Bab 11

4.1K 333 2
                                    

Ceklek.

Terdengar suara pintu yang terbuka, membuat beberapa orang yang berada di dalam ruangan menengok dan melihat ke arah pintu.

" Paman, bibi.. Kalian datang.. Maaf, telah membuat kalian repot datang kemari. " Sapa Xuan Lu pada pasangan paruh baya yang tak lain adalah kedua orang tua Yibo.

" Ah,, rupanya ada putri kesayangan ku disini. " Wang Yifei berkata dengan senyum hangatnya, membuatnya terlihat semakin cantik di usia yang tak lagi muda.

" Maafkan Kami nak,  baru bisa berkunjung hari ini. " Lanjut Wang Huang dengan rasa sesalnya.

Mendengar ucapan pasangan Wang itu Xuan Lu tak dapat menyembunyikan senyum dari wajahnya. " Tidak apa paman,, bibi,, kami mengerti.. "

" Aih,, bukankah ini nona Cheng? Apa kabar mu nak? " Ucap Wang Yifei mengalihkan pandangannya pada Cheng Xiao. " Wuah,, kau tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik sekarang. "

" Halo paman, bibi.. Kabar ku baik." Balas Cheng Xiao dengan sedikit membungkukkan badannya, " Bibi terlalu berlebihan, aku masih seperti dulu. Tidak ada yang berubah dariku. " Sambungnya dengan senyum manis di bibirnya.

" Paman,, bibi,, duduklah dulu. Pasti lelah setelah melakukan perjalanan kemari. " Ajak Xuan Lu dengan menggandeng kedua tangan pasangan Wang itu.

" Terima kasih sayang.. Tapi, bolehkah bibi,,, " Ucap Wang Yifei yang menggantung, ia memandang tepat di kedua netra bening Xuan Lu.
" Bibi ingin bersama gadis manis ku ini dulu.. " Sambung Wang Yifei yang kini memandangi Xiao Zhan, perlahan  berjalan mendekatinya.

Mengerti dengan perasaan sang bibi, Xuan Lu kembali tersenyum dan menganggukan kepala, tanda bahwa ia mengijinkannya untuk bersama Xiao Zhan.

"Bagaimana kabar mu Zhanni? Mengapa kau sangat kurus sekarang.. Bangunlah nak,, ibu sangat merindukan mu.. " Ucapnya menatap sedih pada tubuh mungil yang terlihat semakin pucat.

" Maafkan kami baru mengunjungi mu,. Apa kau tak merindukan kami nak? Ayah, ibu, dan... Gege bodoh mu itu hm? Dia bahkan menjadi semakin bodoh setelah kau pergi meninggalkannya.. " Wang Yifei terus menanyainya, tak peduli jika yang ia ajak bicara akan mendengarnya atau tidak.

" Mengapa kau tak juga membuka mata mu.. Hiks.. Apa di dalam mimpi mu, kau,, menemukan hal yang membuat mu bahagia hm? Hingga kau,, hiks,, melupakan, hiks,, kehadiran kami semua disisi mu,, hiks,, yang begitu sangat menyayangi mu..hiks..hiks.. Bangunlah nak,, hiks..bangunlah.. Hiks,, jika kau, merasa tak mampu menahannya,, hiks,, bicaralah pada ibu nak,, hiks,, ibu akan menghukumnya untuk mu, hiks,, ibu akan membuatnya menyadari perasaannya hiks, padamu... "

" Hiks,, ibu janji akan selalu di sisimu nak.. Hiks bangunlah... Jika kau takut Gege bodoh itu akan menyakiti mu lagi, bicaralah pada ibu dan ayah.. Hiks,, kami akan membantu mu membuatnya mengakui perasaannya untuk mu.. Hiks.. Ibu mohon sadarlah nak.. Hiks.. "

Wang Huang hanya dapat mendengarkan keluh kesah hati sang istri, ia tak tahu apa yang harus di ucapkannya karna pada dasarnya apa yang istrinya rasakan sama seperti yang ia rasakan.

Begitu pun dengan Xuan Lu dan Cheng Xiao yang merasa sesuatu menimpa hatinya seperti halnya yang Wang Yifei rasakan, mereka tak bisa membohongi diri sendiri jika apa yang terjadi pada Xiao Zhan membuat mereka tersakiti juga kehilangan.

Untukmu SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang