♠️ Chapter XXIX - Situation ♠️

363 42 2
                                    

"Good morning Uncle Neil, Aunt Beatrice," sapa Thomas begitu sampai di ruang keluarga, tempat Phillip dan orangtuanya berada.

Phillip terlihat terkejut karena sepupunya itu datang bersama Jane. "Jane," panggilnya. "Aku tak tahu Tom ikut sarapan."

"Ya. Aku juga baru tahu setelah dia muncul," kata Jane jujur.

"Good morning, Tom," balas Beatrice seraya tersenyum. Begitu pula dengan suaminya, Neil. Senyuman mereka secerah matahari pagi itu. "Hi, Jane."

"Good morning, Lady Beatrice, Prince Neil," Jane merendahkan tubuhnya sebagai tanda hormat.

"How are you, dear?" tanya Beatrice.

Jane agak canggung berhadapan dengan orangtua Phillip. Belum lagi melihat perubahan sikap keduanya dibandingkan saat acara panen. Sekarang mereka lebih ramah. "I'm very well, thank you," jawab Jane pelan.

"Kalian sarapan bersama?"

"Tadi aku diajak Aileen sarapan di restoran favoritnya, tetapi dia harus pulang lebih dulu karena ada urusan. Aku telah merepotkan Prince Thomas untuk mengantarku pulang."

"Oh, begitu," Beatrice kembali tersenyum, lebih ke senyuman lega. "Duduklah di sebelahku, Jane." Ibunda Phillip segera duduk dengan gaya elegan di sofa ruang keluarga Fadar Palace. Dia menunggu Jane mengikuti arahannya.

Agak bingung, Jane menuruti permintaan Beatrice. Wanita cantik itu sedikit canggung karena dia belum mandi, sehingga dia menjaga jarak aman. Siapa yang tahu si calon ratu akan mencium bau badannya atau tidak.

"Apa kau betah tinggal di sini, nak?"

"Well, aku senang diperbolehkan menginap di Fadar Palace dan merasa betah sejak hari pertama, Lady Beatrice. Terima kasih atas kenyamanan yang telah kalian berikan."

"Baguslah kalau begitu. Kami juga senang kau berada di sini, terutama putra kami, Phillip. Dia sudah memberi tahu kami tentang hubungan kalian dan kami harap kau bisa membuatnya bahagia."

Jane terkejut peryataan itu keluar dari mulut Beatrice, ibunda Phillip yang tadinya terlihat benci padanya. "Aku akan berusaha sebaik-baiknya, Lady Beatrice, tapi...," suara Jane terdengar pelan pada kata terakhir.

"Ada sesuatu yang ingin kau tanyakan?"

"Sejujurnya aku tidak tahu sama sekali soal negara Vlada ini, apalagi aturan dalam kerajaannya. Jadi, mungkin aku tidak pantas bagi Prince Phillip," kata Jane merendah.

"Tentu saja kau pantas, sayang. Dengarkan aku. Kami sekeluarga akan sangat senang bila kalian menikah secepatnya."

"Wha-?"

"Kau tidak perlu khawatir tentang status sosial. Ayahanda Thomas adalah orang biasa. Bukan begitu, Tom?"

"Ya, ayahku bukan bangsawan," Thomas tersenyum. "Phillip, bisakah kita bicara sebentar?"

"Tentu. Ke ruang kerjaku saja. Aku permisi dulu, Mother, Father, Jane," Phillip berpamitan, lalu memimpin Thomas menuju ruang kerjanya di bagian depan gedung istana. "Ada apa, Tom?" tanyanya setelah menutup pintu di belakang Thomas.

"Tidakkah ada yang aneh dengan orangtuamu?" Thomas segera meluncur ke pokok pembicaraan. Dia tak mau berbasa-basi.

Phillip tergelak. "Sedikit. Tiba-tiba mereka berkunjung ke sini. Lihatlah, aku bahkan belum berganti baju," katanya, menunjukkan setelan pakaian biasanya, kaos dan celana jogger.

"Kuakui, keluargamu memang jarang sekali menengokmu, tetapi kali ini terkesan berbeda. Apakah karena ada Jane?"

"Tidak mungkin, Tom. Jane telah tinggal di sini lebih dari sebulan. Kalau mau bertanya soal Jane, seharusnya sudah dari dulu mereka datang."

Marrying The PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang