ATTESA 2

974 71 47
                                    

[17+]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[17+]

If I Give You a Memory.

Hartsa begitu mencintainya.
Seorang taruna Akademi Kepolisian yang sesekali kabur dari pelatihan karena rindu.
Rindu yang memaksa untuk segera bertemu.

Helsy juga begitu mencintainya.
Selalu memberi semangat saat ia berhadapan praktek dengan darah.
Si mahasiswi kedokteran yang merasa kuliah 24 jam.
Tak memberi kesempatan untuk menyambut sebuah temu.

Hingga suatu ketika.
Dia tidak benar-benar melupakannya.
'Dirinya' hanya bagian dari memori yang tidak sengaja terlupakan.

ATTESA 2

~~~~~~~~~~~
©Nyai_Kwon
2020

SPOILER

"Excuse me."

"Gak ada duit!" sahut Juna nyolot.

"Ada apa Pak Dosen ganteng yang budiman, tidak sombong, dan rajin menabung?" Bita tersenyum jijik.

Sementara Helsy terpaku melihat kedatangan dosen yang gosipnya menggemparkan satu kampus. Bahkan anak kedokteran rela mati melawan anak sastra Inggris membela salah satu dosen mereka. Padahal jelas, dosen yang katanya tampan itu menaruh harapan lebih pada Helsy.

"Ehm, saya pengen bicara berdua aja sama Helsy."

"Pak, nanti anak bini Bapak ngirim santet, loh." Bita makin gemas.

"Saya masih single walau umur tiga puluh."

"Udah cabul, gak laku, belagu lagi," ejek Juna setengah berbisik dan menatap ke arah lain.

Walau ditentang banyak Kaum Adam, sang dosen tetap gigih. Ia tersenyum manis pada Helsy yang seketika mau kabur saja. "Helsy, kamu punya waktu?"

"Emangnya ada apa ya, Pak?"

"Cuma mau meluangkan waktu. Kamu pasti capek, kan?"

"Iya, tapi kelas saya dimulai bentar lagi."

"Ah, gak apa-apa, biar saya yang tanggung jawab."

"Kalau begitu, Anda berurusan dengan saya."

Seisi kantin berubah hening. Jangankan anak perawan, mbok pecel aja gigit-gigit celemek menyaksikan betapa indahnya cipataan Tuhan. Keheningan memberi ruang untuk memperdengarkan derap sepatu pdl yang dikenakan oleh seorang lelaki berseragam lengkap dari Akademi Kepolisian.

Tatapan tajam menghunus sosok dosen tampan yang selalu menutupi sikap aslinya itu. Keduanya saling berhadapan, jelas bukan lawan seimbang kala yang satu gagah berotot bawa senjata, satunya cuma modal tampang dan jas rapi. Taruna itu menarik tangan Helsy, menyembunyikan perempuan itu di belakangnya.

"Hei, kamu gak boleh main tarik begitu sama mahasiswa saya."

"Anda sendiri? Kenapa memaksa dia buat berduaan dengan Anda?"

"Tau apa kamu?"

"Saya tau semuanya. Sebelum ayah saya yang memegang saham di sini mengambil jalur hukum, harap untuk sadar diri."

Sang dosen malah tertawa meremehkan. "Kamu ini siapanya Helsy? Hm? Kamu pikir saya takut?"

"Saya calon suaminya."

~~~~~~~~~~

"Hartsa?"

"Ehm. Saya menemukan sampah manusia."

"Sembrono sekali mulutmu!" Namanya juga komandan, ke-bar-bar-an Hartsa selalu jadi titik sasaran untuk menegurnya.

Segerombol taruna dan taruni berdiri di tengah lapangan. Kelihatannya mereka juga merasa terganggu oleh teriakkan menggema yang ditimbulkan Hartsa cs. Terkadang, main kejar-kejaran dan membangunkan orang lain adalah ciri khas dari Hartsa, Velo, dan Adel. Setiap minggu ada saja kejahatan tak terduga yang bisa mereka atasi.

"Apa yang Anda lakukan di sini?" tanya si komandan.

"Cuma mampir," jawab pria bermasker hitam tersebut.

"Mainnya serem." Velo mendecak kagum.

"Let's see." Hartsa ambil satu langkah menarik masker tersebut hingga wajahnya terpampang nyata.

Kalau orang awam mungkin saja terkesima, menganggap yang dihadapi sekarang adalah utusan dari surga. Ganteng soalnya.

Tak puas sampai di situ, Velo mengamati sesuatu yang terselip dalam jaket pria itu. Ia menarik resletingnya dan jatuhlah sebuah pakaian dalam wanita berwarna pink.

"Ini alasan Anda datang ke sini? Cuma mampir? Kepingin kabur tapi malah nyasar ke asrama taruna?"

"S-saya b-bisa jelaskan."

"What?!" Adel memekik. Matanya membelalak seraya menjumput pakaian dalam itu. Buru-buru ia menyembunyikannya dalam pelukan. "Punya saya, kok bisa?"

"Bajingan!" Hartsa emosi.

Seketika makian terlontar, komandan pun ingin memberikan pria cabul tersebut sebuah sanksi. Caranya menyelinap cukup cerdas, sampai pihak keamanan kecolongan dan alarm deteksi adanya penyusup memang sedang tidak berfungsi dengan baik.

"Ada yang ingin menyuarakan akan diberi sanksi apa kejahatan seperti ini?" tanya sang komandan yang kini tidak sendirian, sudah ada wakil berdiri di sebelahnya.

"Lepasin aja."

"Are you crazy?!" Adel dan Velo sama-sama melotot pada Hartsa.

Plak!

Adel memukul tengkuk Hartsa. "Harga diri gue lagi jatuh ini!"

Hartsa tersenyum simpul. "Saya kenal dia. Papa saya punya hak memberi hukuman yang setimpal."

"Tapi melepaskan dia—"

"Saya juga tau di mana rimbanya anjing hutan ini."

Pola pikir taruna seperti Hartsa memang acap kali bikin geleng-geleng kepala, ada saja ulahnya yang dianggap tak masuk akal dan patut diacungi jempol di saat bersamaan.

Hartsa maju selangkah, menepuk pundak pria tampan tapi cabul itu. "You touch my Helsy, you die in my hands!"

[UNTUK 17 TAHUN KE ATAS BUKAN BERARTI ADA NAENA! TAPI BUKAN BERARTI JUGA YANG DIBAWAH UMUR BEBAS BUAT BACA YA, ZEYENG]

TUNGGU TIGA HARI LAGI YA, GAES!!!

BORAHAE💜💜💜

Salam,
Nyai.

ATTESA [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang