♠️ Chapter XXVI - Flower ♠️

782 51 6
                                    

Jane ragu-ragu ingin menjawab, sehingga dia hanya diam.

Phillip tersenyum. Rambut pirangnya berkilau disorot lampu taman. Saat ini dia nampak seperti malaikat dan itu membuat jantung Jane menambah kecepatan detaknya. "Kau belum menjawab pertanyaanku," kata Phillip.

"Oh, yang itu," Jane bertambah grogi. "Ya, menurutku, kau pantas untuk disukai, tapi kurasa aku yang tidak pantas menyukaimu, Phillip," jawabnya.

Kening Phillip berkerut. "Janganlah menganggapku terlalu tinggi untuk kau raih, Jane. Aku tetaplah manusia sepertimu. Aku bisa menangis, sakit, bahkan mati."

Jane tergelak. "Kau akan panjang umur, Phillip. Kau lihat Queen Elizabeth. Usianya sudah di atas 90 dan dia sehat-sehat saja."

Kalimat Jane membuat Phillip tertawa lepas.

Mereka mengobrol di gazebo sampai berjam-jam. Phillip menyukai kepolosan Jane. Baginya, Jane adalah wanita yang ingin sekali dia lindungi dari apapun, termasuk Thomas.

"Sekarang sudah lewat tengah malam," kata Phillip. "Apa sihirmu masih bekerja?"

"Sihir? Kau kira ini dongeng Cinderella?" Jane tertawa.

Phillip kembali tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Kalau kau tidak sedang memakai sihir, aku tidak tahu lagi apa yang kau lakukan padaku, Jane." Pria itu menatap Jane penuh cinta.

Tawa Jane terhenti. Jantungnya kembali berpacu. Ratusan kupu-kupu dalam perutnya mulai mengepakkan sayap. "I-I'm sorry," ucapnya.

"Kau meminta maaf? Untuk apa?"

"Karena kau berpikir aku sedang menyihirmu?"

"Kau memang spesial. I love you, Jane Watson from New York," ucapnya tulus. Lega sekali akhirnya dia dapat mengucapkan tiga kata itu kepada wanita pujaannya. Pangeran tampan itu mendekatkan wajahnya ke wajah Jane, berniat untuk menciumnya.

Jane berpikir keras. Haruskah dia membalas perasaan pangeran tampan itu? Ataukah dia tetap bungkam? Jane memang mengagumi pria baik itu. Sejak awal, tak ada kesan buruk sedikitpun pada diri Phillip. Dia teringat pada ibunya yang mengatakan bahwa dirinya akan mendapatkan cinta di Vlada. Mengikuti insting, Jane memejamkan mata.

Phillip mencium Jane pelan dan lembut, lalu memeluknya erat-erat tanpa melepaskan bibirnya. Dia memiringkan kepala agar dapat melahap keseluruhan bibir Jane.

Jane dapat merasakan hembusan napas dari hidung mancung Phillip. Dia sendiri membalas ciuman pria itu dengan malu-malu.

Ketika akhirnya berhenti karena Jane mulai tersengal-sengal, Phillip tergelak. Dia memegang tangan Jane. "Now, my princess, bersediakah kau menjadi masa depanku?"

Jane menyunggingkan senyuman, lalu mengangguk. "Ya, aku bersedia," jawabnya.

Phillip segera memeluk Jane erat-erat. "Thank you, Jane," ucapnya.

Kehangatan dalam hati Jane mulai terasa. Dia ikut bahagia karena telah memenuhi harapan Phillip. Kini dirinya resmi menjadi kekasih dari seorang pangeran. Tak ada yang lebih diinginkan oleh seorang wanita daripada ini.

"Sampai jumpa besok," ucap Phillip saat sampai di depan pintu kamar Jane.

"Yeah, see you tomorrow."

Phillip mencium pipi Jane sekilas, membuat wanita cantik itu terkejut. Kemudian, dia berlalu dari hadapannya setelah mengedipkan sebelah mata.

"Kau genit!" lontar Jane.

Phillip tertawa tanpa menghentikan langkahnya.

🎊🎊🎊🎊🎊

Semalaman Jane tidak bisa tidur, bukan hanya karena memikirkan dirinya yang sudah menjadi kekasih seorang pangeran, melainkan juga karena berita apa yang akan disiarkan tentang dirinya nanti. Bolak-balik di tempat tidur tak juga membuatnya nyaman di kasur empuk milik Fadar Palace. Pada akhirnya, dia tidur pukul 5 pagi dan bangun 2 jam kemudian.

Phillip sedang membaca di ruang keluarga ketika Jane turun masih dengan kaos, celana pendek, dan kaos kaki tidurnya. Tak ada waktu lagi untuk berganti baju lantaran keingintahuannya yang besar atas berita itu.

Phillip sendiri belum mandi. Tadi dia cepat-cepat meraih tab-nya dan masuk ke website Kerajaan Vlada. "Good morning, babe," sapanya setelah menoleh ke arah tangga.

"Good morning, Phillip. Bagaimana? Apa mereka membicarakan aku?" tanya Jane yang buru-buru menghampiri Phillip dan duduk di sebelahnya. Dia melirik layar tab. "Tidak ada berita tentangku?"

"Tidak ada. Aku sudah menuliskan namamu di kolom 'search', tapi benar-benar nihil. Aku sendiri tidak tahu kenapa."

"Bagaimana dengan media lainnya?"

"Sama. Bahkan, tak ada yang memajang fotomu."

"Well, that's weird."

Phillip mengangkat bahu. "Akan kutanyakan pada Carrie nanti. Barangkali dia tahu sesuatu."

"Miss Aileen Saoirse Durrant from London has arrived!" Suara si penjaga istana secara tiba-tiba mengejutkan Phillip dan Jane.

Dengan penuh percaya diri, Aileen berjalan lebih ke dalam hingga menemukan sepasang kekasih itu duduk bersebelahan di ruang keluarga. Melihat keduanya masih berpenampilan kusut, Aileen menelan ludah. "Good morning, Phillip, Jane," salamnya. Nada suaranya sedikit bergetar karena mengira-ngira apa yang telah mereka lakukan.

"Good morning, Aileen," balas Phillip seraya berdiri dari duduknya. Hal itu adalah sikap sopan yang biasa dia tunjukkan kepada semua wanita, termasuk ibundanya sendiri. "Apa yang membawamu kemari sepagi ini?"

Jane ikut berdiri, lalu menyapa Aileen, "Hi."

Aileen mengambil waktu sedetik sebelum membalas sapaan Jane. "Hi, Jane," ucapnya sambil mengangguk dan tersenyum. "Apa kau mau menemaniku sarapan?"

"Aku?" Jane menunjuk wajahnya sendiri.

"Ya, kau. Apa kau bersedia?"

Jane menoleh kepada Phillip, meminta izin sekaligus menanyakan pendapatnya.

"Terserah padamu, sayang. Aku bisa sarapan sendiri," kata Phillip.

Mendengar Phillip memanggil Jane dengan sebutan "sayang", Aileen cemberut. Namun, dia berusaha keras menutupinya dengan senyuman. "Kau tahu aku sendirian di Vlada, begitu pula denganmu. Kupikir kita bisa sarapan bersama sambil mengobrol. You know, girls talk," bujuknya.

"Tapi aku belum apa-apa. Aku baru saja bangun tidur," Jane merasa tidak enak menyambut tamu dengan muka bantal.

"Tidak apa-apa. Aku akan menunggumu bersiap-siap. Santai saja, Jane," Aileen melangkah lagi ke ruang keluarga. Kemudian, dia duduk di sofa seberang mereka.

"Baiklah. Aku akan berganti baju," Jane tersenyum. "Aku naik dulu," pamitnya.

Setelah Jane menghilang dari pandangan, Phillip baru duduk. Dia menatap Aileen, atau lebih ke menyelidik. "Apa kau membawa kabar baru?"

Aileen memasang ekspresi remeh. "Kau pasti sudah membaca berita hari ini. Tak ada yang baru," katanya.

Mata Phillip menyipit.

"Ada apa, Phillip? Kau sepertinya mencurigai aku."

"Tidak. Aku hanya bertanya-tanya, apa tujuanmu sebenarnya dengan mengajak Jane sarapan bersama."

"Tenang saja, Phillip. Tak ada yang perlu kau khawatirkan. Aku berjanji akan mengembalikan dia dalam keadaan utuh. Kami hanya akan sarapan di sekitar sini. Kau boleh ikut jika kau mau."

Phillip menggelengkan kepala. "Akan kubiarkan kalian berduaan saja, tapi kuharap kau menepati janjimu."

🥐🥐🥐🥐🥐

Bersambung ke chapter selanjutnya!

Hai semua,
Maaf ya aku kelamaan update. Belakangan ini aku agak disibukkan oleh kegiatan sehari2. Aku sampe gak sempat masak (semoga sayuran di kulkas gak rusak) 😅

Ceritaku yg satu lagi, Roommates With O'Brien akan pindah ke aplikasi sebelah, jadi yg belum selesai baca, silakan baca. Soalnya di aplikasi sebelah nanti ceritanya akan dikunci dan harus beli koin kalo mau buka 😅
Makasih buat semua yg udah setia mendukung aku.

Stay safe. Stay at home.

06MEI2020

Marrying The PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang