✨✨✨✨✨
Tuhan akan selalu menyayangi hamba-Nya. Meski seorang hamba acap kali melupakan Tuhannya. Beruntungnya Hartsa ketika ia diizinkan untuk hidup satu kali lagi. Kekuatan dari orang-orang terdekat yang mengaliri darah membuat nadinya kembali berdetak. Dalam beberapa minggu usai siuman dari operasi bagian tulang belakang, Hartsa masih bisa menghirup udara yang disuguhkan semesta.
Berapa lama Hartsa menunggu keajaiban itu datang? Mungkin ini adalah harinya. Seperti sekarang, saat ia membuka mata pemandangan indah selalu ada di sampingnya.
"Cantiknya punyaku."
Selama Hartsa dirawat, Helsy masih menyempatkan diri setiap hari mengunjungi cowok itu. Baik hari libur atau saat pulang sekolah. Untuk kelas 12 sekarang sedang masa minggu tenang, mereka diliburkan sebelum menghadapi ujian.
"Kangen." Hartsa mencubit gemas pipi Helsy.
"Udah tiap hari loh, gue ke sini."
"Kangen pokoknya."
Helsy terkekeh. Tangannya terangkat untuk mengelus lembut pipi Hartsa. Waktu Hartsa dinyatakan meninggal, ia sempat menyerah untuk membantu Hartsa kembali sadarkan diri. Namun hari ini, cowok itu kembali dalam wujud nyata, membuat Helsy acap kali bersyukur.
Hartsa berharap amnesia pada momen tertentu, tetapi ternyata ingatan kelam atas insiden itu masih terus menggentayanginya. Berita kematian Lean telah sampai ke telinga Hartsa. Lean selalu diberi pilihan yang rumit, banyak ditemukan obat anti depresi di apartemennya dan Juwan selaku orang tuanya tidak pernah mengetahui itu. Juga tentang Pega, pagi ini ia bersama keluarganya datang berkunjung ke rumah sakit.
Pega mengusap punggung tangan Hartsa. "Pasti sakit, ya?"
Hartsa tersenyum tipis. "Maaf."
"Don't say sorry, Haca."
Kedatangan Pega bersama ayah dan ibunya bertujuan untuk pamitan. Walau sebentar lagi ujian, gadis itu memilih pindah ke London—kembali ke tanah kelahiran. Dia juga mengalami trauma, ketakutan dengan banyak orang, dan menangis tidak jelas. Orang tuanya memutuskan membawa Pega menjalani pemulihan serta memulai hidup baru di London. Jika pun gadis itu harus mengulang sekolahnya selama satu tahun, mereka tidak masalah. Yang jelas, kesehatan mental Nathania Pega harus diutamakan.
"Semuanya udah berakhir, Haca. Don't forget to be happy." Pega merapikan sejumput rambut Hartsa.
"You too." Hartsa balas mengacak-acak rambut pirang itu.
"Ehm. Maaf Hartsa, kami gak bisa lama-lama. Sampaikan salam dari kami ke orang tua kamu."
"Iya, Om. Makasih sudah nyempetin dateng ke sini."
"Haca, can I hug you?"
Hartsa menarik napas, kemudian membentangkan tangannya. "Come here, Pegasus."
KAMU SEDANG MEMBACA
ATTESA [Completed]
Teen Fiction[13+] #1 in taetzu 19/05/2020 TERSEDIA DI KBM APP If I Give You Trust Mau sebagus apa pun rencana itu, tetap akan selalu bertumpu pada garis takdir yang telah ditetapkan Tuhan. Move on memang susah, bagaimana seharusnya bersikap biasa saja saat kat...