21

3.8K 273 13
                                    


°

"Ayah..." Seru Xiao Zhan girang.

"Heyy nak,, / Ayah senang kau bangun dari tidur panjang mu.." Ucap kedua kakak beradik Wang itu dengan memeluk Xiao Zhan. "Jangan lagi membuat kami Khawatir nak.."

"Zhanzhan..." Mendengar suara lembut yang sangat di kenal nya Xiao Zhan mengedarkan pandangan pada sumber suara. "Lulu jiejie..." Senyumnya mengembang,, melihat Xuan Lu tepat di belakang Wang Mian.

"Jie,,, apa jiejie tak merindukan Zhanzhan yang malang ini hm,,," Xiao Zhan memasang wajah semelas mungkin untuk menarik perhatian sang jiejie,, karna dengan begitu Xuan Lu takkan bisa menahan untuk tidak memeluknya.

Xuan Lu yang memang begitu rindu dengan adik manjanya itu, berjalan sedikit cepat dan segera memeluk Xiao Zhan."Hiks,, ya,,jiejie sangat merindukan si manja ini.. Hiks,, jiejie rindu pada si bawel ini.."

"Jie,, mengapa menangis? Jika merindukan Zhanzhan seharusnya jiejie tersenyum dan bahagia,, Zhanzhan merindukan senyum indah milik jiejie,, ayo tersenyum.." Xiao Zhan sedikit menarik sudut bibir Xuan Lu dengan jari telunjuk nya, mencoba membuat nya tersenyum dan tak lagi menangis.

Nampaknya itu mampu membuat sang jiejie tersenyum kembali,dan menghentikan tangisnya. Merasakan seseorang di sisinya yang sedari tadi hanya terdiam dengan tangis tertahan, Xiao Zhan mengalihkan pandangannya, dapat di lihatnya jika Zhuo Cheng terdiam dengan jejak air mata yang begitu ketara.

"Chengcheng,,," Xiao Zhan mengusap sayang puncak kepala Zhuo Cheng, senyumnya terus ia pamerkan, bukti bahwa dia benar benar merasa baik saat ini. "Apa kau menangis hm??"

Zhuo Cheng hanya menggeleng, namun jelas jika matanya memerah tengah menahan air matanya yang siap terjun kapan saja.

"Tak apa Chengcheng,, semua baik baik saja.. Jangan terus memikirkannya hm,, mengerti???" Xiao Zhan mengerti dengan apa yang Zhuo Cheng pikirkan, meski Zhuo Cheng tak pernah mengeluh padanya.

Tetapi ikatan dalam hati mereka cukup kuat untuk saling memahami satu dengan lainnya, jadi tak heran jika apapun yang mereka rasakan akan selalu sama.

Meski tak memiliki ikatan darah, namun mereka tumbuh bersama sedari kecil, jadi wajar saja jika mereka tahu tentang isi hati keduanya.

"Ge...!! Hiks,,, mengapa kau tega padaku.. Hiks,, kau membiarkan ku tak tenang,, hiks,, kau terus menutup matamu, dan tak pernah membukanya,, hiks,, apa kau tahu, aku bahkan tak bisa menjalani hari ku dengan tenang, hiks,,, maafkan aku,, hiks,,, aku yang membuat mu seperti ini... Hiks,,"

Zhuo Cheng langsung menubruk tubuh Xiao Zhan, saat tak mampu lagi membendung air matanya. Ia menangis untuk kesekian kalinya,, dan untuk yang kesekian kalinya juga, ia menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang telah terjadi pada Gege tersayang nya itu.

"Chengcheng,,," Xiao Zhan menepuk punggung Zhuo Cheng dengan satu tangannya, dan satu tangan lain masih mengusap kepala Zhuo Cheng.

"Chengcheng adalah anak yang baik,, semua yang terjadi pada Gege bukan salah Chengcheng,, apa yang telah terjadi sudah berlalu,, sekarang Chengcheng berhentilah menyiksa diri dengan terus menyalahkan diri sendiri,," Xiao Zhan sedikit menarik nafasnya berat.

"Yang terjadi dengan ayah dan ibu, itu sudah menjadi kehendak Tuhan,, dan yang menjadi kehendaknya, adalah takdir yang terjadi dan harus kita terima dengan ikhlas hati.."Merasakan sentuhan di kepala nya berhenti, Zhuo Cheng merenggangkan pelukannya.

Xiao Zhan memberi jarak di antaranya dengan Zhuo Cheng. Ia mengangkat dagu Zhuo Cheng, dan menatapnya tepat di bola mata Zhuo Cheng.

"Apa yang telah berlalu biarkan menjadi masa lalu, dan jangan lagi kau ungkit. Jika itu mampu kau simpan, maka jagalah di dalam hatimu sebagai kenangan." Ucap Xiao Zhan dengan menunjuk dada kiri Zhuo Cheng. Membuatnya mengikuti arah telunjuk Xiao Zhan.

Untukmu SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang