2. Diandra

2.5K 96 7
                                    

Gawat,  Diandra bangun kesiangan,  dia harus segera berangkat kalau nggak mau bosnya ngamuk.

Diandra mandi asal-asalan, yang penting tubuhnya kesiram air, lalu menyemprotkan parfum keseluruh tubuhnya.

Dikit lagi, dikit lagi, yesss!

Diandra berlarian ke lorong untuk absen dan syukur, dia berhasil menyentuhkan telapak tangannya di  mesin, tapi mesin menolak finger printnya.

"Yah masa rusak." jeritnya kesal.

"Bukannya Mbak Dian tidak bekerja sama  bu Gloria lagi." seorang sekuriti penjaga mengingatkan.

Diandra kesal,  dia baru ingat, kemarin dia kan mendapatkan bos baru yang sombong dan arogan.

"Ya ampun, mampus gue."
Diandra menepuk jidat, dia bingung.

Iya, dia kan sekarang kerja di kantor Alexander Indra Bumi bertukar posisi sama pak Ryo.

"permisi ya pak."

Ini semua gara-gara kopi sialan  itu.
Diandra terpaksa menghentikan taksi.

"Ke Indra Bumi Corps." kata Diandra.

Taksi melaju cepat kegedung tinggi pencakar langit. Gedung itu menjulang begitu gagah, segagah pemiliknya.

Tidak, pemiliknya namanya Indra Bumi Wijaya.  Dan Alexander hanya putranya dan seorang pewaris.

Tubuh Diandra basah karena keringat dan sangat menyebalkan karena dia terlambat di hari pertamanya bekerja.

"Anda terlambat hampir 45 menit bu Dian." celetuk Igo, dia asisten Alexe yang sangat patuh seperti seekor anjing.

"Aku tahu..."

Diandra tidak peduli, dia menekan tombol lift.

Diandra masuk, Igo juga masuk berdiri di sebelahnya.

"Di mana ruangan laki-laki gila itu?"
Tanya Diandra dengan nafas yang belum stabil.

"Saya akan mengantar anda."
Jawab Igo santai.

"Huh, ya ampun mimpi apa aku harus    bekerja padanya?" keluh Diandra untuk dirinya sendiri.

Lift berhenti di lantai 6. Igo mengantar Diandra sampai di dalam ruangan Alexe.

Setelah Diandra masuk kedalam ruangan Alexe, Igo meninggalkannya.

Alexe berdiri menjulang menatap tajam pada Diandra. Lalu melihat ke jam tangan Rolex yang di pakainya.

"Ya Tuhan, kamu niat kerja nggak sih?" bentaknya, suaranya menggema ke seluruh penjuru ruangan.

Tentu saja Diandra gemetaran, ketakutan dengan wajah pucat.

"Maaf pak, saya lupa kalau harus kemari, saya datang ke kantor Bu Gloria." jawab Diandra jujur.

Alexe hampir saja tertawa tapi batal.
Dia masih menatap Diandra yang tertunduk.

Pria itu mendekati Diandra dan gadis itu makin bergetar.
Tangan besarnya  meraih dagu Diandra lalu mengangkatnya, memaksa Diandra menatap matanya.

Diandra terpaksa menatap mata bos mengamuk itu dengan ketakutan. Air matanya meleleh. Diandra menatap mata tajam Alexe yang rahangnya juga menegang karena menahan marah.

"Mulai sekarang biasakan  menatap mataku kalau bicara denganku, ngerti?" desisnya.

"Iya pak, saya mengerti."

Diandra menjawab dengan parau. Air matanya belum berhenti mengalir.

Alexe menyentak Diandra yang masih gemetaran. Gadis itu lega karena Alexe akhirnya melepaskannya.

 Bastard In Him Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang