ATTESA : 15

748 117 36
                                    

✨✨✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨✨✨

Menikmati embusan angin malam di balkon, cowok dengan kaus tanpa lengan tersebut tengah termenung membiarkan kopi susu yang tadinya panas kian mendingin. Nampak di atas sana bintang bertaburan, nyanyian jangkrik saling bersahutan mendukung suasana yang seharusnya damai. Tapi tidak untuk Hartsa kali ini. Pikirannya kembali ke kejadian beberapa minggu yang lalu.

Ia pikir jejak sang penjahat benar-benar hilang karena polisi menyerah dan menutup kasusnya. Kendati ternyata bagian lain dari pria berkacamata hitam tersebut ada di hadapan matanya. Sosok Dwiky Lean Juwanda. Musuh bebuyutan yang memang tidak ia tahu bagaimana keluarganya sebab mereka bukan teman baik apalagi akrab.

Waktu itu Hartsa datang ke Kafe Fortune agak kesorean. Pelayan yang sudah ia anggap temannya pun mengira kalau Hartsa istirahat sejenak sampai tidak bisa mampir barang menyapa. Entah sebuah kebetulan macam apa Hartsa menemukan keberadaan Lean tengah makan bersama pria paruh baya yang wajahnya tidak akan bisa Hartsa lupakan.

"Lo lagi liatin apa?"

Hartsa terperangah, ia segera mengambil pesanannya kemudian menyerahkan uang.

"Itu cowok yang pernah cekcok sama ceweknya di sini, bukan?" Pelayan berkulit sawo matang itu masih ingat rupanya.

"Gue kira udah lupa."

"Awalnya lupa, tapi pas liat dia dateng lagi sama ayahnya, baru inget."

"Ayah?"

"Tuh, yang lagi makan bareng dia."

"Lo tau dari mana?"

"Kan, tadi gue melayani mereka juga. Sempet nanya 'Anaknya ya, Om? Ganteng, apa resepnya?' terus dianggukin dan beliau ketawa."

Sejak mendengar itu, Hartsa benar-benar dihujani pertanyaan besar di kepalanya. Selama ini, ia tidak pernah tahu siapa sebenarnya Lean. Yang dia tahu, ia pernah pacaran dengan Helsy dan musuh bebuyutannya di pertandingan. Jika benar Lean adalah buah hati pria itu, maka Hartsa menekankan tak ada kata pertemanan. Seperti yang pernah ia bilang, bahwa dia tidak bisa mencari sisi malaikatnya kalau sedang menghadapi yang lebih buruk dari setan.

Jadi, berhentilah mengira Hartsa punya rasa pada Pega atau Helsy dan cewek lain. Ia melakukan itu, demi melindungi orang terdekatnya termasuk Andrik dan Faldo sekali pun ia tidak bisa menaruh percaya.

"Hartsa! Yuhuuu! Mai hani baniii!"

Fierra muncul tiba-tiba dengan rambut terbiasa dicepol dan mengenakan sleep shirt hingga kaki jenjangnya terekspos. Ia duduk di samping sang adik sembari bersila.

"Ganggu aja."

"Dih, kenapa, sih? Sensi amat."

Tak menjawab pertanyaan barusan, Hartsa menyeruput kopi susunya. "Gimana pernikahan lo?"

ATTESA [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang