• Qiyara Helsy Salsabila •

1.7K 175 26
                                    

✨✨✨✨✨


Sore nan kelabu. Matahari disembunyikan oleh segerombol awan meski belum waktunya terbenam. Kemacetan ibu kota memang tak dapat dihindari, membuat beberapa pengendara sengaja menepikan motor atau keluar dari mobil sekadar menghirup udara alam yang pada kenyataannya juga kurang sehat. Orang-orang berbagai profesi tentu menemui lelah tiap harinya, dan pada masanya yang perlu mereka ingat adalah rumah untuk pulang.

Gadis di dalam taksi online dengan rambut dikuncir kuda mengamati hiruk-pikuk perkotaan. Senyum tipis nan manis mengembang menghiasi wajahnya. Di atas panguannya ada paper bag berukuran sedang menutupi sebuah hadiah untuk seseorang. Ia membuka kaca jendela mobil, melongokkan kepala mencari satu titik tempat yang ia cari. Rupanya sudah dekat. Daripada menunggu entah berapa lama, gadis itu memutuskan merogoh tas selempang kecilnya, meraih selembar uang lalu menyerahkannya pada sopir taksi.

"Belum nyampe, Neng."

"Deket kok, tinggal nyeberang. Kembaliannya ambil aja."

Uang berwarna biru itu mendarat di tangan seorang pria paruh baya. Ia ingin bersuara, tapi gadis cantik tersebut sudah keluar dari mobilnya.

"Padahal yang perlu dia bayar cuma belasan rebu. Makasih, Neng," monolog sang sopir.

Tiba di kafe bernuansa cokelat dengan seduhan aroma kopi yang khas dan di pintu utama telah terpampang jelas tulisan 'Fortune'. Ia tersenyum manis saat pelayan menyambutnya. Kafe ini selalu menjadi pengukir memori indah baginya, sebab kakinya acap kali berpijak menunggu sang kekasih. Sama seperti yang ia lakukan sekarang.

Iseng-iseng menunggu, ia mengambil note kecil yang disediakan pihak kafe untuk pengunjung kalau ingin memberikan kritik atau saran.

'Terima kasih, sudah menjadi saksi cinta pertama saya yang terkenang indah.' -Helsy

Qiyara Helsy Salsabila. Panggil saja Helsy. Pelajar SMA kelas 12 yang masih menikmati masa muda sebelum diterkam ujian. Ia mengambil fortune cookies di piring kecil yang juga disediakan oleh pihak kafe. Tak sedikit orang penasaran apa yang akan terjadi pada mereka kemudian termasuk Helsy. Hanya penasaran, bukan maksud percaya.

'Semangat kamu, badai pasti berlalu. Termasuk dia yang sudah menyakitimu hari ini. Semangat!'

Gadis yang baru saja menyesap minumannya seketika tersedak kecil. Ia terkekeh, tak apa, cuma tulisan dalam gulungan kertas yang tersimpan dalam cangkang. Siapa yang menyakiti Helsy hari ini? Sepertinya tidak ada.

Baru saja Helsy menatap arlojinya, tiba-tiba seseorang datang membawa aroma maskulin yang sangat familier di penciumannya. Penampilannya sederhana, masih ada sisa keringat di pelipis, ditambah lagi ia mengenakan jaket bomber army. Sepertinya cowok itu baru selesai latihan dan langsung menghampirinya.

Wajah dingin namun hangat itu berdiri di hadapan Helsy sekarang. Kedatangan sang kekasih tak kuasa menahan dirinya untuk tidak tersenyum.

"Kita ngobrol sebentar." Aura dingin itu terasa menusuk.

Seketika senyum lebar itu sirna.

"Aku mau kita putus," ucap cowok yang mengenakan baju futsal itu.

Helsy tersentak, berharap tidak sedang halu.

"Maksud kamu?"

"Intinya kita putus."

"Hei." Helsy tetap tenang, mencoba meraih jemari kekasihnya agar ia duduk tapi malah ditepis. "Aku salah apa?"

ATTESA [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang