Duduk termenung memikirkan dirinya yang tidak berguna saat berburu tadi malam. Ia hanya bisa menyerang dengan pedangnya tanpa mengeluarkan sihir nya. Ia tidak tau jika selama ini ia hanyalah seorang ksatria biasa yang hanya menggunakan pedang saja. Lalu bagaimana jika ia tidak membawa pedangnya? Apa yang akan ia lakukan? Berdiri diam sedangkan yang lainnya bertarung? Bukan dirinya sekali. Lalu bagaimana ia melindungi Jungkook? Bagaimana ia bisa menjadi tangan kanan kakak tirinya saat kakak tirinya menjadi pemimpin klan nya nanti.
Dalam hati ia bergumam bodoh. Ia memaki dirinya sendiri. Niat hati ingin melebihi teman es nya. Jangankan melebihi, menyamai saja ia tidak akan pernah bisa. Sia-sia ia membanggakan diri didepan pamannya (ayah kakak tirinya) jika pada akhirnya ia akan jatuh sendiri. Ia tertawa remeh, ada gurat kekecewaan di matanya.
"Ayah, ibu. Kenapa kalian meninggalkan aku yang lemah ini di dunia yang kejam ini? Kenapa kalian tidak membawaku juga? " Gumamnya sedih.
Tidak ada yg mendengarkan gumaman nya. Ia tengah berada di balkon kamarnya. Roomate nya masih tertidur, sedangkan ia tidak tidur setelah berburu tadi malam. Ini masih terlalu pagi untuk bangun. Masih jam 7 pagi, kelas dimulai pada jam 11 siang dan sarapan dimulai pada jam 9 pagi. Ia hanya bisa diam membisu di balkon meratapi nasibnya selama 2 jam kedepan. Ia sudah mandi dan berkemas untuk kelas nya. Anak yang rajin memang, tetapi banyak yang memandangnya remeh. Ia selalu dikatai payah, bodoh, idiot dan lainnya jika tidak ada Taeyong atau Yoongi.
Mengingat kedua orang itu, ia menjadi semakin terpuruk. Bahkan melawan cacian murid lain pun ia tidak bisa. Ia benar-benar lemah. Ia takut jika suatu saat bahaya datang dan ia sama sekali tidak bisa membantu. Ia ingin bunuh diri saja sekarang.
"Jimin! " Panggil seseorang dengan nada datar nya. Jimin pun tersadar dari lamunannya dan menghadap ke samping kiri dimana salah satu roomate nya berada.
"Ohh, sudah bangun Taehyung? " Tanya Jimin.
"Hmm" Taehyung.
Mereka pun tenggelam dalam kesunyian. Tidak ada yang ingin membuka suara terlebih dahulu. Hingga selang beberapa menit, Taehyung menatap kearah Jimin dan melihat air mata Jimin turun dengan tenang. Apakah ia baru saja melihat sisi Jimin yg lemah?
"Jimin! " Panggil Taehyung.
Jimin pun buyar dan segera menghapus air mata nya.
"I-iya, ada apa? " Jimin.
"Kenapa? " Taehyung
"Apanya? " Jimin.
"Kau. Menangis! " Taehyung.
"(Kikuk) a. Ahh, tidak apa apa. Mataku perih! " Jimin.
Dan bodohnya Taehyung percaya dengan omongan Jimin. Jimin pun lega. Ada untungnya juga punya temen kaku seperti Taehyung. Mereka kembali terdiam membiarkan angin pagi membelai mereka. Cukup canggung tetapi keduanya sedang ingin berdiam diri.
Jam sarapan pun tiba, Jungkook keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ke kamar Jimin. Ia pun mengetuk pintunya.
Tok tok tok
"Jimin hyung. Jungkook tampan, kurus dan imut mengajak sarapan" Ucap Jungkook sedikit berteriak.
Pintu pun terbuka dan yang membuka adalah Taeyong. Jujur Jungkook takut dengan Taeyong karena wajah Taeyong garang. Seperti ini:
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Swan [End]
Fantasyketika sebuah keterpaksaan dan keikhlasan menjadi persamaan dalam membangkitkan aura kebencian demi sebuah kebaikan, saat itulah genangan air turun dari mata mereka. kehilangan sesuatu yang ingin mereka hilangkan menimbulkan rasa penyesalan terdalam...