Part 12

134 18 19
                                    

.
.
.
.
.
.
.

Chaeyeon tak bisa tidur malam ini. Malam ketiga Chaeryeong terpisah jauh darinya. Tadi sang adik menelfonnya, dengan semangat menceritakan kesehariannya dan teman-teman barunya. Namun ia hanya diam, entah apa yang dipikirkannya.

"......."

"Ce...."
Chaeryeong pikir ada yang tak beres pada kakaknya, karena sedari tadi hanya menanggapi ceritanya secara singkat.

"Cece gak bisa tidur akhir-akhir ini."

Mendapati pernyataan dari kakaknya seketika Chaeryeong menangis tersedu diseberang.

Ia ingin berada di samping sang kakak saat ini. Seperti saat dirinya menangis, kakaknya akan sigap memeluknya.

Chaeyeon sebenarnya merasa bersalah pada adiknya. Dari kalimat jujurnya barusan sang adik merasa sedih. Tapi harus bagaimana lagi, ia banyak pikiran akhir-akhir ini. Yang paling parah iya tak sadar sedang memikirkan apa.

Satu pesan baru masuk ke ponsel Chaeyeon. Awalnya ia tak berniat membalas, tapi tak ada salahnya kan ia bercerita dengan orang baru.

Chae...

Kenapa Jin?

Gpp, gua pikir udah tidur.

Belum, masih banyak pikiran aja.

Yaudah lanjut aja dipikirnya, tapi ada batasnya Chae. Itu tubuh butuh istirahat juga.

Iya iya, tapi loe juga tuh, tubuh loe butuh istirahat. Baru selesai war kan?.

Lah kok tau?.

Gampang ditebak tau gak.

Hahaha, yaudah gua mau istirahat biar loe juga.

Hmm

*Typing*
Belum selesai Hyunjin mengetikkan balasan, pesan dari Chaeyeon kembali masuk keponselnya.

Jin, boleh gua cerita?

Dengan senang hati.

Gua gak mau jadi ketua Club dance Jin.
Banyak yang unggulin gua, tapi gua benci digituin. Bukan karena nantinya akan banyak yang sinis ke gua sebagai junior udah jadi ketua aja. Cuma gua emang gak minat jadi ketua.

Gua paham kok. Loe gak bakal kemakan omongan orang yang jelekin loe. Kalau loe beneran gak minat, segera omongin baik-baik sama Pak Kim.
Jangan ditunda ntar yang ada loe lebih lama kepikirannya.

Iya sih, niatnya dari kemarin-kemarin nyamperin pak Kim masalah ini. Tapi liat dia bahas posisi itu kalau dipegang gua dengan senyum cerah gua nyerah aja buat ngaku.

Yaudah besok samperin pak Kim. Apa perlu gua temenin, buat penguat argumen loe.

Gak usah Jin.
Gua besok sendiri aja. Yaudah gua mau tidur dulu, makasih banget masukkannya.

Okay.
Gua gak bantu banyak kali Chae.
Yaudah sleep well🌛

Chaeyeon tak membalas lagi, ia bersiap untuk tidur dan mengawali esok hari dengan berani.

*******

Han sudah kembali ke sekolah. Tiga hari ia dalam perawatan dirumahnya. Tak banyak yang tahu sakit apa yang dideritanya. Mereka hanya berfikir Han cuma sakit maag atau semacamnya.

Tentang kejadian tempo hari sangat membekas dalam ingatan Han. Ia merasakan hal aneh kala mengingat itu. Mengingat senyum menenangkan yang menujunya. Mengingat mode kalem pada seseorang yang ia yakini tak tahan akan keheningan. Mengingat bagaimana senyum dan sapaan hangat tersebut mengantarkannya menuju mobil sang ayah yang menjemputnya. Senyum yang tak diperolehnya pada pertemuan pertama mereka.

Periode istirahat makan siang cukup lama. Hal tersebut membuat Han berfikir untuk tidur di UKS. Ia berjalan menuju lorong arah ke ruang kesehatan tersebut. Lorong yang cukup sepi karena tujuan murid-murid saat ini adalah cafetaria.

Dalam langkahnya ia melihat sekeliling, dan tanpa sengaja menatap siluet dua orang yang cukup jauh dari tempatnya berdiri. Seorang pemuda merangkul gadis yang tak terlalu jauh jarak tinggi keduanya.

Gadis itu, si senyum hangat yang pernah mengobatinya. Si berisik di awal pertemuannya sedang menangis tersedu, terlihat dari bahunya yang naik turun. Dan pemuda di sebelahnya menenangkan dengan telaten.

Han pikir keduanya tak dekat, dan ia berani bersaksi bahwa pemuda tersebut tak akan bersikap demikian pada seorang gadis manamun kecuali keluargannya dan satu orang pada masa lalu dirinya dan pemuda itu.

.
.
.
.
.
.
.
Next

SO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang