Dong-eui Medical Center
Lee Hyuna nama asli dari Zee Rain. Disinilah gadis itu berdiri. Tepat di depan pintu tempat pria yang sangat ia cintai, pria yang menjadi cinta pertamanya, pria yang menjadi prioritas utamanya, pria yang menjadi alasan terbesarnya bergabung dengan Mafia demi mendapatkan uang.
Uang adalah segalanya saat ini. Tanpa uang, tidak ada kehidupan. Apalagi dia hidup di dunia yang apapun harus dengan uang. Tapi bukan berarti uang adalah segalanya. Namun segalanya kini harus dengan uang. Tidak ada yang gratis bukan?
Gadis itu berjalan santai dengan dua cup kopi yang sempat ia beli di cafe langganannya. Beberapa perawat yang melihatnya tersenyum dan menyapanya dengan sangat ramah begitupun Rain yang selalu bersikap ramah dan ceria. Mereka saling bertegur sapa layaknya teman. Bukan karena mereka teman sebelumnya. Melainkan karena gadis itu sangat sering mengunjungi rumah sakit itu. Sudah selama tiga tahun ini dia sering bolak balik ke rumah sakit ini. Bukan karena dia sedang sakit, namun karena sang ayah nampaknya masih betah tinggal di rumah sakit ini. Mungkin juga bukan karena betah, namun hanya keterpaksaan yang sama sekali tidak seorang pun menginginkannya. Benar, Rain kemari untuk menjenguk sang ayah yang terbaring tak sadarkan diri selama tiga tahun.
"Lee Hyuna." sapa seorang Dokter wanita. Gadis itu berbalik seraya tersenyum hangat saat tatapannya bertemu dengan dokter wanita yang baru saja memanggil namanya. Dokter itu tersenyum seraya menghampiri Hyuna yang berdiri tak jauh darinya.
"Irene eonni." sapanya seraya memberikan satu cup kopi panas untuk gadis yang dia sebut Irene itu. Ya gadis bermarga Bae itu adalah salah satu dokter di sana. Irene menerima cup berisi kopi yang sudah tidak terlalu panas itu dengan senang hati.
"Gumawo." ucap Dokter Irene sambil tersenyum sangat cantik seperti biasanya seraya mengangkat cup kopi yang di berikan Hyuna untuknya. Hyuna membalas senyum dan mengangguk untuk merespon.
"Kau akan bermalam di sini lagi?" tanyanya saat melihat satu cup kopi lain di tangan Hyuna. Yang di tanyapun melirik cup kopi di tangannya seraya tersenyum dan mengangguk. Ya, Hyuna sengaja membeli dua cup kopi untuknya dan untuk Irene. Hal itu sudah sangat biasa, apalagi Irene yang sangat mengenal Hyuna dengan baik. Irene akan tahu jika Hyuna membawa sebuah cup kopi, itu artinya Hyuna akan bergadang untuk menjaga ayahnya. Hyuna tidak hanya bergadang semalaman tanpa melakukan apapun sambil menatap ayahnya yang berbaring tak sadarkan diri, namun dia akan bicara banyak hal pada ayahnya. Bercerita tentang kesehariannya, lalu tentang ia yang bekerja dan menghasilkan banyak uang hingga kini ia bisa membeli apartemen mewah, mobil dan juga melunasi semua hutang termasuk tunggakkan biaya rumah sakit ayahnya. Begitulah Hyuna, namun satu hal yang ia tidak ceritakan. Tentang apa pekerjaannya saat ini, karena gadis itu hanya menceritakan bahwa dirinya sudah memiliki pekerjaan. Hanya sebatas itu.
"Jangan terus memaksakan dirimu Hyuna-yya. Banyak perawat disini yang akan menjaga ayahmu selama dua puluh empat jam. Lihatlah, matamu saja memiliki lingkaran hitam." Ujar Dokter Irene seraya memperhatikan wajah lelah Hyuna yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri itu. Hyuna hanya menghela nafas kasarnya seraya tersenyum.
"Tidak apa-apa eonnie. Lagi pula aku kesepian di apartemen sendiri! Jadi lebih baik aku menemani ayahku, 'kan?" Jawabnya. Irene hanya tersenyum seraya menggeleng pelan. Biar bagaimanapun dia sangat mengkhawatirkan kesehatan Hyuna. Namun memang pada dasarnya Hyuna memiliki sifat optimis yang begitu kuat, itu sebabnya Irene hanya menegurnya perlahan. Perihal Hyuna manuruti atau tidak, biarkan Irene memberikan kebebasan untuk Hyuna selama itu masih di batas wajar. Lagi pula, Hyuna juga tidak setiap hari melakukan kebiasaan buruknya yang sering bergadang itu. Namun tetap saja, setelah menganggap Hyuna sebagai adik, seorang kakak bukankah wajar merasa khawatir?
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK MISSION (The Series) - FF Kim Taehyung ✔
FanfictionHatinya begitu sakit, dunianya seakan hancur untuk kesekian kalinya, ketika mengetahui pertunangan antara kekasihnya dengan wanita lain yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri. "Aku kembali di hadapkan dengan dua pilihan, jika dulu aku harus...