itu maen bola ge"kesal Arzan.

  "Ya maen bola masa gundu"jawab Arvind yang masih fokus.

My Green TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang