♠️ Chapter XXIII - Harvest ♠️

736 50 8
                                    

Sopir membukakan pintu. Phillip keluar lebih dulu, baru dia mengulurkan tangannya untuk membantu Jane keluar. Para pengunjung yang tadinya begitu bersemangat menyambut Phillip, berubah ekspresinya saat melihat Jane. Jelas sekali mereka bertanya-tanya siapakah wanita cantik itu.

"They're looking at me, Phillip," bisik Jane gugup.

"Yes, because you're beautiful. Keep calm. Here," Phillip menggandeng tangan Jane yang ternyata sudah dingin dari tadi. "Pasang senyuman kecil saja dan percaya dirilah."

"Bagaimana aku bisa percaya diri?"

"Kalau begitu, percayalah padaku."

Jane mengangguk.

Phillip membimbing Jane melewati beberapa orang yang tidak dikenalnya, lalu berhenti untuk menyapa sepasang suami istri yang berambut putih. Sang istri mengenakan topi kecil yang hanya menutupi bagian kanan kepalanya. Keduanya nampak serasi karena pakaian mereka berwarna senada. "Hello, Sir Becket, Lady Mary," sapa Phillip. Mereka bersalaman. "Sudah lama kita tidak bertemu."

"Phillip, kami senang bisa bertemu denganmu lagi. Siapakah wanita cantik ini?" Sir Becket tersenyum ramah kepada Phillip dan Jane, begitu pula dengan Lady Mary.

"This is Jane Watson," jawab Phillip. "Jane, ini Sir Becket dan istrinya, Lady Mary. Mereka teman orangtuaku."

"How do you do, Sir?" Jane menyalami kedua orang terhormat itu.

"How do you do, Miss Watson. Kau cantik sekali. Bukan begitu, darling?" Sir Becket melirik Lady Mary, mengharapkan persetujuannya.

"Dari mana asalmu, dear?" tanya Lady Mary.

"I'm from New York," jawab Jane.

Lady Mary mengerutkan kening, membuat Jane bingung melihat ekspresinya.

"Kami ke dalam dulu," pamit Phillip sebelum Lady Mary lanjut ke pertanyaan berikutnya, yang dia yakini hanya akan menjadi bahan gunjingan.

Phillip menarik tangan Jane. Dia melambai ke beberapa orang lagi di sekelilingnya, sampai akhirnya mereka berada di area tempat duduk yang dinaungi tenda besar dan kokoh. Di barisan depan sayap kiri, sudah ada dua orang yang sedang duduk. "Itu orangtuaku," bisiknya kepada Jane.

Napas Jane tercekat. "Aku akan membuatmu malu, Phillip," katanya. Dia khawatir sekali hingga ingin pergi dari situ.

Phillip tergelak. "Semua akan baik-baik saja. Tenanglah, Jane. Kau bersamaku di sini."

"Yeah, kau bisa berkata begitu karena kau seorang pangeran. Apalagi kau sudah tampan begini dengan pakaian formal. Apa aku terlalu berlebihan? Maksudku, aku bukan siapa-siapa di sini. Tidak seharusnya aku datang. Phillip, meskipun melakukan suatu kesalahan, aku bisa pergi begitu saja, bukan? Tidak ada orang yang peduli padaku," Jane tetap bicara cepat seperti burung berkicau seraya Phillip menuntunnya menuju tempat duduk keluarga.

"Mother, Father," sapa Phillip begitu tiba di hadapan orangtuanya. Dia tersenyum secerah matahari, begitu pula dengan ekspresi ayah dan ibunya. "Welcome home."

Orangtua Phillip berdiri seketika. Mereka menunjukkan sikap ramah terhadap wanita berambut ginger yang digandeng putranya itu.

Phillip sendiri nampak tidak terkejut. "Perkenalkan. Ini Jane Watson dari New York," katanya.

"Good morning," sapa Jane. Hampir saja dia lupa menekuk lututnya dan membungkukkan badan untuk memberi hormat.

"Good morning," balas Neil Arthur Freinsted dan istrinya, Beatrice secara bersamaan. "What a lovely lady," puji Beatrice. Kedua matanya berbinar terpesona oleh keelokan wajah Jane.

Marrying The PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang