So
Bisa Banyak
Bisa Jadi
So
Bisa Baca
Bisa Voment (Harusnya)
Selamat membaca
Hanya cerita tanpa unsur mencela atau menjiplak
Hanya cerita yang diketik dalam waktu senggang tanpa paksa
Hanya cerita yang dibuat dengan meminjam nama keluarga besar bab...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di mohon lebih fokus membaca, karena part selanjutnya ya gitu deh _So😂
. . . . . . .
Keesokan harinya Chaeyeon dan kedua adiknya tidak berangkat ke sekolah. Kedua orang tua mereka pulang pukul 06:35 pagi tadi. Dan seluruh anggota keluarga Lee berkumpul untuk membahas kelanjutan masalah Chaeryeong.
Mereka sepakat membawa Chaeryeong sekolah diluar kota. Dimana kesehatan mental Chaeryeong yang menjadi fokus utama mereka saat ini. Jika dipaksakan tetep tinggal disini, kemungkinan Chaeryeong bertemu teman sekolahnya masih tinggi. Dan hal itu pastinya akan berpengaruh banyak untuk Chaeryeong yang akan menghadapi ujian akhir.
Keputusan tersebut dibuat dengan sedikit kendala karena Eunsang keukeh untuk satu sekolah dengan Cicinya itu. Tapi kalau Eunsang tetap memaksa maka perpisahan sejenak keluarga tersebut akan lebih panjang. Karena selama Chaeryeong di sekolah barunya, ia akan tinggal dengan Maminya. Dan akan kembali setelah Chaeryeong lulus dari sekolah menengah pertamanya.
Melalui bujukan dari keluarganya, Eunsang memutuskan tetap disekolah yang sama dimana sekolah tersebut telah membuat luka bagi Cicinya. Dari sana Eunsang bertekad untuk tak membiarkan siswa lain bernasib seperti kakak satu tahunnya. Jika dilihat keduanya selalu tampak seperti musuh, namun kini Eunsang berada pada barisan pertama guna keselamatan kakaknya tersebut. Berlaku juga buat Chaeyeon, ia berjanji akan diri sendiri tak akan ada orang luar lagi yang mengusik keluaraganya.
*******
Masih ingat persahabatan 4 pemuda beda marga diawal?.
Sudah terlihat jika Lee Felix adalah yang paling berisik, tapi ia juga menyimpan luka akan perpisahan kedua orang tuanya. Lalu Kim Seungmin, si jenius. Jangan berfikir ia terpaksa menjadi jenius guna memenuhi keinginan kedua orang tuanya. Toh yang sebenarnya terjadi adalah kedua orang tua Seungmin tak sekalipun menuntut Seungmin akan prestasi-prestasi yang bejibun, mereka memang bangga akan itu, tapi mereka lebih bangga lagi jika Seungmin melakukan segala sesuatunya dengan senang hati. Dan sampai sekarang Seungmin tampak bahagia akan dirinya, hal tersebut lebih dari cukup untuk kedua orang tua Seungmin yang sangat fleksibel.
Kemudian Hwang Hyunjin. Pemuda itu adalah kesayangan keluarganya, tipe pemuda penurut tapi cuek akan urusan orang asing. Namun banyak yang mengira ia arogan, badboy, playboy dan berbagai julukan lain. Dan kembali pada sifat dasar Hyunjin, semua julukan itu terucap dari orang asing maka Hyunjin masa bodoh.
Yang terakhir Han Jisung, sama seperti Hyunjin, pandangan orang akan dirinya berbanding terbalik dengan sifat aslinya. Tak akan ada yang menduga Han adalah introvert. Ia sama seperti Felix, banyak omong tapi itu sekedar ucapan dari mulutnya. Sedangkan didalam dirinya, ia muak, ia risih akan dunianya. Dan setelah ia kembali seorang diri, disitulah kenyamanan sesungguhnya bagi Han Jisung.
Seperti siang ini, Han telah kabur dari sekolah sejak pagi tadi. Dia hanya berdiam diri di games center. Lalu ia sudah muak menghabiskan setengah harinya disitu sehingga membuatnya berjalan tak tentu arah dijalanan.
Satu lagi yang membuat Han muak adalah tatapan orang-orang yang menujunya. Ia akan menunjukkan gejala kecemasan akut saat ada banyak pasang mata menujunya. Dan sekarang hal itu terjadi, wajahnya tampak pucat, pandangannya tak tentu arah dan satu yang masih ia ingat dengan jelas adalah secepatnya ia harus menghubungi sang Ayah.
Han berjalan dengan terseok, mencari sudut sempit dalam deretan pertokoan dan berusaha mengetikkan keadaanya sekarang pada roomchatnya dengan sang Ayah. Setelah pesan tersebut terkirim, Han kian kesakitan, ia menyembunyikan wajahnya dengan frustasi.
Hingga ia akan sampai pada titik terendahnya, seseorang menyelamatkannya. Menarik dirinya dari lubang gelap namun ramai akan suara-suara yang dibencinya. Membawanya pada tempat ternyaman untuknya. Dan tetap tercipta hening yang selalu dicintainya.