Sinar terang Sang mentari menelisik melewati celah-celah dedaunan yang basah terkena embun. Udara dingin dan nyaman mulai menguar keluar menyapa makhluk dunia. Suara nyayian burung bersautan mencoba memberi kabar dunia bahwa ini sudah waktunya bangun. Mungkin untuk orang-orang yang masih tertidur. Pemuda bersurai coklat ini sudah di taman belakang asramanya sejak pukul 4 pagi.
Ia duduk, menekuk kedua lututnya kemudian ia peluk dengan kedua tangannya dan menyandarkan kepalanya diatas lututnya. Melamun? Mungkin iya, mungkin tidak. Yang pasti ia sedang memikirkan beberapa kemungkinan besar yang terjadi pada seseorang yang ia sayangi. Sebuah peristiwa yang sangat ia benci terjadi pada sahabat nya.
Dimana sebuah dosa besar dan kotor itu melekat menjadi sebuah kutukan nyata yang siap menghilangkan sahabat nya kapan saja dan dimana saja. Kenapa harus sahabatnya yang terkena dampak dari hukuman masa lalu? Kenapa bukan anak si iblis itu yang terkena? Ia jadi semakin membenci orang itu.
Kim Taehyung, anak seorang kultivator iblis dan seorang pemain harpa yang cantik jelita. Orang yang selama ini menjadi tempat dimana ia mengumpat. Segala kebencian, kemarahan, kekesalan, dan kekecewaan ia tuangkan pada Taehyung. Bukan ia jahat, ia hanya tidak terima ibunya yang hanya seorang pelukis yang pernah melukis wajah ayahnya Taehyung, Kim Jongdae atau ia (Taeyong) lebih suka memanggilnya iblis dibunuh didepan matanya bahkan ayahnya yang diangkat Jongdae sebagai pembawa pesan juga dibunuh.
Dan alasan kedua orang tuanya dibunuh adalah agar tidak ada yang kembali menjadi kultivator iblis di dunia ksatria. Lalu apa hubungannya? Kenapa mereka juga tidak membunuh Taehyung yang merupakan keturunan asli iblis itu. Mau tau alasannya? Karena Taehyung dirawat oleh Suho. Taehyung mempunyai darah bangsawan murni. Taehyung anak dari pemain harpa yang merupakan cucu raja dunia ksatria ke 4 . Alasan yang tidak masuk akal.
Itulah kenapa ia membenci Taehyung. Sebenarnya bukan membenci, hanya tidak ingin berurusan dengan Taehyung. Jika suatu saat nanti Taehyung seperti ayahnya makan ia yang akan membunuh petinggi istana karena membesarkan anak iblis itu. Tapi sayangnya bukan Taehyung yang terkena hukuman masa lalu itu. Sahabat nya, Jimin yg terkena dampak dari peristiwa besar dulu. Saat peristiwa besar dulu mereka masih bayi, tetapi cerita tentang pemberontakan Kim Jongdae diketahui oleh orang tua mereka. Taeyong diberi tahu saat usianya 6 tahun, saat dimana pertama kali nya ia melesatkan busur panahnya di menara Sekte Lee.
Dan seminggu setelah ayahnya menceritakan kisah itu, ayahnya dibunuh beserta ibunya didepannya, bersama dengan ia menatap seorang anak seusianya yang menatap biasa pada apa yang ia lihat. Dari sana lah Taeyong mulai menutup dunia nya. Menjadi dingin dan datar. Anak kecil berusia 6 tahun sudah harus besar dengan rasa benci dihatinya. Malang sekali nasibnya.
Taeyong menghela nafasnya, ia terlalu takut dengan kemungkinan yang belum tentu terjadi. 3 hari setelah Jimin terkena kutukan itu, ia jadi lebih was was jika sahabatnya kenapa napa. Taeyong selalu takut meninggalkan Jimin untuk tidur dan berakhir ia hanya tidur 2 sampai 3 jam saja. 2 hari lagi kompetisi berburu mayat hidup. Ia takut jika Jimin menjadi salah satu mayat jelek itu dan harus dibunuh.
Kondisi Jimin sendiri sudah membaik. Ia sudah ceria lagi, tertawa lagi dan jahil lagi. Tapi tetap Taeyong takut Jimin menghilang. Ia tidak bisa disamping Jimin terus-terusan. Ia terlalu takut untuk kehilangan lagi. Jam menunjukkan pukul 6 . Sudah 2 jam ia di taman belakang dengan pikiran nya. Ia harus segera kembali sebelum Jimin bangun.
Jika kalian tanya Taehyung, ia sudah diperbolehkan untuk tidur di asrama oleh Taeyong. Taehyung tidak perduli dengan sekitar. Ia terlalu kaku sehingga banyak yang mengira dia sobong. Persetan dengan Taehyung, Taeyong langsung beranjak dari duduk nya kemudian terbang ke lantai 2 tempat kamarnya berada.
Sesampainya di kamar ia melihat banyak orang yang ber kerumunan di depan kamarnya.
"Ada apa ini? " Tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Swan [End]
Fantasyketika sebuah keterpaksaan dan keikhlasan menjadi persamaan dalam membangkitkan aura kebencian demi sebuah kebaikan, saat itulah genangan air turun dari mata mereka. kehilangan sesuatu yang ingin mereka hilangkan menimbulkan rasa penyesalan terdalam...