22. Menyulitkan

12 1 0
                                    

Tidak selamanya orang tahu apa yang sedang kita rasakan saat ini.”

     Taman belakang menjadi tempat pengaduan tertenang di sekolah saat Aurel merasa gelisah seperti yang sekarang ia rasakan saat ini.

     Ketika Aurel mengetahui apa yang sedang terjadi di sana, ternyata ketakutan saat ia menceritakan semuanya pada Zarin terjadi.

    Betapa sangat terkejutnya Aurel, saat adegan tersebut terjadi begitu saja di hadapannya. Semuanya heboh karna Aurel, Aurel merasa malu. Tentu Aurel merasa sudah tak ada harga dirinya lagi sebagai seorang perempuan di mata mereka.

     Mungkin ada yang mengatakan jika Aurel berlebihan, dan mungkin ada yang mengatakan dirinya terlalu munafik dan lebay. Hey! Asal tahu, dirinya bukanlah seperti perempuan-perempuan diluar sana yang sangat senang saat disentuh sembarangan demi orang yang mereka kagumi. Aurel bukanlah seperti itu. Kadar ketampanan dan kekayaan tak menjamin kebahagiaan ataupun kepuasan dari perempuan terhadap laki-laki. Tapi, menjaga martabat seorang perempuan dan menghargainyalah yang patut dibanggakan serta diprioritaskan.

    Aurel mengangkat tangannya untuk menghapus butiran air mata yang sedaritadi mengalir tanpa henti. Sudah berapa kali hal ini terulang kembali pada dirinya. Aurel merasa bodoh karna terlalu mudah luluh dengan rayuan laki-laki.

     Rasa trauma kembali menghantui otak dam pikirannya, dan Aurel benci ini.

  Rama melihat Aurel dengan lembut,tangannya meraba perut Aurel lalu sampailah ke arah bagian positifnya. Ia memegang payudara Aurel dengan cukup lama. Aurel yang menyadari itu segera menyingkirkan tangan Rama dan merubah posisinya menjadi duduk.

    Aurel kembali menangis lalu trauma itu terus mengantuinya, ia teringat kembali dimana dirinya telah dijebak.

    “Katanya lo minta dianter ke toko buku, tapi ko malah kesini? Ini dimana si? Sepi banget.”kata Aurel saat Vino malah membawanya ke tempat yang bukan tujuannya.

    Jadi, Vino tiba-tiba datang kerumah Aurel. Katanya, ia ingin diantar ke toko buku. Tapi bukannya ke toko buku, Vino malah mengarahkan motornya ke tempat sepi dan memberhentikan Aurel disana.

    “Ko berhenti? Gelap banget vin, kat--“ 

    Belum sempat Aurel melanjutkan perkataannya, tiba-tiba saja Vino langsung menempelkan bibirnya pada bibir mungil Aurel. Aurel sontak terkejut, Vino sangat kasar melumat bibirnya dan itu membuat Aurel kehilangan nafas. Aurel ingin menangis dan memberontak, tapi apa dayanya, Vino menahan Aurel sangat kuat. Aurel memukul-mukul punggung Vino dengan keras agar berhenti, tapi yang ia lakukan malah memperdalam lumatannya. Akhirnya, Aurel pun memilih menggigit bibirnya dengan kuat dan menendang bagian sensitif Vino lalu menamparnya.

    “DASAR COWOK BRENGSEK!”

     Aurel pun melangkah meninggalkan Vino yang sudah tak bisa menahan Aurel untuk pergi.

    Isakan tangisan Aurel semakin terdengar, ia merasakan sakit yang sangat menyentuh. Lalu, ingatan terburuk itu muncul kembali. 
  
     Dan tiba-tiba saja tangan Arvind  semakin turun sambil meraba, yang tadinya hanya sekedar memegang bahu Aurel kini malah hampir memegang dua buah milik Aurel. Aurel merasa ada yang tidak beres akan selanjutnya. Aurel menjauhkan dirinya dan pergi meninggalkan Arvind.
   
    Dan kini seseorang yang Aurel anggap berbeda ternyata sama saja dengan lelaki di luar sana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Green TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang