♠️ Chapter XXXI - Confidential ♠️

314 37 13
                                    

Seorang wanita cantik membuka pintu ruang kerja dari luar. "Oh!" Dia terkejut atas kehadiran wanita lain di sana.

"Miss Watson," sapa Carrie. "How are you?" Carrie tersenyum ramah. Wanita yang selalu berpakaian formal itu terlihat segar dan dinamis dengan rambut disanggul ke atas.

"Hi, Carrie. I'm good. Maaf mengganggu. Aku hanya ingin mengembalikan buku ini ke tempatnya," kata Jane sambil menunjukkan sebuah buku tebal yang telah selesai dibacanya.

"Silakan, Miss Watson. Prince Phillip sedang ada pertemuan dengan Perdana Menteri."

"Ya, dia sudah bilang tadi. Apa kau tahu jam berapa mereka selesai?"

"Mungkin sebentar lagi," jawab Carrie singkat dan padat.

Jane mengangguk-angguk. Dia agak canggung berhadapan dengan Carrie karena mereka memang jarang bertemu.

"Jika tidak ada lagi yang bisa kubantu, aku akan keluar. Permisi," pamit Carrie. Tak lupa dia mengambil tabletnya dari atas meja.

"Okay." Jane memperhatikan langkah tegap dan percaya diri Carrie sampai asisten Phillip itu menutup pintu. "She's so cool," pujinya, lalu meletakkan buku yang sedari tadi dipegangnya ke rak. "Apa yang tadi dia lakukan di sini?" Jane berjalan pelan menuju meja kerja Phillip.

Dia duduk di kursi kebesaran pangeran tampan itu dan berputar-putar sebentar. Ingatannya tertuju pada saat dirinya baru tiba di Fadar Palace, di mana dia pertama kali bertemu dengan Phillip, seorang pangeran yang kini menjadi kekasihnya, terlebih lagi calon suaminya.

Jane sama sekali tidak menyangka akan menjadi anggota keluarga Kerajaan Vlada dengan menikahi seorang pangeran. Selama ini dia membayangkan hidupnya hanya akan menjadi asisten Ally, bersama dengan sahabatnya, Brittany, di perusahaan periklanan sampai mati. Namun, atas dorongan dan paksaan dari ibu dan adiknya, akhirnya dia memilih menetap di Vlada.

"Mom, I'm sorry," gumamnya sendirian. "Kau membuatku ragu, tapi aku tidak mau kembali ke New York. Aku bahagia di sini."

Tatapan Jane berkeliling, memandangi barisan buku di rak. "Buku sebanyak ini, apakah Phillip sudah membaca semuanya? Dia memang kutu buku," Jane tergelak. Kemudian, bola matanya beralih ke atas meja kerja Phillip dan segera merasa seperti anak kecil di depan meja kokoh nan mewah itu.

"Apa ini?" tanyanya seraya menemukan sebuah amplop berbahan tebal yang bertuliskan "Confidential" dengan tinta emas. Amplop itu belum dibuka karena tak bercacat sedikit pun. Bagian tutupnya disegel oleh lilin bersimbol kepala singa. Pikiran Jane segera tertuju pada surat resmi dari pemerintah.

Keingintahuannya mulai menjalar. Dia adalah calon istri Prince Phillip. Bukankah wajar bila dia tahu segala sesuatunya mengenai Phillip? Inginnya dia mengintip isi surat itu. "Tidak, tidak. Di sini sudah dituliskan 'confidential', berarti ini bersifat rahasia. Aku tidak boleh membukanya. Aku cukup bertanya kepada Phillip tentang surat ini dan dia akan memberitahuku," Jane meletakkan kembali amplop itu di tempat dia menemukannya, dengan posisi yang sama.

Sore itu, Jane masih duduk di kursi kerja Phillip saat pemiliknya masuk. "Phillip," sambutnya, sumingrah melihat pria pujaannya sudah pulang. Dia berdiri, lalu berjalan cepat dan memeluk Phillip erat-erat. Entah sejak kapan dia bersikap manja padanya.

Phillip sendiri membalas pelukan Jane. Tangannya mengelus lembut dari pucuk kepala sampai punggung Jane. "Kukira kau di kamar," katanya.

"Aku agak bosan hanya rebahan di atas kasur. Chloe sedang sibuk di dapur. Jadi, aku menunggumu saja di sini," ujar Jane. Dia melepaskan pelukannya. "Ada surat di mejamu."

Marrying The PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang