♠️ Chapter XXII - Preparation ♠️

753 51 4
                                    

Jane mendengkus. Nyalinya langsung ciut begitu mendengar informasi dari Chloe. "Nampaknya acara itu merupakan acara keluarga. Apakah nanti mereka tidak terganggu oleh kehadiranku?"

"Tentu tidak, Miss Watson. Lagipula, Lady Aileen juga datang. Dia bukan anggota keluarga Kerajaan Vlada."

"Oh, jadi dia berkunjung ke sini untuk acara itu."

"Ya, biasanya dia rutin menghadirinya, tetapi karena suatu hal, dia absen selama tiga tahun. Baru tahun ini dia hadir kembali."

Jane bertanya-tanya, apakah dirinya akan dianggap ingin tahu urusan orang lain jika dia menanyakan hubungan Aileen dan Phillip kepada Chloe. Namun, Chloe nampaknya bukan orang yang suka bergosip. Buktinya, dia tidak memberi tahu ada apa sampai Aileen melewatkan perayaan panen selama 3 tahun. Jane mengurungkan niatnya.

Chloe tetap tersenyum manis meski melihat kegalauan Jane. "Adakah yang bisa kubantu, Miss Watson?"

"Oh, tidak," Jane gugup, tidak tahu kenapa dia merasa tidak enak pada seorang pelayan.

"Wajah Anda menunjukkan seolah Anda ingin mengatakan sesuatu. Maaf bila aku salah."

"Kau benar. Ya, kau benar, Chloe. Aku ingin bertanya, apakah aku memiliki pakaian yang pantas kukenakan pada acara panen minggu depan?" Jane tidak jadi bertanya soal Aileen, walaupun sebenarnya ingin tahu. Dia tentu tidak mau berharap terlalu banyak karena hal itu hanya akan membuatnya sakit hati. Apalagi, Phillip adalah seorang pangeran. Tidak mungkin pria bermartabat seperti itu mau menikah dengan wanita biasa. Aileen pun nampak bahagia setelah keluar dari ruang kerja Phillip tadi. Mereka pasti melepas kangen, batin Jane.

🍓🍓🍓🍓🍓

Dua hari sebelum perayaan panen, Jane dikejutkan oleh informasi dari Jill dan ibunya. "Kenapa cepat sekali?" tanya Jane yang langsung berdiri dari ranjangnya begitu mendengar kabar ini.

"Harry harus bekerja, Jane," jawab Jill. "Kalau cuti terus-menerus, kami tidak bisa makan," candanya.

"Tapi kalian tidak mengajakku," rengek Jane.

Jill dan Natasha tertawa. "Kau ini seperti anak kecil saja," kata Jill.

"Biar Harry saja yang pulang, kau tetap di sini. Kau juga, Mom. Kenapa tidak menemaniku?"

Natasha tersenyum. "Kau tahu itu tidak mungkin, Jane. Aku dan Jill punya kesibukan masing-masing yang sempat tertunda. Jill tidak mungkin membiarkan Harry sendirian. Aku pun masih ingin memiliki kegiatan daripada hanya bersantai-santai di sini."

"Kalau begitu, aku ikut kalian saja."

"Jane, kau sudah berjanji akan memikirkan masalah pertunangan," Natasha menatap Jane. Nada suaranya tak lagi tinggi kala membahas soal perjodohan, membuatnya nampak seperti seorang ibu yang lemah lembut.

Jane menunduk lemas. Kalau tahu akan begini, dia tidak mau berdamai dengan ibunya. Namun, apa mau dikata. Kembali ke New York sekarang pun dia hanya akan menjadi pengangguran. "Yeah," ucapnya.

Natasha memeluk putri sulungnya. "You know I love you, Jane," katanya.

"I know."

"Kalau begitu, kami akan membereskan segala sesuatunya, lalu berangkat," kata Jill.

"Kau duluan saja, Jill. Ada yang ingin kubicarakan pada kakakmu," kata Natasha.

Setelah Jill keluar dan menutup pintu, Jane mengajak Natasha duduk di ranjang. "Ada apa, Mom?" tanyanya.

Natasha meletakkan telapak tangannya di pipi Jane. Dia pun tersenyum. "Kau sangat cantik, Jane. Kalian putri-putri kesayanganku. Akulah yang memberi saran agar kami segera pulang ke New York. Ini semua kulakukan agar kau lebih bisa fokus pada dirimu sendiri. Kami senang tinggal di sini. Phillip sangat baik terhadap kami. Aku tahu kau belum bisa memutuskan pilihanmu sekarang, tapi suatu saat nanti kau pasti bisa."

Marrying The PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang