Rhirin merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dia mengusap wajahnya kasar. Ini sudah hari ke tiga dia dan para sahabatnya mencari bundanya Caca. Tapi tidak pernah ketemu. Harus kemana lagi dia mencari. Sedangkan Caca selalu ia bohongi setiap hari, setiap Caca bertanya dimana bundanya. Rhirin hanya bisa menjawab dengan banyak alasan belaka untuk tidak membuat Caca sedih.
Wanita itu kini menutup matanya, menikmati istirahatnya. Berharap akan ada keajaiban dimana Ibunda Caca mendatangi rumahnya dan mengajak Caca pulang.
Tingtong, tingtong. -suara bel rumah Rhirin berbunyi. Wanita itu bangkit dari tempat tidurnya dan segera menghampiri pintu rumahnya.
Rhirin membuka pintu itu dan tidak mendapati seorang pun, saat hendak menutup pintu. Kakinya menginjakan suatu kertas putih yang di lipat menjadi persegi empat.
'ini surat apa?' -batinnya. Kemudia dia mengambil surat itu. Dan membaca nya.
'Dear gadis cantik.'
Kamu anak yang baik, saya minta maaf jika ini merepotkan. Saya mohon tolong jaga Caca, dia peri kecil yang tidak punya dosa. Saya titipkan Caca pada kamu, Rhirin. Tolong jaga dia, peran mu sangat berjasa. Dan terimakasih telah menjaga Caca selama saya pergi. Dan tolong lagi, untuk kamu menjaga Caca dengan kasih sayang. Rhin, bilang pada Caca bahwa Bundanya baik-baik saja. Bundanya pergi untuk hal yang tidak bisa di beritau. Rhirin, katakan saja pada Caca bahwa bundanya sedang bekerja mencari uang untuknya. Setelah dapat banyak uang, saya akan kembali dan membawa Caca pulang. Saya mohon sekali lagi. Dan terimakasih banyak.
Salam, Ibunda Caca
Fitha
***Rhirin tertegun melihat isi surat itu, dia melihat ke kiri dan ke kanan, berharap bundanya Caca masih ada di sekitar rumahnya. Namun hasilnya Nihil. Setelah itu, Rhirin menutup pintu rumahnya, masuk kedalam dan mendapati Caca sikecil sedang asik menonton kartun.
Dihampirinya gadis kecil itu, dia terlihat amat bahagia dengan kartun yang sedang dilihatnya. Rhirin tersenyum karena Caca tidak sedih memikirkan Bundanya yang pergi entah apa alasan sebenarnya.
"Caca sayang." -panggil Rhirin menghampiri Caca, dan duduk di sebelah anak itu.
"Eh kak Rhirin, kak! Lihat deh kartunnya asik tau." -respon anak itu sambil tertawa.
"Caca sini duduk di pangku ka Rhirin." -pinta Rhirin pada sikecil.
Caca bangkit dan langsung duduk di pangkuan Rhirin. Rhirin membelai rambut anak itu yang sangat halus dan lebut. Dia menciup pucuk kepala anak itu. Dan memeluknta dari belakang.
"Kak Rhirin sayaaang banget sama Caca." -ucap Rhirin yang masih memeluk anak itu.
"Aku juga sayang kak Rhirin." -balas Caca dan tersenyum lucu.
"Caca, udah makan belum?" -tanya Rhirin yang dibalas gelengan oleh Caca.
"Ayo kita makan sayang. Nanti kak Rhirin suapin kamu." -ucap Rhirin yang kini dibalas senyuman dan anggukan sikecil.
Caca dan Rhirin berjalan ke meja makan, dan menuangkan beberapa sendok bubur untuk anak itu di piring kecil, dan mulai menyuapi Caca.
*****
Dirga berjalan ke ruang tamu dan menyalakan TV nya. Dia menonton sebuah tayangan berita dimana isinya adalah informasi pemenang Olempiade Internasional Ekonomi. Dia tidak kaget atas kemenangannya, dia kaget melihat nama Rhirin disana. Dengan segera Dirga mengambil Handphonenya yang ada di meja. Dan menekan nomor Rhirin cepat.
Rhirin: Calling...
"Hallo."
"Rhin? Ah syukurlah. Aku mau tanya sesuatu sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kau Dan Jarak [2019, Jakarta]
Short StoryAku mengenal teman medsosku baru-baru ini. Dan aku memiliki perasaan padanya, dia membuat ku gila saat kami sedang melakukan chating, Canda, tawa, lolucon, dan curhatan sering kami ungkapkan satu sama lain. Perasaan ku padanya, ntah harus di katakan...