Alexe menatap Diandra tanpa berkedip. Gaun itu sesuai bayangannya ketika di kenakan oleh Diandra. Sangat pas di tubuhnya.
Diandra menggerai rambutnya yang sudah kering.Diandra duduk menghadap Alexe, seorang pelayan mengisi piring dengan menu yang sudah di siapkan.
"Buka agendamu, tulis dengan rinci kegiatan yang akan aku kerjakan besok. " kata Alexe.
Diandra diam, matanya menatap Alexe yang juga bingung padanya.
"Hai, kamu tidak dengar?"
Alexe membentak, tapi Diandra tidak bergeming, namun akhirnya gadis itu melihat ke jam tangannya yang mungil.
"Kenapa anda memberi saya pekerjaan? Jam kerja saya sudah berakhir berjam-jam yang lalu, kirim pesan saja melaluinya ponsel, saya akan membacanya."
Diandra menjawab ketus, Alexe sangat kesal di buatnya."Kamu nggak pernah tahu istilah lembur?" sembur Alexe.
"Saya sudah melakukan lembur yang tidak wajar, melayani anda di tempat tidur sama sekali bukan pekerjaan saya kan? Bagaimana anda akan membayar saya?"
Alexe berdiri, dia mendorong kursinya kebelakang hingga kaki kursi itu berdecit di lantai.
"Tinggalkan kami!"
Alexe membubarkan para pengurus rumah tangga yang berdiri berderet, lalu para pengawal juga berhamburan pergi.
"Jadi kamu mau di bayar? Seperti pelacur?"
Alexe mencengkeram dagu Diandra sampai rasanya ngilu. Diandra sudah lelah menangis jadi dia tidak menangis, dia bahkan tidak takut lagi pada Alexe.
Untuk yang kedua kalinya Diandra
meludahi Alexe karena jijik melihat wajahnya yang tampan tapi ternyata bajingan."Kalau anda memang mau saya bekerja dengan baik pada anda, anda hanya cukup mengajari saya, anda tidak perlu menakut-nakuti saya."
Suara Diandra bergetar, Alexe melepaskan cengkeraman itu lalu meremas ujung meja dengan gemas.
"Dengarkan aku Diandra, aku tidak berniat mempekerjakan kamu."
"Bagus! kalau begitu pecat saya!"
Diandra berdiri dengan kemarahan yang tertahan. Dia tidak mengerti sebenarnya apa yang ada dalam pikiran Alexe si banjingan tengik ini.
"Lantas kau akan kerja di mana?"
"Di mana saja, tidak perlu bekerja dengan bu Gloria juga nggak papa, yang penting saya bisa bekerja dengan tenang tanpa rasa takut."
"Kamu pikir, kamu akan mudah mendapatkan pekerjaan tanpa rekomendasiku, jangan mimpi."
Diandra diam, kali ini dia kesal, marah sampai rasanya akan menangis.
Diandra meraih tasnya. Lalu bergerak akan pergi.
Tapi Alexe kembali menahannya."Biarkan aku pergi bajingan."
Diandra menginjak dengan sengaja kaki Alexe dengan heelsnya yang tidak terlalu tinggi.
Alexe memjerit kesakitan sambil memegangi kakinya, lalu Diandra menambahinya dengan pukulan di hidungnya.
Walaupun tidak efek apa-apa pada hidungnya tapi tangan mungil Diandra lumayan juga bikin indra pendengarannya berdenging.
Diandra berlari ke arah pintu, sempat akan di tahan oleh beberapa anak buahanya, tapi Diandra juga menendang bagian sensitif si pria, sehingga dia juga menjerit.
Alexe memberi mereka kode supaya membiarkan Diandra pulang.
-----------------------------------------------------------
Diandra tidur nyenyak setelah sampai di rumah. Berbeda dengan Alexe yang kebingungan tiba-tiba di serang insomnia.
Alexe gelisah di tempat tidur tidak, bayangannya fokus pada tubuh indah Diandra yang beberapa jam yang lalu menggeliat sangat seksi ketika tubuhnya di godanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard In Him
RomanceWarning! Mungkin akan ada bahasa kasar, frontal dan tidak pantas, jika bacaan ini tidak pantas untuk anda, tolong tinggalkan! SINOPSIS Tentang kisah seorang Bajingan yang luluh bertekuk lutut pada seorang gadis muda belia. "Aku harus memilikimu, a...